BAB I
PENDAHULUAN
Peternakan di Indonesia saat ini masih menggunakan sistem
tradisional. Faktor yang menyebabkan peternak Indonesia masih menggunakan
sistem tradisional adalah kurangnya pengetahuan dan ketrampilan untuk
mengembangkan dan memaksimalkan ternak mereka. Pengetahuan dan ketrampilan
peternak di Indonesia dapat dikembangkan melalui program penyuluhan. Program
penyuluhan yang efektif dan efisien dapat dikembangkan oleh tenaga-tenaga
profesional di bidang penyuluhan. Peningkatan kompetensi penyuluh dalam
pembangunan pertanian, bisa dikondisikan melalui berbagai upaya seperti:
meningkatkan efektivitas pelatihan bagi penyuluh, meningkatkan pengembangan
diri penyuluh melalui peningkatan kemandirian belajar, meningkatkan dukungan
terhadap penyelenggaraan penyuluhan seperti dukungan kebijakan pemerintah
daerah terhadap pendanaan penyuluhan, dukungan peran kelembagaan, dukungan
teknologi dan sarana penyuluhan, pola kepemimpinan yang berpihak petani dan
memotivasi
pribadi penyuluh untuk selalu meningkatkan prestasi kerja (kinerja penyuluh)
dan mengikuti perubahan lingkungan strategis yang ada. Keberhasilan suatu
program adalah ketika program yang sudah dilaksanakan dapat dilaksanakan secara
kontinyu dan juga dapat menghasilkan
suatu produk yang sudah dipasarkan.
Tujuan dari
praktikum ini adalah mahasiswa mampu mengetahui permasalahan yang dihadapi
sasaran penyuluhan dan mampu melakukan penyuluhan berdasarkan prinsip
komunikasi yang baik. Manfaat
dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat membuat leaflet sebagai media penyuluhan dan mampu memberikan solusi
untuk membantu permasalahan yang sedang dihadapi peternak. Manfaat bagi peternak adalah peternak mendapatkan
informasi, pengetahuan dan ketrampilan dari pelatihan penyuluhan yang diikuti.
BAB II
METODOLOGI
Praktikum
Penyuluhan dan Komunikasi dilaksanakan pada hari Minggu, 10 Mei 2015 pukul 10.00 – 13.00 WIB di
Dukuh Watusari, Kelurahan Patemon,
Kecamatan Gunungpati, Semarang. Komoditas
peternak yang di wawancara adalah komoditas peternak ayam pedaging.
Metode yang dilakukan
pada praktikum Penyuluhan dan Komunikasi adalah menentukan komoditas ternak
untuk praktikum. Mencari
dan menentukan tempat pelaksanaan praktikum.
Membuat kuisioner meliputi sapta usaha seperti identitas responden, identitas
peternakan, lokasi peternakan, populasi ternak dan masalah yang dihadapi. Melakukan
wawancara bersama peternak dan mencatat
hasil wawancara pada kuisioner. Mengambil
gambar peternakan menggunakan kamera.
Membuat leaflet untuk
media penyuluhan dengan cara memasukkan bahan atau
materi penyuluhan menggunakan coreldraw.
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1.
Kondisi Umum Peternakan
Tabel
1. Data Sekunder Kelurahan Patemon 2015.
Parameter
|
Keterangan
|
Demografi
|
Suhu
Minimum
: 20oC
Maksimum
: 30oC
Ketinggian : 259 m
Rata-rata
curah hujan : 1855 mm
|
JumlahPenduduk
|
4.232
jiwa
|
JumlahTernak
|
Sapi
potong : 6 ekor
Kerbau : 2 ekor
Kambing / domba : 25 ekor
Ayam pedaging : ± 20.000 ekor
|
Pendidikan
|
Tidak
tamat SD : 402 orang
Tidak sekolah : 265 orang
Belum tamat SD : 430 orang
Tamat SD : 889 orang
Tamat SLTP : 871 orang
Tamat SLTA : 1121 orang
Tamat Akademi : 99 orang
Tamat Perguruan Tinggi : 180 orang
|
Sumber : Data Primer Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi, 2015.
3.1.1.
Kondisi Wilayah
Gunungpati
merupakan salah satu daerah di Semarang yang terletak di bagian selatan. Kecamatan Gunungpati memiliki ketinggian 259 m dari permukaan air laut
dengan luas wilayah 5.399.085
Ha. Kecamatan Gunungpati terbagi menjadi beberapa
kelurahan, salah satunya adalah kelurahan Patemon. Kelurahan Patemon terletak
dibagian selatan Gunungpati, memiliki luas 499.088
ha dengan jumlah penduduk 4.232 jiwa. Rata-rata pendidikan penduduk di daerah patemon
adalah tamat
SLTA. Di daerah petemon ini cocok digunakan untuk budidaya
ayam broiler karena sumber daya alamnya berlimpah, suhu berkisar antara 20 – 30oC,
tanah stabil sehingga tidak terjadi longsor. Nastiti (2012) menyatakan bahwa
pemiluhan lokasi untuk perkandangan yang baik adalah sumber air bersih mudah
diperoleh,topografi, tekstur tanah stabil dan sarana transportasi mudah
terjangkau. Menurut penelitian Anandra (2010) menayatakan bahwa suhu ideal
untuk pemeliharaan ayam broiler adalah 23 – 26oC.
3.1.2. Kondisi
Usaha Sejenis
Berdasarkan
observasi peternakan ayam broiler di daerah patemon menunjukkan bahwa populasi
ayam broiler masih kurang karena didominasi oleh peternakan domba atau kambing.
