BAB I
PENDAHULUAN
Ayam kampung
merupakan ayam asli Indonesia yang telah lama dipelihara dan dikembangkan oleh
masyarakat, terutama yang tinggal dipedesaan. Selama ini ayam kampung beradaptasi
dengan kondisi lingkungan pemeliharaan yang sederhana tetapi memiliki potensi
untuk dikembangkaan sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan populasi ayam
tersebut. Upaya yang dapat
dilakukan adalah budidaya dengan
caramenetaskan
telur. Penetasan merupakan tahapan penting dalam
peternakan unggas untuk menghasilkan bibit. Umumnya peternakan ayam kampung di
pedesaan menggunakan penetasan dengan cara alami yaitu pengeraman telur oleh
induknya. Pengeraman ini terjadi apabila sifat mengeram telur pada ayam
tersebut muncul dan jumlah telur yang ditetaskan sangat sedikit sehingga tidak
efisien dan tidak lagi digunakan peternakan komersial. Salah satu cara untuk
menanggulangi permasalahan tersebut yaitu menggunakan mesin tetas atau
inkubator. Saat ini usaha peternakan unggas komersial banyak menggunakan cara
ini karena dianggap lebih efisien dan
mampu menghasilkan daya tetas yang tinggi sehingga produksi DOC
meningkat .
Tujuan dalam
praktikum ini adalah untuk mengetahui perkembangan embrio ayam sampai menetas
dan cara penetasannya serta manajemen pengelolaan mesin tetas. Manfaat dalam
praktikum ini yaitu mengetahui perkembangan embrio ayam, mengetahui cara
penetasan telur ayam menggunakan mesin tetas dan mengetahui manajemen
pengelolaan mesin tetas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.
Penetasan
Penetasan
merupakan suatu proses yang memerlukan penanganan yang baik, agar diperoleh
efisiensi daya tetas yang berkualitas. Penetasan telur ayam kampung dilakukan
dengan dua cara yaitu alami dan buatan. Penetasan alami yaitu menetaskan telur
dengan menggunakan induknya atau jenis unggas lain dan penetasan buatan yaitu
menggunakan mesin tetas (Isa et al.,
2012). Masing- masing cara tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan
dari penetasan alami yaitu lebih mudah dilakukan petani dan tidak memerlukan
pengawasan yang intensif seperti pengaturan suhu dan kelembapan serta
pemutaran. Kelemahannya adalah jumlah telur yang menetas sedikit dan tidak
efisien. Kelebihan penetasan
buatan yaitu jumlah telur yang ditetaskan lebih banyak. Kelemahannya adalah
sangat tergantung dari manajemen peternak dalam pengelolaan mesin tetas,
seperti pengaturan suhu dan kelembapan, pemutaran telur yang merata untuk
mendapatkan suhu yang stabil (Wicaksono et
al., 2013).
2.2.1.
Mesin
Tetas Manual
Pengeraman telur
secara alami sepenuhnya dilakukan oleh induk ayam itu sendiri. Penetasan buatan
dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut mesin tetas atau inkubator. Alat
penetasan buatan dikenal dengan mesin tetas (Rahayuningtyas et al. 2014). 5
poin utama yang harus diperhatikan pada alat penetas telur, yaitu : suhu
(temperatur), kelembapan udara (Humidity),
ventilasi (Ventilation), pemutaran
telur (Egg Turning), kebersihan (Cleanliness) (Nurhadi dan Puspita,
2011).
2.2.2.
Telur
Ayam Kampung
Telur tetas merupakan telur yang akanditetaskan berasal
dari induk yang dikawinkan.
Telur yang terlalu kecil ataupun terlalu besar mempunyai
daya tetas yang rendah. Disamping
itu ukuran (bobot) telur mempunyai korelasi positif dengan bobot tetas,
sehingga telur yang kecil akan menghasilkan bobot tetas yang kecil, demikian
pula sebaliknya (Rasyaf, 1990). Kerabang
telur sangat penting sebagai sumber mineral untuk pertumbuhan embrio, juga
untuk melindungi isi sel telur dari gangguan fisik serta mencegah masuknya
mikroba yang dapat merusak isi telur sehingga daya tetasnya rendah
(Jayasamudra, 2005).
2.2.3.
Candling
Candling
adalah peneropongan telur dengan menggunakan cahaya untuk melihat perkembangan
embrio dalam telur (Rasyaf, 2004). Mutu telur utuh dapat dinilai dengan cara candling yaitu meletakkan telur dalam
jalur sorotan sinar yang kuat sehingga memungkinkan penemuan keretakan pada
kulit telur, ukuran serta gerakan kuning telur, ukuran kantung udara,
bintik-bintik darah, bintik-bintik daging, kerusakan oleh mikroorganisme dan
pertumbuhan benih (Suprijatna et al,.
2005). Karakter-karakter yang diamati adalah cangkang, rongga udara, yolk, albumen dan blastoderm. Candling
memungkinkan untuk mendeteksi retak-retak pada cangkang, ukuran rongga udara,
ukuran dan mobolitas yolk, blood spot,
meat spot, cacat-cacat mikrobiologis dan germinasi (ada tidaknya
perkembangan embrio) (Jayasamudera et al. 2005).
2.5.
Perkembangan Embrio
Perkembangan
embrio dari hari ke hari, hari pertama asal mula lempengan embrio pada tahap
blastodermal. Terlihat ada rongga segmentasi yang berada di bawah area
pelucida, terdapat pada cincin yang berwarna lebih gelap dari sekitarnya. Hari
kedua nampak jalur pertama pada pusat blastoderm.
Diantara extraembrionic annexis
nampak membran vitelin yang memiliki peranan utama dalam nutrisi embrio. Hari ketiga
embrio berada di sisi kiri, dikelilingi oleh sistem peredaran darah, membram
viteline menyebar di atas permukaan kuning telur. Kepala dan badan dapat
dibedakan, demikian juga otak, nampak juga struktur jantung yang mulai
berdenyut. Hari ke empat perkembangan rongga amniotik, yang akan mengelilingi
embrio, yang berisi cairan amniotik, berfungsi untuk melindungi embrio dan tempat
embrio bergerak. Nampak gelembung alantois yang berperan utama dalam penyerapan
kalsium, pernapasan dan tempat penyimpanan sisa-sisa. Hari kelima peningkatan
ukuran embrio, embrio membentuk huruf C, kepala bergerak mendekati ekor.