Selain peternakan domba, sapi dan kerbau juga ikut diternakkan. Peternakan ayam
broiler di daerah patemon pada umumnya dilakukan secara kemitraan atau
bekerjasama dengan perusahaan pakan dimana pakan, bibit dan transportasi pemasaran ternak disediakan
oleh perusahaan tersebut sedangkan biaya operasional seperti pemanas, sekam dan
kandang disediakan oleh peternak sendiri. Peternakan ayam broiler dipelihara
dari mulai DOC (Day Old Chick) sampai
afkir atau panen, sedangkan limbah digunakan sebagai pupuk untuk perkebunan
yang dikirim ke daerah Kopeng, Banjarnegara dan Wonosobo. Kondisi lahan
peternakan cukup luas dan lokasi
peternakan cukup jauh dari pemukiman penduduk sehingga memiliki peluang yang
besar untuk mendirikan sebuah usaha peternakan. Suprijatna et al. (2008) menyatakan
bahwa jarak kandang harus cukup jauh dari pemukiman sehingga tidak menyebabkan
polusi bau bagi lingkungan sekitar, meminimalisir penyebaran penyakit dan
menghindari kebisingan ternak. Ditambahkan Solikhin (2011) menyatakan
bahwa lahan yang akan digunakan untuk
peternakan sebaiknya harga terjangkau dan luas, jauh dari keramaian tetapi
masih terjangkau oleh jalur transportasi, berjarak 250 m dari peternakan lain,
dekat dengan pabrik dan dekat dengan konsumen.
3.1.3. Kondisi Kelompok Sasaran
3.1.3.1.
Peternakan Milik Bapak Baret, peternakan ayam broiler bapak Baret berdiri pada tahun
2009 memiliki luas lahan 27 x 240 m2. Memiliki luas kandang
masing-masing 9 x 80 m2 dengan kapasitas 6000 ekor. Kandang berjumlah
2, kandang satu digunakan untuk masa pemeliharaan DOC (berumur 1 hari setelah
menetas sampai 7 hari) dan kandang dua digunakan untuk pembesaran atau fase
finisher (berumur lebih dari 7 hari sampai dipanen). Kandang berbentuk panggung
mempunyai tinggi dari lantai panggung sampai atap 2,5 m. Bahan atap menggunakan
genteng sedangkan dinding dan lantai terbuat dari bambu. Lantai tersebut
kemudian ditutup menggunakan polinet seperti jaring kemudian diberi sekam diatasnya.
Dinding yang terbuat dari belahan bambu kemudian ditutup menggunakan tirai dari
plastik. Hal tersebut bertujuan untuk pertukaran udara yang masuk dan keluar
dari kandang. Menurut Solikhin (2011) menyatakan bahwa dinding kandang yang
terbuka membantu ventilasi untuk pertukaran udara yang kotor dari
dalam kandang diganti dengan udara yang segar dari luar kandang supaya
temperatur di dalam kandang tetap terjaga.
Temperatur
dan kelembapan lingkungan kandang harus diperhatikan karena dapat berpengaruh
terhadap produktvitas ternak. Suhu lingkungan yang nyaman untuk ayam broiler
periode starter berkisar pada suhu 29 - 35oC sedangkan pada periode
finisher berkisar pada suhu 20oC. Pada periode finisher ayam broiler
membutuhkan temperatur lingkungan yang rendah. Hal ini sesuai pendapat Fadilah
(2013) yang menyatakan bahwa semakin berat bobot badan ayam makan suhu
lingkungan yang diperlukan semakin rendah. Kandang dilengkapi dengan tempat
pakan, minum dan pemanas. Pemberian pakan dilakukan secara terus menurus dan
pakan diberikan pada ternak berumur 1 - 12 hari sebanyak 2 kali dalam sehari
sedangkan yang berumur 13 – 25 diberikan sekali dalam sehari. Pakan yang
diberikan berupa konsentrat dari pakan pabrikan yaitu BR 1 - A 88 untuk peride
starter dan BR 2 untuk periode finisher. Vaksin diberikan pada ternak yang
mulai berumur 4 hari kemudian berumur 12 hari dan berumur 18 hari. Pemberian
vaksin berfungsi untuk menjaga kekebalan tubuh ternak agar terhindar dari
penyakit.
|
Ilustrasi 1.
Kondisi Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak
Baret
Sumber : Data Primer Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi, 2015.
|
3.1.3.2.
Peternakan
Milik Bapak Irawan, peternakan ayam
broiler bapak Irawan berdiri pada tahun 2015 memiliki luas lahan 36 x 160 m2. Memiliki luas kandang masing-masing 9 x 40 m2 dengan kapasitas ternak 3500 ekor. Kandang
berbentuk panggung memiliki tinggi dari lantai sampai atap mencapai 2,5 m.
bahan atap menggunakan genteng sedangkan dinding dari belahan bambu kemudian
ditutup menggunakan plastik. Lantai terbuat dari bambu yang berongga kemudian
ditutup menggunakan karung dan diberi sekam. Sekam ditaburkan setebal 5 - 8
cm. Hal ini sesuai dengan pendapat
Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa litter yang idela untuk peternakan
ayam setebal 8 cm. Litter yang digunakan harus memiliki daya serap yang tinggi,
menyerap panas, tidak menyebabkan kerusakan dada, dapat mempertahankan
kehangatan. Litter yang tidak memiliki daya serap tinggi terutama untuk
menyerap air minum yang tumpah dan kotoran dapat menyebabkan bau kandang. Hal
ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et
al. (2008) menyatakan bahwa litter yang tidak berfungsi sebagai penyerap
akan menyebabkan bau yang menyengat sehingga menimbulkan polusi udara. Kondisi
tersebut bisa terjadi karena litter yang terlalu tipis atau populasi ternak
terlalu padat. Kandang dilengkapi dengan alat pemanas, tempat pakan, tempat
minum dan alat kebersihan. Pakan yang diberikan berupa konsentrat dari pakan
pabrikan berupa BR 1 SA untuk periode starter. Penyemprotan disinfektan
dilakukan pada ternak berusia 1-2 hari sebanyak 1 kali dalam sehari.
|
Ilustrasi 2.
KondisiPeternakan Ayam Broiler MilikBapak Irawan
Sumber : Data Primer
PraktikumPenyuluhandanKomunikasi, 2015.
|
3.1.3.3. Peternakan
Milik Bapak Junaidi, peternakan ayam
broiler bapak Junaidi berdiri pada tahun 1997 memiliki luas lahan 4000 m2.
Memiliki luas kandang masing-masing 9 x
75 m2 dengan kapasitas ternak
5500 ekor. Kandang berbentuk panggung dan memiliki tinggi 2,5 m dari lantai.
Bahan atap menggunakan genteng sedangkan dinding terbuat dari belahan bambu
yang kemudian di tutup menggunakan tirai plastik. Lantai terbuat dari bambu
yang berongga kemudian ditutupi dengan karung bekas supaya ternak tidak
terperosok dan ditaburi sekam. Bahan atap yang digunakan harus dapat menyerap
panas supaya ternak tidak mengalami cekaman panas. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rasyaf (2008) menyatakan bahwa atap genteng yang digunakan berfungsi
untuk menyerap panas, ringan dan tidak menghantar panas. Kandang dilengkapi dengan
tempat pakan, tempat minum, pemanas dan alat kebersihan kandang. Pemanas
berfungsi untuk menjaga suhu tubuh ternak supaya tetap berada pada suhu nyaman
dan temperatur lingkungan dapat tersebar merata pada ternak. Pemberian minum
untuk ayam broiler diberikan secara at
libitum atau terus – menerus dan pakan diberikan setiap. Vaksin diberikan
setiap 2 kali selama 1 periode pada umur 4 dan 12 hari. Pemberian vaksin
bertujuan untuk pencegahan penyakit. Menurut Solikhin (2011) vaksin berfungsi
menjaga kekebalan tubuh pada ayam dilakukam pada ternak berumur 4 hari untuk
mencegah penyakit ND, berumur 12 hari untuk mencegah penyakit gumboro dan
berumur 18 hari untuk mencegah penyakit tetelo.
|
Ilustrasi 3.
KondisiPeternakan Ayam Broiler MilikBapak Junaidi
Sumber : Data Primer
PraktikumPenyuluhandanKomunikasi, 2015.
|
3.1.4. Potensi Pengembangan
Berdasarkan
pengamatan di lapangan bahwa peternakan ayam broiler pak Baret memiliki lahan
yang cukup luas tetapi hanya ada dua kandang yang beroperasional. Lahan seluas
27 x 240 m2 berpotensi untuk dibangun 4 - 5 kandang padahal dengan kondisi
lingkungan (suhu, kelembapan dan radiasi matahari) yang mendukung, lahan yang
luas, jarak dengan pemukiman cukup jauh, air yang berlimpah dan akses
transportasi yang terjangkau memilki peluang yang tinggi untuk digunakan usaha
peternakan ayam broiler. Hal tersebut
sesuai pendapat Suprijatna et al. (2008) menyatakan bahwa aspek - aspek
yang perlu diperhatikan sebelum menentukan kandang yaitu aspek ekonomis yaitu
pembiayaan untuk membuat kandang harus seminimal mungkin tetapi berfungsi
maksimal, aspek teknis (tataletak, ukuran, jenis, kualitas bahan dan kondisi
tanah dan lokasi perkandangan harus sesuai dengan tujuan pemeliharaan), aspek
biologis yaitu suhu, kelempbapan dan radiasi matahari harus sesuai supaya tidak
mengakibatkan ternak menderita cekaman panas. Ditambahkan Nastiti (2012) menyatakan bahwa
pemilihan lokasi kandang yang baik adalah sumber air bersih mudah, tekstur
tanah stabil, sirkulasi udara lancar, transportasi mudah terjangkau dan jarak
dari perumahan penduduk tidak terlalu dekat.
Berdasarkan
pengamatan di lapangan bahwa peternakan ayam broiler pak Irawan memiliki lahan
yang cukup luas tetapi hanya 3 kandang yang beroperasional. Lahan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk dibangun 4 - 5 kandang. Sumber daya manusia terutama pemilik
peternakan ayam broiler ini kurang dikarenakan bapak Irawan masih pemula mejadi
peternak ayam broiler sehingga kurang peka terhadap kondisi ayam broiler yang
mati karena cekaman dingin. Cekaman dingin disebabkan karena suhu dan
kelembapan kandang terlalu tinngi. Untuk itu diperlukan pemanas untuk penghangat
tubuh ternak terutama pada DOC harus diperhatikan karena daya tahan tubuh masih
rendah sehingga perlu pengawasan khusus. Menurut Suprijatna et al. (2008) menyatakan bahwa pemanas
memiliki fungsi untuk menghangatkan anak ayam yang masih muda atau berumur 1
hari sampai 2 - 3 minggu. Pemanas yang digunakan harus stabil dan kontinu
supaya suhunya bisa diatur sesuai kebutuhan. Peternakan ayam broiler pak Irawan
memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebuah peternakan ayam
broiler dengan kondisi wilayah yang sejuk, lahan yang luas dengan jarak yang
cukup jauh dengan pemukiman penduduk, air yang berlimpah dan akses transportasi
yang mudah ditempuh. Hal ini
sesuai pendapat Nastiti (2012) menyatakan bahwa pemilihan lokasi kandang
yang baik adalah sumber air bersih mudah, tekstur tanah stabil, sirkulasi udara
lancar, transportasi mudah terjangkau dan jarak dari perumahan penduduk tidak
terlalu dekat.