Terjadi perkembangan sayap (Pokphand, 2007). Perkembangan embrio dapat optimum dengan kelembapan yang optimum (Hamdani et al., 2012).
2.6. Fertilitas dan Daya Tetas
Fertilitasmerupakanpersentaseperbandinganantaratelur
yang fertildenganjumlahtelur yang ditetaskan,
fertilitasdipengaruhiolehbeberapafaktorantaralainiklim,
varietasayam, sistemperkawinan, umurinduk,berattelur, bentuktelur,pengelolaanayamsebelummasukmesintetasdanpenyimpanantelurtetas(Irastuti,
2011). Faktor lain yang mempengaruhifertilitasadalahnutrientpakan,
jikakekurangan vitamin E dalampakanakanmenyebabkantelur yang dihasilkantidakfertil(Dewanti
et al., 2014). Fertilitasayamkampongdenganberattelur di atas 39 gram
dapatmencapai96,62%, sedangakan
yang memilikiberattelur di bawah 39 gram hanyamencapai 37,30% (Rajab, 2013).
Dayatetasmerupakanpersentaseperbandinganantarajumlahtelur
yang berhasilmenetasdenganjumlahtelur yang fertil (Rajab,
2013).Dayatetastelurayamkampongadalah 60%, faktor yang
mempengaruhidayatetasantaralain telur
rang infertil, kontaminasi bakteri pada cangkang, pemutaran telur tidak
dikontrol, telur terlalu tua dan lama
penyimpanantelur, telur yang terlalu lama disimpanpertukaran gas
danudarasemakinbesar,
penguapancepatsehinggaberattelurmengalamipenyusutandanpembesarankantungudarasehingga
dayatetasmenurun (Irastuti, 2011).Faktor lain yang juga
mempengaruhidayatetasadalahbentuktelur, danberattelur, berattelur yang
terlaluringanakanmenyebabkankomposisikurangsehinggaembrioakankekurangannutrisidantidakberkembang,
sedangkantelur yang terlalubesarmemilikipori-pori yang
besarsehinggapenguapanakanlebihcepatterjadi
danembrioakanmatisebelum menetas
(SusantodanSuliswanto, 2013).
2.7.
Sanitasi danBiosecurity
Sanitasi mesin tetas merupakan suatu
kegiatan untuk membersihkan mesin tetas dari kuman/penyakit. Sanitasi dapat
dilakukan dengan cara membersihkan mesin tetas menggunakan Chlorox bleach atau lysol yang
dicampur dengan air (Krista dan Harianto, 2013). Biosecurity merupakan suatu kegiatan untuk mensucihamakan mesin
tetas dari penyakit. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
proses penetasan yaitu kebersihan mesin tetas. Mesin tetas yang harus digunakan
harus bersih dan bebas dari hama/kuman penyakit agar anak ayam yang ditetaskan
tidak terserang penyakit. Cara untuk mensucihamakan mesin tetas dapat dilakukan
dengan desinfektan dan sanitasi mesin tetas (Kelly, 1995). Sebelum menggunakan mesin
tetas, harus dibersihkan dan disemprot dengan bahan kimia pembunuh kuman
(Cahyono, 2011).
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum
Manajemen Penetasan dengan materi Penetasantelurayamkampung dilaksanakan pada
hari Minggu, 25 Oktober 2015 sampai dengan Rabu, 14November 2015di kandang
Penetasan,Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum dengan materi
penetasantelurayamkampungadalah telurayamkampungfertil100butir, desinfektan
untuk desinfeksi lingkungan dan mesin tetas, air unutk menjaga kelembaban, alcohol
untuk membersihkan cangkang telur. Alat yang digunakan antara lain
mesintetasberfungsiuntukmenetaskantelur, sapusebagaialatsanitasi,
kapasberfungsiuntukmembersihkantelur, sendokberfungsiuntukmemecahkantelur yang
akandiamati, keramiksebagaialattempatpemecahantelur,candlerberfungsiuntukmelakukan candling,
termometermengukursuhudalammesintetas, hygrometermengukurkelembapandalammesintetas,
nampansebagaiwadah airdan alat tulisuntukmencatathasilpraktikum.
3.2.
Metode
Persiapan
kandang meliputi membersihkan seluruh kandang dan lingkungan kandang.Melakukan
persiapanmesintetasmeliputi pengecakankondisimesintetasdesinfeksi seluruh
peralatan kandang.Proses pembersihantelurmenggunakanalkohol.Meletakkantelurdalammesintetasdenganbagiantumpulberadadiatas.Melakukanpemutarantelurpadamesintetassetiap
6 jam sekalipukul 05.00 WIB, 11.00 WIB, 17.00 WIB dan 23.00 wibmulaipadaharike
4 setelahtelurmasukdalammesintetassampaiharike 18. Pemecahantelurdilakukansetiapharipukul
17.00 WIB
untukmengetahuiperkembanganembrioayamsetiapharinya.Mencatathasilpengamatankedalam
log book. Melakukan candling padaharike 7, 14 dan 18
untukmengetahuitelur yang fertil, telur yang tidak fertil
dikeluarkandarimesintetas. Melakukanpenetasanpadaharike 21.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Perkembangan Embrio hari ke – 1 sampai ke –
24
Berdasarkan hasil praktikum yang
dilakukan selama 21 hari didapatkan bahwa telur yang ditetaskan dengan mesin
tetas merupakan telur fertil dengan perkembangan embrio dari hari ke – 1 sampai
ke – 24 menunjukkan perkembangan yang baik yang ditunjukkan dengan anak ayam
yang menetas pada hari ke – 24. Faktor
yang mempengaruhi fertilitas telur adalah nutrisi dalam pakan, mesin tetas dan
kelembapan dalam mesin tetas. Dewanti et
al. (2014) bahwa faktor lain yang mempengruhi fertilitas adalah nutrient pakan, jika kekurangan vitamin E
dalam pakan akan menyebabkan telur yang dihasilkan tidak fertil. Susanto dan Suliswanto (2013) bahwa
faktor lain yang juga mempengaruhi daya tetas adalah bentuk telur, dan berat telur, berat telur yang terlalu ringan akan menyebabkan komposisi kurang sehingga embrio akan kekurangan nutrisi dan tidak berkembang, sedangkan telur yang terlalu besar memiliki pori-pori yang besar sehingga penguapan akan lebih cepat terjadi dan embrio akan mati sebelum menetas.