Berdasarkan pengamatan di lapangan
bahwa peternakan ayam broiler pak Junaidi memiliki jarak dengan pemukiman yang
cukup dekat. Hal ini karenakan tidak ada pilihan lahan yang lain, akibatnya
ketenangan ternak akan terganggu sehingga mempengaruhi produktivitas ternak. Disamping
itu karena banyaknya pemukiman rumah penduduk dikhawatirkan bau kotoran dapat
menyebabkan polusi dan mengganggu kesehatan penyakit. Untuk itu perlu adanya
manipulasi dari peternak supaya feses ayam yang dihasilkan tidak menimbulkan
bau. Menurut Suprijatna et al. (2008)
menyatakan bahwa sistem perkandangan harus diperhatikan terutama tinggi atap
supaya sirkulasi udara lancar sehingga kandang tidak mudah lembab. Penggunaan
bahan sekam harus bersifat menyerap air ditambahkan kapur dan super fosfat agar
sekam tidak cepat lembab. Tempat penampungan kotoran harus beratap dan tidak
tergenang air dan terbuka supaya kotoran mengalami proses pembusukan dan tidak
menimbulkan bau. Kapasitas kandang juga belum dimanfaatkan secara optimal dari
kapasitas normalnya. Menurut pendapat Anandra (2010) menyatakan bahwa luas ruangan
untuk pemeliharaan broiler di dataran tinggi rata-rata sekitar 10 ekor/m2
sedangkan dataran rendah atau pantai kepadatan yang baik antara 8 – 9 ekor/m2.
3.2. Perumusan
Masalah
3.2.1. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan
kondisi di lapangan terhadap peternakan ayam broiler dari tiga peternak yang
ada di desa Watusari Kelurahan Patemon, Gunungpati terdapat permasalahan yang dihadapi
disetiap peternakannya yaitu kurangnya kebersihan kandang, kurangnya manajemen
perkandangan, rendahnya peternak (Sumber Daya Manusia) dan jarak peternakan
dengan pemukiman penduduk terlalu dekat.
3.2.1.1. Peternakan milik Bapak Baret, berdasarkan hasil
pengamatan kondisi di lapangan terhadap peternakan ayam broiler milik Bapak
Baret, kendala yang muncul adalah kurangnya pemanfaatan lahan yang masih kosong
untuk mengembangan ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusnadi (2008) yang
menyatakan bahwa saat ini masih banyak lahan kosong yang belum dimanfaatkan
secara optimal untuk pengembangan ternak. Menurut Yulianti (2012)
menyatakan bahwa lahan yang luas di sekitar peternakan sebaiknya dimanfaatkan
secara maksimal untuk pembangunan peternakan.
|
Ilustrasi 4.
Kondisi Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Baret
Sumber : Data Primer Praktikum Penyuluhan
dan Komunikasi, 2015
|
3.2.1.2.
Peternakan milik Bapak Irawan, berdasarkan
hasil pengamatan kondisi di lapangan terhadap peternakan ayam broiler yang dimiliki
oleh bapak Irawan kendala yang muncul adalah kurangnya ilmu pengetahuan tentang
peternakan atau rendahnya sumber daya manusia pada peternak dan matinya ayam
broiler karena mengalami cekaman dingin . Kurangnya ilmu pengetahuan tentang
peternakan pada peternaknya menyebabkan manajemen pengelolaan peternakan yang
kurang baik. Menurut pendapat Nurlina dan Maryati (2011) yang menyatakan bahwa
dalam upaya mengembangkan peternakan secara positif, diperlukan berbagai aspek
yang mendukung seperti pengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). Kematian ayam
broiler yang disebabkan oleh suhu
lingkungan kandang yang rendah sehingga ayam broiler mengalami cekaman dingin
hingga mati. Penggunaan sistem kandang terbuka merupakan kurang ramah
lingkungan karena tidak dapat meminimalisir polusi polusi udara di
lingkungan,serta kontak langsung dengan peternak yang menimbulkan stress pada
ayam broiler yang berujung paada kematian. Hal ini sesuai dengan pendapat
Prihandanu et al. (2005) yang
menyatakan bahwa kondisi sistem kandang terbuka bisa dikatakan kurang memenuhi
aspek ramah lingkungan, karena polusi udara pada lingkungan sekitar peternakan
tidak dapat diminimalisir dan pengendalian penyakit pada ayam dapat tidak
terkendali, kontak langsung manusia dengan ayam pada sistem kandang terbuka
tidak bisa dihindari, hal ini dapat menyebabkan stress pada ayam yang nantinya
akan berpengaruh pada hasil produktifitas ayam dan kematian.
|
Ilustrasi 5.
Kondisi Peternakan Ayam Broier Milik Bapak Irawan
Sumber : Data Primer Praktikum Penyuluhan
dan Komunikasi, 2015
|
3.2.1.3.
Peternakan milik Bapak Junaidi, berdasarkan
hasil pengamatan kondisi di lapangan terhadap peternakan ayam broiler yang
dimiliki oleh Bapak Junaidi kendala yang muncul adalah bau yang menyengat dan
jarak antara kandang ayam broiler dengan jarak pemukiman warga yang terlalu
dekat hanya berjarak ± sekitar 500 m2. Bau yang menyengat dari
kandang tersebut akan menganggu kenyamanan penduduk sekitar karena akan
mencemari udara, kotoran yang menyebabkan bau tersebut bisa menjadi wabah
penyakit yang akan menganggu kesehatan peternak maupun ayam broilernya sendiri
dan warga sekitar, karena peternakan berdiri dekat dengan pemukiman warga. Hal
ini sesuai dengan pendapat Safril (2009) yang menyatakan bahwa dampak negatif
akibat pembangunan peternakan terhadap lingkungan adalah masalah pencemaran
lingkungan dan belum terdistribusinya hasil-hasil pembangunan peternakan secara
merata di masyarakat. Menurut
pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa lokasi peternakan ayam pedaging
sebaiknya di daerah yang jauh keramaian, jauh dari lokasi perumahan, tempat
yang sunyi, agar tidak menganggu pemukiman penduduk.
|
Ilustrasi 6. Kondisi Peternakan Ayam
Broiler Milik Bapak Junaidi
Sumber : Data Primer Praktikum Penyuluhan
dan Komunikasi, 2015
|
3.2.2. Penetapan
Masalah
3.2.2.1.