4.1.1. Perkembangan Embrio Hari Ke – 1
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa hari ke - 1 telur masih
dalam keadaaan normal tanpa perubahan yang terdiri dari kuning telur, putih
telur dan benang benang kalaza (Ilustrasi 1).
Kuning telur sangat dibutuhkan embrio sebagai nutrisi untuk perkembangan dalam
proses perkembangan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Luqman et al. (2007) menyatakan bahwa kuning
telur merupakan nutrisi dalam perkembangan embrio. Bagian yang berperan penting
dalam penetasan yaitu kalaza. Kalaza merupakan bagian putih telur yang
mempunyai peran vital sebagai pengikat kuning telur. Menurut Hamdani et al. (2012) menyatakan bahwa kalaza
adalah bagian dari putih telur yang berfungsi untuk mengikat kuning telur.
|
|
|
||||||
Sumber
: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : wikimedia.org
|
Ilustrasi 1.
Perkembangan Embrio hari ke – 1
Keterangan :
1.
kuning telur
2.
inner layer of thin albumin
3.
outer layer of thin albumin
Hari
ke – 1 telur tidak menunjukkan perubahan dan masih dalam keadaan normal dengan
kuning dan putih telur masih utuh. Hari ke – 1 belum dilakukan pemutaran dan
telur masih dalam keadaan infertil. Menurut Bachari et al. (2006) pemutaran yang lebih sering telur akan cepat menetas
sehingga kandungan air tidak banyak hilang yang mengakibatkan bobot badan DOC
akan meningkat. Kelembapan mesin harus dijaga sehingga tidak terjadi dehidrasi
atau terlalu lembap. Menurut Suprijatna et
al. (2005) menyatakan bahwa untuk
menjaga tingkat kelembapan yang tinggi telur-telur dibasahi dengan cara dibilas
dengan air hangat atau penyemprotan air.
4.1.2. Perkembangan Embrio Hari Ke – 2
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh bahwa hasil sebagai berikut :
|
|
|
||||||
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen
Penetasan, 2015
|
|
Sumber :wikimedia.org
|
Ilustrasi 2. Perkembangan
Embrio hari ke – 2
Keterangan :
1. kuning telur
2. putih telur
3. kalaza
Hari ke – 2 telur sudah terjadi perubahan
yaitu kuning telur sudah mulai encer dan putih telur terbagi menjadi 2 yaitu
putih telur encer dan putih telur kental serta benang kalaza yang tidak
kelihatan. Hal tersebut menandakan bahwa telur yang di tetaskan di dalam mesin
terjadi perkembangan. Terlalu tinggi atau terlalu rendah kadar air didalam
tinggi yang diupkan akan mempengaruhi perkembangan embrio. Hamdani et al. (2012) menyatakan bahwa kadar air
sebelum inkubasi sebanyak 68,25% dari massa inkubasi telur 12% dan bila terlalu
tinggi atau terlalu rendah air yang diuapkan akan mempengaruhi perkembangan
embrio. Telur yang berbenturan mengakibatkan berkontaminasi dengan mikroba.
Menurut Bachari et al. (2006)
menyatakan bahwa faktor daya tetas sebabkan oleh lama penyimpanan telur
sebaiknya telur disimpan kurang dari 4 hari dengan suhu 10 – 13 oC.
Hari ke
2 menunjukkan perubahan dengan kuning telur yang sudah mulai encer dan
putih telur yang terdapat putih telur encer dan kental. Hal tersebut menandakan
bahwa perubuhan pada hari ke 2 sudah mulai terjadi dan dapat dikatakan bahwa
telur tersebut fertil. Pertumbuhan embrio dapat diperlambat oleh kelembapan
udara. Menurut Hamdani et al. (2012) menyatakan bahwa
perkembangan embrio dapat optimum dengan
kelembapan yang optimum.
4.1.3. Perkembangan Embrio Hari Ke – 3
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa hari
ke – 3 menunjukkan tanda bahwa terdapatnya kuning telur yang utuh sehingga
menjadi pecah, putih telur encer dan putih telur kental (Ilustrasi 3). Hal tersebut
menunjukkan perkembangan embrio dari kuning terlur, kuning telur berfungsi
sebagai nutrisi untuk perkembangan embrio didalam cangkang telur. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Luqman et al.
(2007) menyatakan bahwa kuning telur
berfungsi sebagai nutrisi untuk perkembangan embrio. Masa inkubasi telur juga
mempengaruhi perkembangan embrio. Temperatur sangat mempengaruhi kelembapan
yang relatif dan keduanya berkontirbusi dalam penguapan air telur dalam
inkubasi. Menurut Hamdani et al. (2012)
menyatakan bahwa korelasi temperatur dan kelembaban harus dilakukan pengawasan
secara kontinyu selama proses inkubasi berlangsung, dikarenakan penguapan kadar
air didalam embrio tidak mampu di awasi.
|
|
|
||||||
Sumber
: Data Primer Praktikum Manajemen penetasan, 2015
|
|
Ilustrasi 3.
Perkembangan Embrio hari ke – 3
Keterangan :
1. kuning
telur
2. putih
telur
3. kalaza
Hari ke – 3 menunjukkan perubahan yang normal dan baik, yaitu dengan perbuahan bentuk
kuning telur yang tidak utuh lagi menjadi pecah, terdapat putih telur encer dan
putih telur kental. Hal tersebut ditunjukkan dengan lamanya penyimpanan telur
didalam mesin tetas. pemutaran yang
baik maka daya tetas telur akan maksimal sehingga kandungan air di dalamnya
tidak akan banyak hilang yang dapat membuat bobot badan DOC meningkat. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Bachari et
al. (2006) menyatakan bahwa pemutaran
terhadap daya tetas akan maksimal sehingga kandungan air dalam telur
akan banyak hilang dan membuat bobot badan DOC meningkat. Menurut Widyaningrum
et al. (2012) menyatakan bahwa kelembapan yang terlalu tinggi dalam ruang mesin
tetas selama periode penetasan menyebabkan laju penguapan air tidak lancar
karena terhambat. Anak ayam yang menetas akan melekat pada kerabang telur dan
lembek.