Peternakan milik Bapak Baret, berdasarkan
uraian masalah di atas, maka penetapkan masalah yang dapat dirumuskan adalah kurang
makasimalnya penghasilan peternak karena tidak memanfaatkan penggunaan lahan,
sehingga lahan kosong dan tidak digunakan untuk penambahan kandang. Hal ini
sesuai denganpendapat Anandra (2010) yang menyatakan bahwa peternak mencoba
memaksimalkan produksi yang dapat dicapai dengan suatu luas lahan agar dapat
menghasilkan keuntungan yang maksimal. Menurut pendapat Yulianti (2012) yang
menyatakan bahwa penghasilan ekonomi akan maksimal dengan pemanfaatan lahan tahan di
sekitar kandang dengan maksimal.
3.2.2.2.
Peternakan milik Bapak Irawan, berdasarkan
uraian masalah di atas, maka penetapkan masalah yang dapat dirumuskan adalah
ayam broiler mengalami cekaman dingin. Rendahnya suhu lingkungan kandang
menyebabkan ayam broiler mengalami cekaman dingin bahkan sampai mati. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wijayanti et al.
(2011) yang menyatakan bahwa tingginya suhu lingkungan di daerah tropis pada
siang hari dan rendahnya suhu di malam hari dapat mengakibatkan ternak
mengalami cekaman panas maupun dingin. Suhu dingin di lingkungan peternakan
unggas dapat menyebabkan kerugian ekonomi karena disebabkan meningkatkan angka
kematian karena ayam broiler mengalami cekaman dingin. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sugito (2009) yang menyatakan bahwa suhu dingin pada suatu lingkungan
industri unggas telah menjadi salah satu perhatian utama karena dapat
menyebabkan kerugian ekonomi disebabkan meningkatnya angka kematian ataupun
menurunnya produktvitas.
3.2.2.3.
Peternakan milik Bapak Junaidi, berdasarkan
uraian masalah di atas, maka penetapkan masalah yang dapat dirumuskan adalah
jarak yang terlalu dekat antara
peternakan dengan pemukiman penduduk yang akan mencemari lingkungan dan akan
menganggu kesehatan penduduk yang disebabkan wabah penyakit pada limbah ayam
broiler. Hal ini sesuai dengan pendapat Safril (2009) yang menyatakan bahwa banyaknya
usaha peternakan ayam yang berada di lingkungan masyarakat dirasakan mulai
mengganggu warga, terutama peternakan ayam yang lokasinya dekat dengan
pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari kegiatan
usaha peternakan ayam karena masih banyak peternak yang mengabaikan penanganan
limbah dari usahanya. Limbah peternakan ayam berupa feses, sisa pakan, air dari
pembersihan ternak menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar
lokasi peternakan tersebut. Menurut pendapat Nurcholis et al. (2009) yang menyatakan bahwa lokasi peternakan harus jauh
dari pemukiman penduduk atau memiliki izin dari lingkungan setempat, sehingga
tidak mengakibatkan protes dari penduduk sekitar.
3.2.3. Penanganan
Masalah
3.2.3.1.
Peternakan milik Bapak Baret, cara
menangani masalah terhadap peternakan ayam broiler milik Bapak Baret di desa
Watusari, Kelurahan Patemon, Gunungpati adalah peternak sebaiknya membangun
kandang baru agar pemanfaatan lahan yang kosong bisa dimanfaatkan secara
maksimal dengan cara membangun kandang baru. Hal ini sesuai dengan pendapat
Anandra (2010) yang menyatakan bahwa masih tersedianya lahan kosong maka dimaksimalkan
pemanfaatannya untuk membangun kandang. Lahan kosong disekitar
kandang dapat ditanami tumbuhan untuk pakan maupun pangan karena tanahnya yang
subur. Hal ini sesuai dengan pendapat Bahri dan Tiesnamurti (2012) yang
menyatakan bahwa penggunaan lahan disekitar peternakan untuk kepentingan pangan
ataupun nonpangan.
3.2.3.2. Peternakan milik Bapak
Irawan, cara
menangani masalah terhadap peternakan ayam broiler milik Bapak Irawan di desa
Watusari, Kelurahan Patemon, Gunungpati adalah ayam broiler mengalami cekaman
dingin atau bahkan sampai mati. Cara yang digunakan yaitu dengan cara memberi
pemanas (heater) disetiap ruang kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusnadi
(2007) yang menyatakan bahwa sangkar diletakkan di ruangan yang dilengkapi pemanas
(heater) dengan suhu siang berkisar antara 31,7- 31,60°C dan 27,7-27,90°C pada
malam hari, dengan tujuan suhu tersebut mendekati suhu alam, tetapi relatif
konstan. Menurut pendapat Sugito (2009) yang menyatakan bahwa menggunakan alat
pemanas yang dirancang sedemikian rupa sehingga panas yang dihasilkan dapat
dialirkan ke dalam kandang. Pemasangan tirai pada kandang ayam broiler
dilakukan untuk menopang angin yang masuk ke dalam kandang. Hal ini sesuai
dengan pendapat Dewanti et al. (2014)
yang menyatakan bahwa manajemen perkandangan dilakukan dengan baik agar ayam
dalam keadaan nyaman, salah satunya adalah memasang tirai pada dinding kandang.