4.1.4. Perkembangan Embrio Hari ke-4
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh bahwa hasil sebagai berikut :
|
|
|
||||||
Sumber: Data Primer
Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : Pokphan, 2007
|
Ilustrasi 4. Perkembangan Embrio hari ke-4
Keterangan
: 1. Embrio
2. Gelembung Allantois
3. Tunas anggota badan bagian belakang
Hasil pemecahan telur ayam pada
hari keempat menunjukkan adanya embrio dan Extraembrionic
annexes. Selaput
ekstraembrionik terus menerus memebesar hingga mengisi seluruh ruangan serta merupakan
kantong
pembuluh darah yang bergabung dengan chorion sehingga kapiler - kapilernya
itu berhubungan langsung dengan selaput kuning telur. Menurut
Suprijatna et al. (2005) selaput ekstraembrionik terdapat selaput atau membran yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan embrio yaitu amnion, charion, yolk sac, dan allantois.
pembuluh darah yang bergabung dengan chorion sehingga kapiler - kapilernya
itu berhubungan langsung dengan selaput kuning telur. Menurut
Suprijatna et al. (2005) selaput ekstraembrionik terdapat selaput atau membran yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan embrio yaitu amnion, charion, yolk sac, dan allantois.
Hasil
pemecahan ini tidak normal sehingga tidak sesuai dengan literatur bahwa hari
keempat telah terjadi perkembangan rongga amniotik dan juga nampak gelembung
allantois. Menurut Pokphand (2007) Perkembangan embrio hari keempat menunjukkan adanya perkembangan rongga amniotik, yang
akan mengelilingi embrio, yang berisi cairan amniotik, berfungsi untuk
melindungi embrio dan membolehkan embrio bergerak. Nampak gelembung alantois
yang berperan utama dalam penyerapan kalsium, pernapasan dan tempat penyimpanan
sisa-sisa. Suprijatna et al. (2005) menambahkan hari keempat
dari perkembangan embrio ayam yaitu mulai terjadinya pembentukan lidah.
4.1.5. Perkembangan Embrio Hari ke-5
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa pemecahan telur ayam pada hari kelima embrionya
sudah tampak jelas anggota tubuh embrio, anggota badan sudah mulai terbentuk (Ilustrasi 5). Pembentukan organ reproduksi serta ekor
dan kepala sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C, sementara amnion dan
alantois sudah kelihatan. Embrio sudah terletak di dalam amnion dan pembuluh
sudah semakin banyak dari pada hari sebelumnya.
|
|
|
||||||||
Sumber: Data Primer
Praktikum Manajemen Penetasan
|
|
Sumber : (Pokphan, 2007)
|
Ilustrasi 5. Perkembangan Embrio hari ke-5
Keterangan :
1.
Anggota badan bagian atas 4.
Tunas kepala
2.
Anggota badan bagian bawah 5.
pembuluh darah
3. Mata
Hasil pemecahan ini sesuai
dengan literatur sehingga dapat dikatakan terdapat perubahan yang normal.
Menurut Pokphand (2007) meyatakan bahwa perkembangan
embrio kelima terjadi peningkatan ukuran embrio, embrio
membentuk huruf C, kepala bergerak mendekati ekor dan terjadi perkembangan
sayap. Suprijatna et al. (2005) menambahkan pada hari
kelima mulai pembentukan organ reproduksi dan diferensiasi sex.
4.1.6. Perkembangan Embrio Hari ke-6
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa pemecahan telur ayam pada hari
keenam pembentukan mata sudah nampak jelas, pembuluh darah untuk menyuplai nutrisi (Ilustrasi 6). Membran vitelin terus berkembang dan mengelilingi lebih
dari separuh kuning telur dan alat tubuhnya mulai berkembang. Hasil
pemecahan ini sesuai dengan literatur sehingga dapat dikatakan terdapat perubahan
yang normal. Menurut Pokphand (2007) meyatakan bahwa perkembangan embrio keenam Membram
viteline terus berkembang dan mengelilingi lebih dari separuh kuning telur.
Fissura ada diantara jari kesatu, kedua dan ketiga dari anggota badan bagian
atas dan antara jari kedua dan ketiga anggota badan bagian bawah. Jari kedua
lebih panjang dari jari lain.
Suprijatna et al. (2005) menambahkan perkembangan embrio hari keenam mulai pembentukan paruh.
Suprijatna et al. (2005) menambahkan perkembangan embrio hari keenam mulai pembentukan paruh.
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||
Sumber: Data Primer
Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : (Pokphan, 2007)
|
Ilustrasi 6. Perkembangan Embrio hari ke-6
Keterangan :
1.
Rongga amniotik
2. Mata
3. Membran vitelin
4.1.7. Perkembangan Embrio Hari Ke – 7
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh bahwa hasil bahwa
hari ke - 7 embrio telur semakin berkembang dan putih
telur sudah tidak ada. Terbentuk calon bulu rambut telur dan ke dua mata yang
menunjukkan embrio berkembang (Ilustrasi 7). Salah satu faktor yang menyebabkan embrio
tidak tumbuh adalah kelembapan ruang setter yang tepat. Hal ini sesuai dengan
pendapat
Siella (2013) yang menyatakan bahwa embrio muda sangat sensitif terhadap perubahan suhu di ruangan inkubasi. Suhu di ruangan inkubasi tidak boleh lebih panas atau lebih dingin 20C dari kisaran suhu standar. Suhu standar untuk penetasan berkisar antara 360C-390C.
Siella (2013) yang menyatakan bahwa embrio muda sangat sensitif terhadap perubahan suhu di ruangan inkubasi. Suhu di ruangan inkubasi tidak boleh lebih panas atau lebih dingin 20C dari kisaran suhu standar. Suhu standar untuk penetasan berkisar antara 360C-390C.
|
|
|
||||
Sumber
: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber
:Chick embrio development
|
Ilustrasi 7 :
Perkembangan Embrio hari ke – 7
Keterangan :
1.
Calon bulu
2.
Mata
Perkembangan
embrio pada hari ke 7 dalam keadaan normal. Pada hari sebelumnya hanya terlihat
titik hitam pada bagian mata. Akan tetapi pada hari ke 7 bagian mata semakin
terlihat antara bagian mata dan putih dan bagian hitam. Selain itu pada hari ke
7 sekin terlihat bulu rambut pada telur. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi normal atau tidaknya embrio adalah
posisi telur pada egg tray.