3.2.3.3. Peternakan milik Bapak
Junaidi, cara
menangani masalah terhadap peternakan ayam broiler milik Bapak Junaidi di desa
Watusari, Kelurahan Patemon, Gunungpati adalah jarak antara peternakan dengan
pemukimanan penduduk sehingga perlu adanya perbaikan tentang manajemen
tatalaksana perkandangan yang lebih tepat untuk mendapatkan hasil sesuai yang
diinginkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Muharlien et al. (2011) yang menyatakan bahwa pemeliharaan ayam pedaging,
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, maka usaha tersebut harus mempunyai
manajemen yang baik, salah satunya adalah tatalaksana perkandangan. Peternak memimalisir
bau yang disebabkan oleh kotoran, sisa pakan atau minum yang akan melembabkan
sekam dan menimbulkan penyakit. Penambahan kapur akan mengurangi bau karena
kapur akan membunuh bibit penyakit dan meredam ammonia. Hal ini sesuai dengan
pendapat Dewanti et al. (2014) yang
menyatakan bahwa bahan kapur ditambahkan pada sekam yaitu berfungsi untuk
meredam amonia dari kotoran ayam dan membunuh bibit penyakit.
BAB IV
SIMPULAN
DAN SARAN
4.1.
Simpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan kondisi di lapangan bahwa peternakan ayam broiler di desa
Watusari, Kelurahan Patemon, Gunungpati adalah kurangnya pemaksimalan
pemanfaatan lahan kosong, kebersihan kandang yang kurang terawat menyebabkan
bau, banyaknya ayam yang mati karena mengalami cekaman dingin, bau menyengat dari
kotoran dan dekatnya jarak peternakan dengan pemukiman penduduk. Solusinya
adalah penambahan kandang di lahan yang masih kosong, memanajemen kandang
dengan cara menambahkan kapur pada sekam, serta memberikan pemanas pada
kandang.
4.2.
Saran
Sebaiknya
peternak diberikan penyuluhan untuk menambah ilmu pengetahuan tentang
peternakan agar dapat memanajemen peternakannya lebih baik.Penyuluhan
setidaknya dapat memperbaiki pola peternak dalam mengelola peternakan agar
lebih berkembang.
DAFTAR
PUSAKA
Anandra, A. R. 2010. Analisis efisiensi penggunaan
faktor-faktor produksi pada usaha ternak ayam ras pedaging di kabupaten Magelang. Skripsi.
Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Bahri,
S. dan B. Tiesnamurti. 2012. Strategi pembangunan peternakan berkelanjutan
dengan memanfaatkan sumber daya lokal. J. Litbang Pert. 31 (4) : 142 – 152.
Dewantia, A. C., P. E. Santosa dan K. Nova. 2014.
Pengaruh berbagai jenis bahan litter terhadap respon fisiologis broiler fase
finisher di closed house.
Kosasih.,
Sungkono dan S. A. Pratami. 2012. Analisis audit sumber daya manusia (SDM) pada
dinas pertanian, kehutanan, perkebunan, dan peternakan Kabupaten Karawang. J. Manajemen. 9
(3).
Kusnadi, E. 2007.Pengaruh antanan
(Centella asiatica) sebagai penangkal cekaman panas dalam ransum broiler yang
mengandung hidolisat bulu ayam. J. Ilmu Ternak. 7 (1) : 58 – 63.
Kusnadi, U. 2008. Inovasi teknologi peternakan dalam
sistem integrasi tanaman-ternak untuk menunjang swasembada daging sapi. 1 (3) : 189 – 205.
Muharlien., Achmanu dan R. Rachmawati. 2011.
Meningkatkan produksi ayam pedaging melalui pengaturan proporsi sekam, pasir
dan kapur sebagai litter. J. Ternak Tropika. 12 (1) : 38 – 45.
Nastiti, R. 2012. Menjadi Milyader Budidaya Ayam Broiler.
Pustaka Baru Press, Jakarta.
Nurcholis., D. Hastuti dan B. Sutiono.
2009. Tatalaksana pemeliharaan ayam ras petelur periode layers di popular farm Desa Kuncen Kecamatan Mijen Kota Semarang.
J. Ilmu – ilmu Pertanian. 5 (2) : 38
- 49.
Nurlina, M dan M. Maryati. 2011. Perilaku
petani sapi perah dalam memanfaatkan teknologi gas bio. J. Ilmu Terrnak. 11 (1) : 57 – 60.
Prihandanu, R., A. Trisanto dan Y. Yuniati. 2015.
Model sistem kandang ayam closed house
otomatis menggunakan omron sysmac CPM1A 20-CDR-A-V1. J. Rekayasa dan Teknologi
Elektro. 9 (1) : 54 – 62.
Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Solikhin, H. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler di Peternakan UD Hadi
PS Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Program Diploma III Fakultas Pertanian.
Sugito dan M. Delima. 2009. Dampak
cekaman panas terhadap pertambahan bobot badan, rasio heterofil limfosit dan
suhu tubuh ayam broiler. J. Ked. Hewan.3
(1).
Sugito. 2009.
Profil hematologi dan pertambahan bobot badan harian ayam broiler yang diberi
cekaman panas pada suhu kandang yang berbeda. Agripet. 9 (2) : 10 – 12.
Suprijatna,
E., U. Atmomarsono dan R. Karrtasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Swadaya, Jakarta.
Wijayanti, R. P. W. Busono dan R. Indrati.
2011. Pengaruh suhu kandang yang berbeda terhadap performans ayam pedaging
periode starter.
Williamson,
G. and W. J. A. Payne.1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Yulianti Farida. 2012. Pengembangan ayam
broiler di Kota Banjarbaru. J. Ilmu-ilmu Sosial. 4 (165) : 65 - 72.
\
LAMPIRAN
Lampiran 2.
Kuisioner
A.
Identitas
Responden
1. Nama
: Bapak Baret
2. Alamat
: Sampangan
3. Umur
: 42
4. Pekerjaan
utama : Peternak ayam broiler
5. Pendidikan
terakhir : SMA
B.
Identitas
Peternakan
1. Jenis
usaha : peternakan ayam broiler dari mulai DOC sampai panen
2. Tahun
berdiri peternakan : 2009
3. Status
: Kemitraan
4. Izin
peternakan : -
5. Alamat
peternakan : Dukuh Watusari Kelurahan Patemon Kecamatan Gunungpati
6. Sarana
dan prasarana : mobil pick up digunakan untuk transportasi pemasaran dan
pengangkutan bibit dan pakan.
7. Asal
modal awal : pinjaman dari bank
C.
Lokasi
Peternakan
1. Luas
lahan : 27 x 240 m2
2. Jarak
dengan pemukiman : 500 m
3. Latar
belakang pemilihan lokasi : jauh dengan pemukiman, sumber daya alam (air)
berlimpah cukup untuk memenuhi kebutuhan minum ternak serta sanitasi kandang
4. Jarak
dengan pemasaran : -
5. Jarak
dengan jalan raya : 200 m
6. Jarak
dengan pembuangan limbah : -
7. Kondisi
geografis :
Suhu
: 20 - 30oC
Ketinggian
: 529 m
D.
Populasi
Ternak
1. Asal
bibit : dari CV. Surya Mitra Utama
2. Cara
perawatan bibit : pemberian pakan secara at
libitum, pemberian pakan setiap pagi dan sore, pemeberian vaksin pada saat
ternak berumur mulai 4 hari, pembersihan tempat pakan dan minum.
3. Jumlah
ternak awal berdiri : 6000 ekor
4. Jumlah
ternak sekarang : 5865
E.
Pakan
1. Pakan
utama : konsentrat berupa BR 1
2. Pakan
tambahan : power chick
3. Asal
pakan : dari perusahaan
4. Jenis
pakan yang digunakan : BR 1 untuk periode starter,BR 2 untuk periode finisher
5. Waktu
pemberian pakan : umur 1 - 12 hari setiap 3 jam sekali , umur 13 – 25 setiap
pagi dan sore
6. Waktu
pemberian minum : secara terus menerus
7. Biaya
pembelian pakan :
F.
Kandang
1. Bentuk
atau model kandang : panggung
2. Jumlah
kandang : 2
3. Luas
kandang : 9 x 80 m2
4. Kapasitas
kandang : 6000 ekor
5. Tinggi
kandang : 2,5 m dari lantai panggung
6. Fasilitas
dalam kandang : pemanas, tempat pakan, tempat minum dan alat kebersihan
7. Jadwal
pembersihan kandang : setiap
G. Kegiatan
Produksi
1.
Harga pokok
penjualan : 16.000 per ekor
2.
Waktu
panen : 35 – 40 hari
3.
Lama
pemeliharan : 35 hari
4.
Waktu
jam kerja : 24 jam
5.
Jumlah
tenaga kerja : 2
6.
Pengelolaan
limbah : digunakan pupuk di daerah wonosobo, banjarnegara dan purwokerto
H.
Pemasaran
1. Jenis
produk : Daging
2. Jumlah
produk : 5760 ekor
3. Tempat
pemasaran : Semarang, Salatiga dan Jakarta:
4. Transportasi
pemasaran pakan : mobil pick up
7.
Biaya transportasi : ditanggung oleh
perusahaan
I. Masalah
1. Pakan : -
2. Penyakit : flu ringan atau CDR
3. Pemasaran produk : -
J. Recording Kesehatan
1. Vaksin : mulai berumur 4 hari
2. Penyakit yang sering diderita : CDR
3.
Penangan penyakit : diberi antibiotik berupa kunyit , kencur dan jahe
ditempat minum
K. Sudah ada penyuluhan
belum ?
Belum :
tidak dibutuhkan penyuluhan
Lampiran 2. Kuisioner (Lanjutan)
A.
Identitas
Responden
1. Nama
: Bapak Irawan
2. Alamat
: Banyumanik
3. Umur
: 33
4. Pekerjaan
utama : Jual beli Mobil
5. Pendidikan
terakhir : SMA
B.
Identitas
Peternakan
1. Jenis
usaha : peternakan ayam broiler dari mulai DOC sampai panen
2. Tahun
berdiri peternakan : 2015
3. Status
: Kemitraan
4. Izin
peternakan : -
5. Alamat
peternakan : Dukuh Watusari Kelurahan Patemon Kecamatan Gunungpati
6. Sarana
dan prasarana : mobil pick up digunakan untuk transportasi pemasaran dan
pengangkutan bibit dan pakan.
7. Asal
modal awal : pinjaman dari bank
C.
Lokasi
Peternakan
1. Luas
lahan : 36 x 160 m2
2. Jarak
dengan pemukiman : 500 m
3. Latar
belakang pemilihan lokasi : jauh dengan pemukiman, sumber daya alam (air)
berlimpah cukup untuk memenuhi kebutuhan minum ternak serta sanitasi kandang
4. Jarak
dengan pemasaran : -
5. Jarak
dengan jalan raya : 200 m
6. Jarak
dengan pembuangan limbah : -
7. Kondisi
geografis :
Suhu
: 20 - 30oC
Ketinggian
: 529 m
D.
Populasi
Ternak
1. Asal
bibit : dari CV. BOJ
2. Cara
perawatan bibit : pemberian pakan secara at
libitum, pemberian pakan setiap pagi dan sore, pemeberian vaksin pada saat
ternak berumur mulai 4 hari, pembersihan tempat pakan dan minum.
3. Jumlah
ternak awal berdiri : 3500 ekor
4. Jumlah
ternak sekarang : 3494 ekor
E.
Pakan
1. Pakan
utama : konsentrat berupa BR 1
2. Pakan
tambahan : power chick
3. Asal
pakan : dari perusahaan
4. Jenis
pakan yang digunakan : BR 1 untuk periode starter,BR 2 untuk periode finisher
5. Waktu
pemberian pakan : umur 1 - 12 hari setiap 3 jam sekali , umur 13 – 25 setiap
pagi dan sore
6. Waktu
pemberian minum : secara terus menerus
7. Biaya
pembelian pakan : Rp 355.000,00
F.