Apabila penempatan bagian tumbul diatas kemungkinan embrio tidak berkembang
atau cacat pada saat proses penetasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jutawan
(2005) yang menyatakan bahwa posisi telur yang salah pada waktu diletakkan di
rak telur yaitu bagian telur yang tumpul berada di bawah dan bagian lancip diatas. Posisi kepala
embrio yang salah akan mengakibatkan cacat karena pada saat turning berputar di arah yang salah.
4.1.8. Perkembangan Embrio Hari Ke – 8
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh bahwa hasil sebagai berikut :
|
|
|
||||||||||||||
Sumber
: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : Chick
embrio development
|
Ilustrasi 8.
Perkembangan Embrio hari ke – 8
Keterangan :
1. embrio bagian kepala
2. sayap
3. pembuluh
darah
4. badan
embrio
Hari ke – 8 telur sudah mulai membentuk kepala dan badan
yang semakin terlihat. Selain itu bagian kaki sudah mulai terbentuk serta
adanya sedikit putih telur kental yang menunjukkan putih telur telah terserab
oleh kuning telur unuk pertubuhan embrio. Salah satu faktor yang mempengaruhi
kematian embrio adalah faktor biologis. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryana
(2011) yang menyatakan bahwa faktor yang dapat menyebabkan kematian embrio atau
cacat embrio adalah faktor biologis yang menyebabkan spermatozoa tertinggal di
dalam oviduct dalam waktu lama.
Perubahan yang
terjadi pda hari ke -8 dari hari sebelumnya yaitu bentuk kepala dan calon badan
DOC semakin terlihat dan berkembang. Salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan embrio pada proses penetasan adalah suhu dan kelembaban pada mesin
tetas. Apabila temperatur mesin tetas terlalu panas atau tinggi dapat
menyebabkan scok temperature sehingga
apabila telur berhasil ditetaskan bulu akan mengering. Hal ini sesuai dengan
pendapat Siella (2013) yang menyatakan bahwa temeperatur dan kelembaban pada
mesin tetas harus stabil untuk mempertahankan kondisi telur agar agar tetap
baik dalam proses penetasan.
4.1.9. Perkembangan Embrio Hari Ke – 9
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa hari ke - 9 kuning telur semakin
mengental dan putih telur semakin sedikit dibandingkan dengan hari sebelumnya (Ilustrasi 9). Hal ini
menunjukkan bahwa putih telur terserap oleh kuning telur pada proses penetasan.
Selain itu pada umur 9 hari telur telah melewati masa kritis yaitu pada hari ke
2-4 setelah masuk mesin. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjarwo (2012) yang
menyatakan bahwa masa kritis pertama terjadi pada hari ke 2 dan ke 4. Pada saat
kritis terjadi pembentukan organ vital seperti pembuluh darah, pembuluh syaraf,
otak, jantung mulai berdenyut.
|
|
|
||||||||
Sumber
: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : Chick
embrio development
|
Ilustrasi 9 :
Perkembangan Embrio hari ke – 9
Keterangan :
1.
calon DOC (embrio)
2.
kuning telur
3.
pembuluh darah
4.
sayap
5.
kaki
4.1.10. Perkembangan Embrio hari ke-10
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa pemecahan
telur hari ke sepuluh didapatkan hasil bahwa sudah mulai terlihat nakal kepala
yang semakin besar dan bagian yolk mulai berubah menjadi encer (Ilustrasi 10). Selama proses
pengeraman dan penetasan, ventilasi memegang peranan penting sebagai sumber
oksigen untuk bernafas sehingga embrio dalam telur akan berkembang dan mendapat
suplai oksigen untuk perkembangannya. Ventilasi juga menjadi kunci penyeimbang
antara kelembaban dan suhu. Jika ventilasi lancar maka kelembaban bisa
berkurang, namun jika ventilasi terhambat maka suhu mesin akan meningkat
(Hartono dan Isman, 2010).
|
|
|
||||||
Sumber
: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : wikimedia.org
|
Ilustrasi 10.
Perkembangan Embrio hari ke – 10
Keterangan :
1.
kepala
2.
badan
3.
kaki
4.1.11. Perkembangan Embrio hari ke-11
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa pemecahan
telur hari ke sebelas didapatkan hasil bahwa embrio sudah mulai menammpakkan
adanya kehidupan dengan ditandai jantung yang sedikit berdetak dan kelengkapan
organ lainnya seperti mata yang sudah mulai terbentuk dan anggota tubuh lainnya
sepetri kaki, bulu, sayap dan kepala.
Pada fase ini embrio menjadi tambah besar sehingga yolk akan
menyusut (Setiyono et al.. 2006).
|
|
|
||||||
Sumber
: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : wikimedia.org
|
Ilustrasi 11. Perkembangan
Embrio hari ke – 11
Keterangan :
1.
kuning telur
2.
putih telur
3.
kalaza
4.1.12. Perkembangan Embrio
hari ke-12
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh hasil sebagai berikut :
|
|
|
||||||
Sumber
: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : wikimedia.org
|
Ilustrasi 12.
Perkembangan Embrio hari ke – 12
Keterangan :
1.
kuning telur
2.
badan embrio
3.
mata
Pemecahan
hari ke dua belas didapatkan hasil bahwa embrio berkembang dengan baik yang
ditandai dengan mata, kaki, sayap dan bulu pada calon anak ayam sudah terlihat
semakin jelas dan yolk pada telur semakin kecil. Pada hari ke-12 embrio sudah
semakin besar dan mulai masuk ke yolk sehingga yolk menjadi
semakin kecil (Zakaria, 2010). Mata sudah mulai membuka dan telinga sudah
terbentuk.
4.1.13. Perkembangan
Embrio hari ke 13
Berdasarkan hasil praktikum yang
diperoleh hasil bahwa pada hari
ke 13 sudah terjadi pembentukan kepala, badan, sayap, kaki dan bulu (Ilustrasi 13). Peristiwa tersebut menandakan bahwa
perkembangan embrio sudah baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtini et al. (2006) bahwa perkembangan embrio
pada ayam akan meningkat setelah umur 10 hari dan sudah membentuk organ-organ
tubuh ayam. Ditambahkan oleh pendapat Chilmy (2012) bahwa pada hari ke 13
alantois menyusut menjadi Chorioalantois,
kuku dan kaki mulai nampak jelas.
|
|
|
||||||
Sumber
: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : wikimedia.org
|
Ilustrasi 13 : Perkembangan
Embrio hari ke – 13
Keterangan :
1.
mata
2.
sayap
3.
kaki embrio
4.1.14. Perkembangan Embrio hari ke 14
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa
hari ke 14 terdapat
perkembangan embrio ayam yang terdiri dari kepala, badan, sayap, kaki dan
bulu-bulu yang halus (Ilustrasi 14). Perkembangan
embrio yang terjadi sudah baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtini et al. (2006) bahwa perkembangan embrio
pada ayam akan meningkat setelah umur 10 hari dan sudah membentuk organ-organ
tubuh ayam. Chilmy (2012) menyatakan bahwa pada hari ke 14 sudah terjadi
pertumbuhan bulu-bulu halus yang hampir menutupi seluruh tubuh dan berkembang
dengan cepat.
|
|
|
||||||
Sumber
: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : wikimedia.org
|
Ilustrasi 14. Perkembangan
Embrio hari ke – 14
Keterangan :
1.
bulu embrio
2.
kepala embrio
3.
kaki embrio
4.1.15. Perkembangan Embrio Hari ke 15
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh bahwa hasil sebagai berikut :
|
|
|
||||||
Sumber
: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : wikimedia.org
|
Ilustrasi 15 :
Perkembangan Embrio hari ke – 15
Keterangan :
1.
kepala embrio 3. sayap embrio
2.
badan embrio
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
didapatkan bahwa pada hari ke 15 terdapat perkembangan embrio ayam yang terdiri
dari kepala, badan, sayap, kaki dan bulu. Putih telur sudah mulai menghilang
dan kuning telur semakin menipis. Hal ini sesuai dengan pendapat Febriana
(2006) bahwa pada umur 12 sampai umur 21 hari terjadi pembentukan organ pada
embrio yang terdiri dari kepala, paruh, badan, sayap dan kaki. Chilmy (2012)
menyatakan bahwa embrio pada hari ke 15 memiliki perubahan morfologi yaitu anak
ayam dan bulu halus terus berkembang dan vitellus menyusut cepat, putih telur
mulai menghilang dan kepala bergerak ke arah kerabang telur di bawah sayap
kanan.
4.1.16. Perkembangan Embrio Hari ke-16
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh hasil umur
16 hari, terlihat tidak adanya perbedaan dengan gambar yang didapat sisik, cakar dan paruh sudah mulai mengeras,
Kuning telur membeku, Cuping, mata dan ekor menuju kearah sempurna, Bulu sudah
mulai menyelimuti tubuh (Ilustrasi 16). Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo
(1992) perkembangan embrio ayam dalam telur selama proses
penetasan, penting untuk
diketahui. Pada hari keenam belas, sudah terbentuk cakar dan paruh, kuning telur membeku, cuping, mata dan ekor menuju
kearah sempurna, bulu sudah mulai menyelimuti tubuh.
|
|
|
||||||||
Sumber: Data
Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : CP-Bulletin Service, 2007
|
Ilustrasi 16. Perkembangan Embrio hari ke-16
Keterangan :
1. paruh 3.
Cuping
2. Kuning 4.
bulu
4.1.17. Perkembangan Embrio Hari ke-17
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh bahwa hasil sebagai berikut :
|
|
|
||||||||||
Sumber: Data Primer
Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : CP-Bulletin Service, 2007
|
Ilustrasi 17. Perkembangan Embrio hari ke-17
Keterangan : 1. Selaput kuning mulai memasuki rongga badan
2. Ayam
dalam kedudukan baik
3. Paruh
menghadap kerongga udara
4. Cairan
amnion mulai menghilang
5. Bulu
sudah menyelimuti seluruh tubuh
Hari ke-17 perkembangan embrio sudah terlihat menyerupai anak ayam tapi
masih berbentuk kecil, apabila dibandingkan gambar yang didapat di pustaka. Bulu
sudah tumbuh menyelimuti seluruh tubuh, paruh dan jari cakar sudah mengeras dan
posisi embrio sudah menghadap rongga udara untuk bernafas serta kuning telur
sudah berkurang karena diserap oleh embrio. Hal ini sesuai pendapat Sudarwati (1975) dalam perkembangannya, embrio dibantu
oleh kantung kuning telur, amnion, dan alantois. Dinding kantung
kuning telur dapat menghasilkan enzim yang berfungsi mengubah isi
kuning telur sehingga mudah diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal,
sedangkan alantois berfungsi sebagai pembawa oksigen keembrio, menyerap zat
asam dari embrio, mengambil sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal
dan menyimpannya dalam lantois, serta
membantu mencerna albumin.
4.1.18. Perkembangan Embrio Hari ke-18
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa
hari ke-18 perkembangan
embrio sudah terlihat semakin menyerupi anak ayam tapi masih berbentuk kecil (Ilustrasi 18). Jika dibandingkan
gambar yang didapat di pustaka tidak perbedaan karena embrio kurang
terlihat jelas karena masih diselimuti membran telur. Bulu sudah tumbuh
menyelimuti seluruh tubuh, paruh dan jari cakar sudah mengeras dan jari kaki,
sayap dan bulunya sudah berkembang dengan baik. Hal ini sesuai pendapat Yuwanta
(2004) embrio pada umur 18 hari terlihat bahwa ekstremitasi
semakin berkembang, bulu semakin lebat dan kepala perlahan mengarah kekantong
udara.
|
|
|
||||||
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan,
2015
|
|
Sumber : (Pokphand, 2007)
|
Ilustrasi 18. Perkembangan Embrio hari ke-18
Keterangan
: 1. Membran sudah berbentuk seperti anak ayam
2. Bulu sudah
menutupi seluruh bagian tubuh
3. Jari
kaki, sayap dan bulunya berkembang dengan baik
4.1.19. Perkembangan
Embrio Hari ke-19
Berdasarkan hasil
praktikum yang diperoleh hasil bahwa
hari ke 19 paruh ayam
sudah siap mematuk dan menusuk selaput kerabang dalam. Kepala, paruh dan kaki
sudah terbentuk dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartono dan Isman
(2013) menyatakan bahwa pada hari ke 19 embrio di dalam telur sudah mengalami
perkembangan yang semakin cepat untuk menjadi anak ayam, organ tubuh ayam sudah
terbentuk dengan sempurna dan siap menetas. Menurut Hartono dan Isman (2013) menyatakan bahwa
embrio pada hari ke-19 sudah tumbuh dan berkembang organ tubuhnya terdiri dari
kepala, paruh, mata, badan bulu dan kaki.