Kandang
1. Bentuk
atau model kandang : panggung
2. Jumlah
kandang : 2
3. Luas
kandang : 9 x 40 m2
4. Kapasitas
kandang : 3500 ekor
5. Tinggi
kandang : 2,5 m dari lantai panggung
6. Fasilitas
dalam kandang : pemanas, tempat pakan, tempat minum dan alat kebersihan
7. Jadwal
pembersihan kandang : minum 2 kali per hari sedangkan pakan per periode atau
habis panen
G. Kegiatan
Produksi
1.
Harga
pokok penjualan : 16.000 per ekor
2.
Waktu
panen : 35 – 40 hari
3.
Lama
pemeliharan : 35 hari
4.
Waktu
jam kerja : 24 jam
5.
Jumlah
tenaga kerja : 2
6.
Pengelolaan
limbah : digunakan pupuk di daerah kopeng dan wonosobo
H.
Pemasaran
1. Jenis
produk : Daging
2. Jumlah
produk : 3495 ekor
3. Tempat
pemasaran : Semarang dan Salatiga
4. Transportasi
pemasaran pakan : mobil pick up
5.
Biaya transportasi : ditanggung oleh
perusahaan
I. Masalah
1. Pakan : -
2. Penyakit : flu ringan atau CDR, cekaman dingin dan diare
3. Pemasaran produk : -
J. Recording Kesehatan
1. Vaksin : mulai berumur 1 - 2 hari dilakukan 2 kali per hari
sedangkan mulai berumir 3 hari dilakukan 1 kali per hari
2. Penyakit yang sering diderita : CDR
3.
Penangan penyakit : diberi antibiotik berupa kunyit , kencur dan jahe
ditempat minum
K. Sudah ada penyuluhan
belum ?
Belum :
tidak dibutuhkan penyuluhan
Lampiran 2. Kuisioner (Lanjutan)
A.
Identitas
Responden
1. Nama
: Bapak Junaidi
2. Alamat
: Dukuh Watusari Kelurahan Patemon Kecamatan Gunungpati
3. Umur
: 32
4. Pekerjaan
utama : Peternak ayam broiler
5. Pendidikan
terakhir : D3 Tehnik Mesin
B.
Identitas
Peternakan
1. Jenis
usaha : peternakan ayam broiler dari mulai DOC sampai panen
2. Tahun
berdiri peternakan : 1997
3. Status
:
4. Izin
peternakan : -
5. Alamat
peternakan : Dukuh Watusari Kelurahan Patemon Kecamatan Gunungpati
6. Sarana
dan prasarana : mobil pick up untuk transportasi pemasaran dan pengangkutan
bibit dan pakan
7. Asal
modal awal : pinjaman dari bank
C.
Lokasi
Peternakan
1. Luas
lahan : 4000 m2
2. Jarak
dengan pemukiman : 150 m
3. Latar
belakang pemilihan lokasi : tidak ada pilihan lahan yang lain, disamping itu
lahan yang digunakan adalah pemberian orang tua jadi dimanfaatkan untuk
peternakan
4. Jarak
dengan pemasaran : -
5. Jarak
dengan jalan raya : 300 m
6. Jarak
dengan pembuangan limbah : -
7. Kondisi
geografis :
Suhu
: 20 - 30oC
Ketinggian
: 529 m
D.
Populasi
Ternak
1. Asal
bibit : dari CV. Mustika Ungaran
2. Cara
perawatan bibit : pemberian pakan secara at
libitum, pemberian pakan setiap pagi dan sore, pemberian vaksin dilakukan 2 kali dalam 1 periode pada saat
ternak berumur mulai 4 hari dan 12 hari, pembersihan tempat pakan dan minum.
3. Jumlah
ternak awal berdiri : 5500 ekor
4. Jumlah
ternak sekarang : 5335 ekor
E.
Pakan
1. Pakan
utama : konsentrat berupa BR 1
2. Pakan
tambahan : premix
3. Asal
pakan : dari perusahaan
4. Jenis
pakan yang digunakan : BR 1 untuk periode starter dan BR 2 untuk periode
finisher
5. Waktu
pemberian pakan : umur 1 - 12 hari setiap 3 jam sekali , umur 13 – 25 setiap
pagi dan sore
6. Waktu
pemberian minum : secara terus menerus
7. Biaya
pembelian pakan :
F.
Kandang
1. Bentuk
atau model kandang : panggung
2. Jumlah
kandang : 2
3. Luas
kandang : 9 x 80 m2
4. Kapasitas
kandang : 6000 ekor
5. Tinggi
kandang : 2,5 m dari lantai panggung
6. Fasilitas
dalam kandang : pemanas, tempat pakan, tempat minum dan alat kebersihan
7. Jadwal
pembersihan kandang : setiap
G. Kegiatan
Produksi
1.
Harga
pokok penjualan : 16.000 per ekor
2.
Waktu
panen : 32 hari
3.
Lama
pemeliharan : 32 hari
4.
Waktu
jam kerja : 24 jam
5.
Jumlah
tenaga kerja : 1
6.
Pengelolaan
limbah : digunakan pupuk di daerah kopeng
H.
Pemasaran
1. Jenis
produk : Daging
2. Jumlah
produk : 5335 ekor
3. Tempat
pemasaran : Semarang
4. Transportasi
pemasaran pakan : mobil pick up
5.
Biaya transportasi : ditanggung oleh
perusahaan
I. Masalah
1. Pakan : -
2. Penyakit : flu ringan atau CDR
3. Kandang : menyebabkan bau yang menyengat
3. Pemasaran produk : -
J. Recording Kesehatan
1. Vaksin : dilakukan 2 kali dalam 1 periode berumur 4 hari dan 12
hari
2. Penyakit yang sering diderita : CDR
3.
Penangan penyakit : diberi antibiotik berupa kunyit , kencur dan jahe
ditempat minum
K. Sudah ada penyuluhan
belum
Belum :
membutuhkan penyuluhan untuk mengurangi bau kandang yang menyengat