|
|
|
||||||||
Sumber: Data Primer
Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : (Pokphand, 2007)
|
Ilustrasi 19. Perkembangan Embrio hari ke-19
Keterangan: 1. Kepala 4. Sayap
2. Paruh
3. Kaki
4.1.20. Perkembangan Embrio Hari ke-20
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh hasil bahwa sebagai berikut :
|
|
|
||||||||
Sumber: Data Primer
Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : (Pokphand, 2007)
|
Ilustrasi 20. Perkembangan Embrio hari ke-20
Keterangan:
1. Bulu
2. Kaki
3. Sayap
4. Kepala
Pada hari ke 20 kantung kuning telur sudah
masuk sepenuhnya kedalam rongga perut. Embrio ayam ini hampir menempati seluruh
rongga di dalam telur, kecuali kantung udara. Fase ini terjadi serangkaian
proses penetasan yang diawali dengan kerabang mulai terbuka. Ayam menggunakan
paruhnya dengan cara mematuk untuk membuka kerabang. Semakin lama, kerabang
akan semakin besar membuka, sehingga ayam dapat bernafas. Kelembaban harus diperhatikan supaya pengeringan
selaput kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat dicegah. Selanjutnya
ayam memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan kakinya, dengan bantuan sayapnya, pecahnya kerabang
semakin besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Prakoso et al.
(2012) yang menyatakan bahwa kematian embrio diwaktu kritis yaitu lima hari
pertama dan lima hari sebelum menetas sangat dipengaruhi oleh pemadaman sumber
pemanas, walaupun pemadaman terjadi tidak pada masa kritis. Nafiu et al. (2014)
menyatakan bahwa agar embrio dapat berkembang dengan baik maka ruangan
penetasan diatur pada suhu 95 - 104o F.
4.1.21. Perkembangan
Embrio Hari ke-21
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh bahwa hari ke dua puluh satu ini, ayam sudah membuka kerabangnya walaupun
belum seluruhnya. Keadaan ini biasanya tubuh ayam memerlukan waktu beberapa jam
untuk keluar dari kerabang. Setelah keluar dari kerabang, tubuh masih basah.
Supaya kering, diperlukan waktu beberapa jam lagi. Menurut Nafiu et al. (2014) menyatakan bahwa telur ayam kampung umumnya akan
menetas setelah dierami selama 21 hari. Prakoso et al. (2012) menyatakan bahwa lama pemadaman sumber pemanas dapat
memperlambat waktu tetas pada telur yang diinkubasi.
|
|
|
||||||||
Sumber: Data Primer
Praktikum Manajemen Penetasan, 2015
|
|
Sumber : (Pokphand, 2007)
|
Ilustrasi 21. Perkembangan Embrio hari ke-21
Keterangan: 1. Paruh
2. Mata
3. Kaki
4. Bulu
4.2. Candling
Berdasarkan
hasil praktikum diketahui bahwa kualitas telur tetas dengan cara candling tidak terdapat keretakan pada
cangkang, tidak ada bercak pada cangkang, kantung udara dalam telur terlihat
baik dan perkembangan embrio dapat terlihat dengan baik. Pemerikasaan telur
tetas dengan candling berguna untuk
melihat kualitas telur tetas tanpa pemecahan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suprijatna et al, (2005) bahwa mutu
telur utuh dapat dinilai dengan cara candling yaitu meletakkan telur dalam
jalur sorotan sinar yang kuat sehingga memungkinkan penemuan keretakan pada
kulit telur, ukuran serta gerakan kuning telur, ukuran kantung udara,
bintik-bintik darah, bintik-bintik daging, kerusakan oleh mikroorganisme dan
pertumbuhan benih. Faktor yang mempengaruhi kualitas telur tetas adalah ukuran
dan keadaan kerabang, kerabang yang terlalu tebal akan menyulitkan dalam proses
penetasan sebaliknya apabila terlalu lunak dapat mengakibatkan embrio
kekurangan kalsium sehingga perkembangan embrio terganggu. Hal ini sesuai
dengan pendapat Jayasamudra (2005) bahwa kerabang telur sangat
penting sebagai sumber mineral untuk pertumbuhan embrio, juga untuk melindungi
isi sel telur dari gangguan fisik serta mencegah masuknya mikroba yang dapat
merusak isi telur sehingga daya tetasnya rendah
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
2.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan
bahwa fertilitas sudah baik yaitu 96% namun daya tetas telur rendah yaitu 7,29%.
Faktor yang mempengeruhi fertilitas dan daya tetas telur adalah suhu dalam
mesin tetas, kelembapan, kualitas telur, dan manajemen pemutaran telur tetas.
5.2.
Saran
Pelaksanaan
praktikum manajemen penetasan sebaiknya memperhatikan kondisi masin tetas agar
praktikum berjalan dengan lancer, perlengkapan alat untuk penetasan trlur
dilengkapi dan pembalikan telur diperhatikan guna embrio dalam telur tidak
menempel dikerabang telur.
DAFTAR PUSTAKA
Bachari, I., I. Sembiring, dan
D. S. Tarigan. 2006. Pengaruh frekuensi pemutaran. Fakultas
Pertanian USU. Medan. J. Agri. Pet. 2
(3). 101 – 105.
Cahyono, B.
2011. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
CP-Bulletin
Service. 2007. Perkembangan embrio dari hari kehari. Penebar swadaya, Jakarta.
Damayanti,
Y., I. B.O. Winaya dan M. D.
Rudyanto. 2012. Evaluasi penyakit
virus pada cadaver broiler berdasarkan pengamatan patologi anatomi
di rumah pemotongan unggas.Indonesia
Medicus Veterinus. 1 (3)
: 417 – 427.
Dewanti,
R. Yuhan dan Sudiyono.
2014. Pengaruh bobot dan frekuensi pemutaran telur terhadap fertilitas, daya tetas, dan bobot tetas itik lokal. Buletin Peternakan. 38 (1) : 16 – 20.
Febriana, L. 2006. Hubungan kadar
kalsium cangkang telur dengan kadar kalsium tulang pada tahapan perkembangan
embrio ayam kampung(Gallus gallus domesticus). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember. (Skripsi)
Hamdani, M.
I. T. Ibrahim dan A. Syuhada. 2012.
Analisa pengaruh kelembaban relatif dalam inkubator telur. Magister
Teknik Mesin Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh. Banda Aceh. J.
Teknik. Mesin. 1 (1). 1-8.
Hartono,
T dan Isman. 2013. Kiat Sukses Menetaskan Telur Ayam. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Irastuti. 2011. Pengaruh bangsa penjantan dan interval deposisi semen terhadap keberhasilan inseminasi buatan pada ayam. J. Sains dan Teknologi Tadulako. 1 (1) 13 – 25.
Isa,
M., T. Ibrahim., A. Syuhada dan Hamdan. 2012. Analisa pengaruh kelembaban relatif dalam inkubator telur. Jurnal Tehnik
Mesin Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Aceh. 1 (1) : 1-8.
Jayasamudera,
D. Juanda dan C, Bambang. 2005. Pembibitan
Itik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kelly, S. 1995. Membuat Mesin Tetas Elektronik. Kanisius,
Yogyakarta.
Krista, B. dan B. Harianto. 2013. Jago Bisnis dan Betenak
Ayam Kampung. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Luqman, E.M.,
B. S. Poernomo dan L. Mahaputra.
2007. Peranan Choline Esterase (ChE) pada pembentukan vesikel otak embrio ayam
yang terpapar insektisida karbofuran. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga, Surabaya. J. Ked. Hew. 23 (3) : 145-150.
Murtidjo, B. A. 1988. Pengelola itik.
Kanisius. Yogyakarta
Murtidjo, B. A.1992.
Mengelola Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta.
Murtini, S., R. Murwani, F. Satrija dan
M. B. M. Malole. 2006. Penetapan rute dan dosis inokulasi pada telur ayam
berembrio sebagai media uji khasiat ekstrak benalu teh (Scurrula oortiana). JITV. 11
(02) : 137 – 143.
Nafiu, L.O, M.
Rusdin dan A. Slamet. 2014. Daya tetas dan lama menetas telur ayam Tokali pada
mesin tetas dengan sumber panas berbeda. J. Ilmu dan Teknologi dan Peternakan
Tropis. 1 (1): 67-84
Nurhadi, I dan A,
Puspita. 2011. Rancang bangun mesin penetas telur otomatis berbasis
mikrokontroler atmega 8 menggunakan sensor SHT 11.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
Nuryati dan Tutik. 2000. Sukses Menetaskan Telur. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Pokphand, C. 2007. Perkembangan embrio dari hari
ke hari. CP-Bulletin Service A Traditional of Quality. Nomor 87 / Tahun VIII.
Prakoso,
H, W. Warnoto dan P. Karyadi. 2012. Pengaruh lama pemadaman sumber pemanas
terhadap performa penetasan telur ayam. J. Sains Peternakan Indonesia. 7 (2) : 21-43
Rahayuningtyas, A. M. Furqon dan T, Santoso. 2014. Rancang bangun alat penetas telur sederhana
menggunakan Sensor suhu dan penggerak rak otomatis. Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Subang Jawa Barat. ISSN 2089-3582 1(3):13-23
Rahmadi,
F. I. 2009. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur
di Peternakan Dony Farm Kabupaten Magelang, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Rajab. 2013. Hubungan bobot telur dengan fertilitas, daya tetas dan bobot anak ayam kampong . J. Agr. Anim. 3 (2) : 56 – 60.
Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging.
Penebar Swadaya. Jakarta
Rasyaf, M., 1990. Pengelolaan
Penetasan. Kanisius. Yogyakarta.
Setiyono,
S. Riyadi. dan S. Kismiati. 2006. Fertilitas Dan Daya Tetas Telur Dari
Ayam Petelur Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan Semen Ayam
Kampung Yang Diencerkan Dengan Bahan Berbeda. Journal of
the Indonesian Tropical Animal Agriculture. 31 (1):
36-40.
Sholikin,
H. W. S. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler di Peternakan UD Hadi PS
Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
Sudarwati 1975. Pengaruh doxan. A (Csytaclopho Sphmide) pada pertumbuhan embrio ayam.Kanisius,
Yogyakarta.
Suprijatna, E. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swada. Jakarta
Suprijatna, E., U, Atmomarsono, dan R.
Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto, E dan Suliswanto.
2013. Pengaruh berat telur terhadap daya tetas telur ayam kampung. J. Ternak. 4 (2) : 27 – 30.
telur terhadap daya tetas dan bobot badan DOC Ayam Kampung. Perternakan
Wicaksono,
D., T. Kurtini. dan K. Nova. 2013. Perbandingan
ferlitilitas serta susut, dan bobot tetas ayam
kampung pada penetasan kombinasi. Jurnal Peternakan Universitas Lampung,
Lampung.
Widyaningrum, A. E., Sudjarwo, E. dan
Achmanu.. 2012. Pengaruh jenis bahan
dan frekuensi penyemprotan terhadap daya tetas, bobot tetas, dan dead embryo
telur itik khaki campbell. Peternakan
Universitas Brawijaya, Malang.
Widyantara,
P. R. A., I. K. A. Wiyanadan N. P. Sarini. 2013. Tingkat penerapan biosekuriti pada peternakan ayam pedaging kemitraan
di Kabupaten Tabanan dan Gianyar. J. Tropical Animal Science. 1 (1) : 45 – 57.
Yuawanta, Tri.
2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.
Zakaria, M. A. S. 2010. Pengaruh Lama Penyimpanan
Telur Ayam Buras Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Telur Dan Berat Tetas. Jurnal
Agrisistem. 6 (2) : 97-102.
LAMPIRAN
Lampiran
1. Perhitungan Fertilitas
Fertilitas = x 100%
=
x 100%
= 96%
Lampiran
2. Perhitungan Daya Tetas
Daya Tetas = x 100%
= x 100%
= 7,29%
Lampiran
3. Dokumentasi
Telur hari ke-1
|
Telur hari ke-2
|
Telur hari ke-3
|
|
|
|
Telur hari ke- 4
|
Telur hari ke- 5
|
Telur hari ke- 6
|
|
|
|
Telur hari ke- 7
|
Telur hari ke- 8
|
Telur hari ke- 9
|
|
|
|
Telur hari ke- 10
|
Telur hari ke- 11
|
Telur hari ke- 12
|
|
|
|
Telur hari ke- 13
|
Telur hari ke- 14
|
Telur hari ke- 15
|
|
|
|
Telur hari ke- 16
|
Telur hari ke- 17
|
Telur hari ke- 18
|
|
|
|
Telur hari ke- 19
|
Telur hari ke- 20
|
Telur hari ke- 21
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar