Selasa, 10 Mei 2016

Manajemen penetasan



BAB I
PENDAHULUAN
Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang telah lama dipelihara dan dikembangkan oleh masyarakat, terutama yang tinggal dipedesaan. Selama ini ayam kampung beradaptasi dengan kondisi lingkungan pemeliharaan yang sederhana tetapi memiliki potensi untuk dikembangkaan sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan populasi ayam tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah budidaya dengan caramenetaskan telur. Penetasan merupakan tahapan penting dalam peternakan unggas untuk menghasilkan bibit. Umumnya peternakan ayam kampung di pedesaan menggunakan penetasan dengan cara alami yaitu pengeraman telur oleh induknya. Pengeraman ini terjadi apabila sifat mengeram telur pada ayam tersebut muncul dan jumlah telur yang ditetaskan sangat sedikit sehingga tidak efisien dan tidak lagi digunakan peternakan komersial. Salah satu cara untuk menanggulangi permasalahan tersebut yaitu menggunakan mesin tetas atau inkubator. Saat ini usaha peternakan unggas komersial banyak menggunakan cara ini karena dianggap lebih efisien dan  mampu menghasilkan daya tetas yang tinggi sehingga produksi DOC meningkat .
Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui perkembangan embrio ayam sampai menetas dan cara penetasannya serta manajemen pengelolaan mesin tetas. Manfaat dalam praktikum ini yaitu mengetahui perkembangan embrio ayam, mengetahui cara penetasan telur ayam menggunakan mesin tetas dan mengetahui manajemen pengelolaan mesin tetas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.      Penetasan
Penetasan merupakan suatu proses yang memerlukan penanganan yang baik, agar diperoleh efisiensi daya tetas yang berkualitas. Penetasan telur ayam kampung dilakukan dengan dua cara yaitu alami dan buatan. Penetasan alami yaitu menetaskan telur dengan menggunakan induknya atau jenis unggas lain dan penetasan buatan yaitu menggunakan mesin tetas (Isa et al., 2012). Masing- masing cara tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari penetasan alami yaitu lebih mudah dilakukan petani dan tidak memerlukan pengawasan yang intensif seperti pengaturan suhu dan kelembapan serta pemutaran. Kelemahannya adalah jumlah telur yang menetas sedikit dan tidak efisien. Kelebihan penetasan buatan yaitu jumlah telur yang ditetaskan lebih banyak. Kelemahannya adalah sangat tergantung dari manajemen peternak dalam pengelolaan mesin tetas, seperti pengaturan suhu dan kelembapan, pemutaran telur yang merata untuk mendapatkan suhu yang stabil (Wicaksono et al., 2013).

2.2.1.      Mesin Tetas Manual
Pengeraman telur secara alami sepenuhnya dilakukan oleh induk ayam itu sendiri. Penetasan buatan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut mesin tetas atau inkubator. Alat penetasan buatan dikenal dengan mesin tetas (Rahayuningtyas et al. 2014). 5 poin utama yang harus diperhatikan pada alat penetas telur, yaitu : suhu (temperatur), kelembapan udara (Humidity), ventilasi (Ventilation), pemutaran telur (Egg Turning), kebersihan (Cleanliness) (Nurhadi dan Puspita, 2011).

2.2.2.      Telur Ayam Kampung
Telur tetas merupakan telur yang akanditetaskan berasal dari induk yang dikawinkan. Telur yang terlalu kecil ataupun terlalu besar mempunyai daya tetas yang rendah. Disamping itu ukuran (bobot) telur mempunyai korelasi positif dengan bobot tetas, sehingga telur yang kecil akan menghasilkan bobot tetas yang kecil, demikian pula sebaliknya (Rasyaf, 1990).  Kerabang telur sangat penting sebagai sumber mineral untuk pertumbuhan embrio, juga untuk melindungi isi sel telur dari gangguan fisik serta mencegah masuknya mikroba yang dapat merusak isi telur sehingga daya tetasnya rendah (Jayasamudra, 2005).

2.2.3.      Candling
Candling adalah peneropongan telur dengan menggunakan cahaya untuk melihat perkembangan embrio dalam telur (Rasyaf, 2004). Mutu telur utuh dapat dinilai dengan cara candling yaitu meletakkan telur dalam jalur sorotan sinar yang kuat sehingga memungkinkan penemuan keretakan pada kulit telur, ukuran serta gerakan kuning telur, ukuran kantung udara, bintik-bintik darah, bintik-bintik daging, kerusakan oleh mikroorganisme dan pertumbuhan benih (Suprijatna et al,. 2005). Karakter-karakter yang diamati adalah cangkang, rongga udara, yolk, albumen dan blastoderm. Candling memungkinkan untuk mendeteksi retak-retak pada cangkang, ukuran rongga udara, ukuran dan mobolitas yolk, blood spot, meat spot, cacat-cacat mikrobiologis dan germinasi (ada tidaknya perkembangan embrio) (Jayasamudera et al. 2005).

2.5.      Perkembangan Embrio
Perkembangan embrio dari hari ke hari, hari pertama asal mula lempengan embrio pada tahap blastodermal. Terlihat ada rongga segmentasi yang berada di bawah area pelucida, terdapat pada cincin yang berwarna lebih gelap dari sekitarnya. Hari kedua nampak jalur pertama pada pusat blastoderm. Diantara extraembrionic annexis nampak membran vitelin yang memiliki peranan utama dalam nutrisi embrio. Hari ketiga embrio berada di sisi kiri, dikelilingi oleh sistem peredaran darah, membram viteline menyebar di atas permukaan kuning telur. Kepala dan badan dapat dibedakan, demikian juga otak, nampak juga struktur jantung yang mulai berdenyut. Hari ke empat perkembangan rongga amniotik, yang akan mengelilingi embrio, yang berisi cairan amniotik, berfungsi untuk melindungi embrio dan tempat embrio bergerak. Nampak gelembung alantois yang berperan utama dalam penyerapan kalsium, pernapasan dan tempat penyimpanan sisa-sisa. Hari kelima peningkatan ukuran embrio, embrio membentuk huruf C, kepala bergerak mendekati ekor. Terjadi perkembangan sayap (Pokphand, 2007). Perkembangan embrio dapat  optimum dengan kelembapan yang optimum (Hamdani et al., 2012).

2.6.      Fertilitas dan Daya Tetas

Fertilitasmerupakanpersentaseperbandinganantaratelur yang fertildenganjumlahtelur yang ditetaskan, fertilitasdipengaruhiolehbeberapafaktorantaralainiklim, varietasayam, sistemperkawinan, umurinduk,berattelur, bentuktelur,pengelolaanayamsebelummasukmesintetasdanpenyimpanantelurtetas(Irastuti, 2011). Faktor lain yang mempengaruhifertilitasadalahnutrientpakan, jikakekurangan vitamin E dalampakanakanmenyebabkantelur yang dihasilkantidakfertil(Dewanti et al., 2014). Fertilitasayamkampongdenganberattelur di atas 39 gram dapatmencapai96,62%, sedangakan yang memilikiberattelur di bawah 39 gram hanyamencapai 37,30% (Rajab, 2013).
Dayatetasmerupakanpersentaseperbandinganantarajumlahtelur yang berhasilmenetasdenganjumlahtelur yang fertil (Rajab, 2013).Dayatetastelurayamkampongadalah 60%, faktor yang mempengaruhidayatetasantaralain telur rang infertil, kontaminasi bakteri pada cangkang, pemutaran telur tidak dikontrol, telur terlalu tua dan lama penyimpanantelur, telur yang terlalu lama disimpanpertukaran gas danudarasemakinbesar, penguapancepatsehinggaberattelurmengalamipenyusutandanpembesarankantungudarasehingga dayatetasmenurun (Irastuti, 2011).Faktor lain yang juga mempengaruhidayatetasadalahbentuktelur, danberattelur, berattelur yang terlaluringanakanmenyebabkankomposisikurangsehinggaembrioakankekurangannutrisidantidakberkembang, sedangkantelur yang terlalubesarmemilikipori-pori yang besarsehinggapenguapanakanlebihcepatterjadi danembrioakanmatisebelum menetas (SusantodanSuliswanto, 2013).

2.7.      Sanitasi danBiosecurity
            Sanitasi mesin tetas merupakan suatu kegiatan untuk membersihkan mesin tetas dari kuman/penyakit. Sanitasi dapat dilakukan dengan cara membersihkan mesin tetas menggunakan Chlorox bleach atau lysol yang dicampur dengan air (Krista dan Harianto, 2013). Biosecurity merupakan suatu kegiatan untuk mensucihamakan mesin tetas dari penyakit. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan proses penetasan yaitu kebersihan mesin tetas. Mesin tetas yang harus digunakan harus bersih dan bebas dari hama/kuman penyakit agar anak ayam yang ditetaskan tidak terserang penyakit. Cara untuk mensucihamakan mesin tetas dapat dilakukan dengan desinfektan dan sanitasi mesin tetas (Kelly, 1995). Sebelum menggunakan mesin tetas, harus dibersihkan dan disemprot dengan bahan kimia pembunuh kuman (Cahyono, 2011).

BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Manajemen Penetasan dengan materi Penetasantelurayamkampung dilaksanakan pada hari Minggu, 25 Oktober 2015 sampai dengan Rabu, 14November 2015di kandang Penetasan,Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

3.1.      Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum dengan materi penetasantelurayamkampungadalah telurayamkampungfertil100butir, desinfektan untuk desinfeksi lingkungan dan mesin tetas, air unutk menjaga kelembaban, alcohol untuk membersihkan cangkang telur. Alat yang digunakan antara lain mesintetasberfungsiuntukmenetaskantelur, sapusebagaialatsanitasi, kapasberfungsiuntukmembersihkantelur, sendokberfungsiuntukmemecahkantelur yang akandiamati, keramiksebagaialattempatpemecahantelur,candlerberfungsiuntukmelakukan candling, termometermengukursuhudalammesintetas, hygrometermengukurkelembapandalammesintetas, nampansebagaiwadah airdan alat tulisuntukmencatathasilpraktikum.

3.2.            Metode
Persiapan kandang meliputi membersihkan seluruh kandang dan lingkungan kandang.Melakukan persiapanmesintetasmeliputi pengecakankondisimesintetasdesinfeksi seluruh peralatan kandang.Proses pembersihantelurmenggunakanalkohol.Meletakkantelurdalammesintetasdenganbagiantumpulberadadiatas.Melakukanpemutarantelurpadamesintetassetiap 6 jam sekalipukul 05.00 WIB, 11.00 WIB, 17.00 WIB dan 23.00 wibmulaipadaharike 4 setelahtelurmasukdalammesintetassampaiharike 18. Pemecahantelurdilakukansetiapharipukul 17.00 WIB untukmengetahuiperkembanganembrioayamsetiapharinya.Mencatathasilpengamatankedalam log book. Melakukan candling padaharike 7, 14 dan 18 untukmengetahuitelur yang fertil, telur yang tidak fertil dikeluarkandarimesintetas. Melakukanpenetasanpadaharike 21.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.    Perkembangan Embrio hari ke – 1 sampai ke – 24
          Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan selama 21 hari didapatkan bahwa telur yang ditetaskan dengan mesin tetas merupakan telur fertil dengan perkembangan embrio dari hari ke – 1 sampai ke – 24 menunjukkan perkembangan yang baik yang ditunjukkan dengan anak ayam yang menetas pada hari ke – 24. Faktor yang mempengaruhi fertilitas telur adalah nutrisi dalam pakan, mesin tetas dan kelembapan dalam mesin tetas. Dewanti et al. (2014) bahwa faktor lain yang mempengruhi fertilitas adalah nutrient pakan, jika kekurangan vitamin E dalam pakan akan menyebabkan telur yang dihasilkan tidak fertil. Susanto dan Suliswanto (2013) bahwa faktor lain yang juga mempengaruhi daya tetas adalah bentuk telur, dan berat telur, berat telur yang terlalu ringan akan menyebabkan komposisi  kurang sehingga embrio akan kekurangan nutrisi dan tidak berkembang, sedangkan telur yang terlalu besar memiliki pori-pori yang besar sehingga penguapan akan lebih cepat terjadi dan embrio akan mati sebelum menetas.

4.1.1.   Perkembangan Embrio Hari Ke – 1   
            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa hari ke - 1 telur masih dalam keadaaan normal tanpa perubahan yang terdiri dari kuning telur, putih telur dan benang benang kalaza (Ilustrasi 1). Kuning telur sangat dibutuhkan embrio sebagai nutrisi untuk perkembangan dalam proses perkembangan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Luqman et al. (2007) menyatakan bahwa kuning telur merupakan nutrisi dalam perkembangan embrio. Bagian yang berperan penting dalam penetasan yaitu kalaza. Kalaza merupakan bagian putih telur yang mempunyai peran vital sebagai pengikat kuning telur. Menurut Hamdani et al. (2012) menyatakan bahwa kalaza adalah bagian dari putih telur yang berfungsi untuk mengikat kuning telur.

2
 
3
 
1
 

Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015         

Sumber : wikimedia.org
Ilustrasi 1. Perkembangan Embrio hari ke – 1
Keterangan :
1.      kuning telur
2.      inner layer of thin albumin
3.      outer layer of thin albumin

            Hari ke – 1 telur tidak menunjukkan perubahan dan masih dalam keadaan normal dengan kuning dan putih telur masih utuh. Hari ke – 1 belum dilakukan pemutaran dan telur masih dalam keadaan infertil. Menurut Bachari et al. (2006) pemutaran yang lebih sering telur akan cepat menetas sehingga kandungan air tidak banyak hilang yang mengakibatkan bobot badan DOC akan meningkat. Kelembapan mesin harus dijaga sehingga tidak terjadi dehidrasi atau terlalu lembap. Menurut Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa  untuk menjaga tingkat kelembapan yang tinggi telur-telur dibasahi dengan cara dibilas dengan air hangat atau penyemprotan air.

4.1.2.   Perkembangan Embrio Hari Ke – 2
            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh bahwa hasil sebagai berikut :

3
 
2
 
1
 

Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber :wikimedia.org
Ilustrasi 2. Perkembangan Embrio hari ke – 2
Keterangan :
1. kuning telur
2. putih telur
3. kalaza

             Hari ke – 2 telur sudah terjadi perubahan yaitu kuning telur sudah mulai encer dan putih telur terbagi menjadi 2 yaitu putih telur encer dan putih telur kental serta benang kalaza yang tidak kelihatan. Hal tersebut menandakan bahwa telur yang di tetaskan di dalam mesin terjadi perkembangan. Terlalu tinggi atau terlalu rendah kadar air didalam tinggi yang diupkan akan mempengaruhi perkembangan embrio. Hamdani et al. (2012) menyatakan bahwa kadar air sebelum inkubasi sebanyak 68,25% dari massa inkubasi telur 12% dan bila terlalu tinggi atau terlalu rendah air yang diuapkan akan mempengaruhi perkembangan embrio. Telur yang berbenturan mengakibatkan berkontaminasi dengan mikroba. Menurut Bachari et al. (2006) menyatakan bahwa faktor daya tetas sebabkan oleh lama penyimpanan telur sebaiknya telur disimpan kurang dari 4 hari dengan suhu 10 – 13 oC.
             Hari ke  2 menunjukkan perubahan dengan kuning telur yang sudah mulai encer dan putih telur yang terdapat putih telur encer dan kental. Hal tersebut menandakan bahwa perubuhan pada hari ke 2 sudah mulai terjadi dan dapat dikatakan bahwa telur tersebut fertil. Pertumbuhan embrio dapat diperlambat oleh kelembapan udara. Menurut Hamdani et al. (2012) menyatakan bahwa perkembangan embrio dapat  optimum dengan kelembapan yang optimum.

4.1.3.   Perkembangan Embrio Hari Ke – 3
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa hari ke – 3 menunjukkan tanda bahwa terdapatnya kuning telur yang utuh sehingga menjadi pecah, putih telur encer dan putih telur kental (Ilustrasi 3). Hal tersebut menunjukkan perkembangan embrio dari kuning terlur, kuning telur berfungsi sebagai nutrisi untuk perkembangan embrio didalam cangkang telur. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Luqman et al. (2007) menyatakan bahwa  kuning telur berfungsi sebagai nutrisi untuk perkembangan embrio. Masa inkubasi telur juga mempengaruhi perkembangan embrio. Temperatur sangat mempengaruhi kelembapan yang relatif dan keduanya berkontirbusi dalam penguapan air telur dalam inkubasi. Menurut Hamdani et al. (2012) menyatakan bahwa korelasi temperatur dan kelembaban harus dilakukan pengawasan secara kontinyu selama proses inkubasi berlangsung, dikarenakan penguapan kadar air didalam embrio tidak mampu di awasi.

2
 
3
 
1
 

Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen penetasan, 2015

Sumber : wikimedia.org
Ilustrasi 3. Perkembangan Embrio hari ke – 3
Keterangan :
1.         kuning telur
2.         putih telur
3.         kalaza
            Hari ke – 3  menunjukkan perubahan yang normal  dan baik, yaitu dengan perbuahan bentuk kuning telur yang tidak utuh lagi menjadi pecah, terdapat putih telur encer dan putih telur kental. Hal tersebut ditunjukkan dengan lamanya penyimpanan telur didalam mesin tetas.   pemutaran yang baik maka daya tetas telur akan maksimal sehingga kandungan air di dalamnya tidak akan banyak hilang yang dapat membuat bobot badan DOC meningkat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bachari et al. (2006) menyatakan bahwa pemutaran  terhadap daya tetas akan maksimal sehingga kandungan air dalam telur akan banyak hilang dan membuat bobot badan DOC meningkat. Menurut Widyaningrum et al. (2012) menyatakan bahwa kelembapan yang terlalu tinggi dalam ruang mesin tetas selama periode penetasan menyebabkan laju penguapan air tidak lancar karena terhambat. Anak ayam yang menetas akan melekat pada kerabang telur dan lembek.

4.1.4.   Perkembangan Embrio Hari ke-4
            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh bahwa hasil sebagai berikut :


3
 
2
 
1
 

Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : Pokphan, 2007
Ilustrasi 4. Perkembangan Embrio hari ke-4
Keterangan :   1. Embrio
                        2. Gelembung Allantois
   3. Tunas anggota badan bagian belakang
              
Hasil pemecahan telur ayam pada hari keempat menunjukkan adanya embrio dan Extraembrionic annexes. Selaput ekstraembrionik terus menerus memebesar hingga mengisi seluruh ruangan serta merupakan kantong
pembuluh darah yang bergabung dengan chorion sehingga kapiler - kapilernya
itu berhubungan langsung dengan selaput kuning telur
Menurut
Suprijatna et al. (2005) selaput ekstraembrionik terdapat selaput atau membran yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan embrio yaitu amnion, charion, yolk sac, dan allantois.
Hasil pemecahan ini tidak normal sehingga tidak sesuai dengan literatur bahwa hari keempat telah terjadi perkembangan rongga amniotik dan juga nampak gelembung allantois. Menurut Pokphand (2007) Perkembangan  embrio hari keempat menunjukkan  adanya perkembangan rongga amniotik, yang akan mengelilingi embrio, yang berisi cairan amniotik, berfungsi untuk melindungi embrio dan membolehkan embrio bergerak. Nampak gelembung alantois yang berperan utama dalam penyerapan kalsium, pernapasan dan tempat penyimpanan sisa-sisa. Suprijatna et al. (2005) menambahkan hari keempat dari perkembangan embrio ayam yaitu mulai terjadinya pembentukan lidah.

4.1.5.   Perkembangan Embrio Hari ke-5

            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa pemecahan telur ayam pada hari kelima embrionya sudah tampak jelas anggota tubuh embrio, anggota badan sudah mulai terbentuk (Ilustrasi 5). Pembentukan organ reproduksi serta ekor dan kepala sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C, sementara amnion dan alantois sudah kelihatan. Embrio sudah terletak di dalam amnion dan pembuluh sudah semakin banyak dari pada hari sebelumnya.

Ke5
5
 
4
 
Text Box: 3
2
 
1
 


Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan

Sumber : (Pokphan, 2007)
Ilustrasi 5. Perkembangan Embrio hari ke-5
Keterangan :
1. Anggota badan bagian atas             4. Tunas kepala
2. Anggota badan bagian bawah        5. pembuluh darah
3. Mata

Hasil pemecahan ini sesuai dengan literatur sehingga dapat dikatakan terdapat perubahan yang normal. Menurut Pokphand (2007)  meyatakan bahwa perkembangan embrio kelima terjadi peningkatan ukuran embrio, embrio membentuk huruf C, kepala bergerak mendekati ekor dan terjadi perkembangan sayap. Suprijatna et al. (2005) menambahkan pada hari kelima mulai pembentukan organ reproduksi dan diferensiasi sex.


4.1.6.   Perkembangan Embrio Hari ke-6
            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa pemecahan telur ayam pada hari keenam pembentukan mata sudah nampak jelas, pembuluh darah untuk menyuplai nutrisi (Ilustrasi 6). Membran vitelin terus berkembang dan mengelilingi lebih dari separuh kuning telur dan alat tubuhnya mulai berkembang. Hasil pemecahan ini sesuai dengan literatur sehingga dapat dikatakan terdapat perubahan yang normal. Menurut Pokphand (2007) meyatakan bahwa perkembangan embrio keenam Membram viteline terus berkembang dan mengelilingi lebih dari separuh kuning telur. Fissura ada diantara jari kesatu, kedua dan ketiga dari anggota badan bagian atas dan antara jari kedua dan ketiga anggota badan bagian bawah. Jari kedua lebih panjang dari jari lain.
Suprijatna et al. (2005) menambahkan perkembangan embrio hari keenam mulai pembentukan paruh.


ke6














 


1
 
2
 


Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : (Pokphan, 2007)
Ilustrasi 6. Perkembangan Embrio hari ke-6
Keterangan :
1. Rongga amniotik
2. Mata
            3. Membran vitelin

4.1.7.   Perkembangan Embrio Hari Ke – 7
            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh bahwa hasil bahwa hari ke - 7 embrio telur semakin berkembang dan putih telur sudah tidak ada. Terbentuk calon bulu rambut telur dan ke dua mata yang menunjukkan embrio berkembang (Ilustrasi 7).  Salah satu faktor yang menyebabkan embrio tidak tumbuh adalah kelembapan ruang setter yang tepat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Siella (2013) yang menyatakan bahwa embrio muda sangat sensitif terhadap perubahan suhu di ruangan inkubasi. Suhu di ruangan inkubasi tidak boleh lebih panas atau lebih dingin 20C dari kisaran suhu standar. Suhu standar untuk penetasan berkisar antara 360C-390C.
7.jpg 

2
 
1
 
7a.PNG

Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber :Chick embrio development
Ilustrasi 7 : Perkembangan Embrio hari ke – 7
Keterangan :
1.      Calon bulu
2.      Mata

Perkembangan embrio pada hari ke 7 dalam keadaan normal. Pada hari sebelumnya hanya terlihat titik hitam pada bagian mata. Akan tetapi pada hari ke 7 bagian mata semakin terlihat antara bagian mata dan putih dan bagian hitam. Selain itu pada hari ke 7 sekin terlihat bulu rambut pada telur. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi normal atau tidaknya embrio adalah  posisi telur pada egg tray. Apabila penempatan bagian tumbul diatas kemungkinan embrio tidak berkembang atau cacat pada saat proses penetasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Jutawan (2005) yang menyatakan bahwa posisi telur yang salah pada waktu diletakkan di rak telur yaitu bagian telur yang tumpul berada di bawah  dan bagian lancip diatas. Posisi kepala embrio yang salah akan mengakibatkan cacat karena pada saat turning berputar di arah yang salah.

4.1.8.   Perkembangan Embrio Hari Ke – 8
            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh bahwa hasil sebagai berikut :


 
4
 
3
 
2
 
1
 


8a.PNG


Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : Chick embrio development
Ilustrasi 8. Perkembangan Embrio hari ke – 8
Keterangan :
1. embrio bagian kepala
2. sayap
3. pembuluh darah
4. badan embrio

            Hari ke – 8  telur sudah mulai membentuk kepala dan badan yang semakin terlihat. Selain itu bagian kaki sudah mulai terbentuk serta adanya sedikit putih telur kental yang menunjukkan putih telur telah terserab oleh kuning telur unuk pertubuhan embrio. Salah satu faktor yang mempengaruhi kematian embrio adalah faktor biologis. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryana (2011) yang menyatakan bahwa faktor yang dapat menyebabkan kematian embrio atau cacat embrio adalah faktor biologis yang menyebabkan spermatozoa tertinggal di dalam oviduct dalam waktu lama.
Perubahan yang terjadi pda hari ke -8 dari hari sebelumnya yaitu bentuk kepala dan calon badan DOC semakin terlihat dan berkembang. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan embrio pada proses penetasan adalah suhu dan kelembaban pada mesin tetas. Apabila temperatur mesin tetas terlalu panas atau tinggi dapat menyebabkan scok temperature sehingga apabila telur berhasil ditetaskan bulu akan mengering. Hal ini sesuai dengan pendapat Siella (2013) yang menyatakan bahwa temeperatur dan kelembaban pada mesin tetas harus stabil untuk mempertahankan kondisi telur agar agar tetap baik dalam proses penetasan.

4.1.9.   Perkembangan Embrio Hari Ke – 9
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa hari ke - 9 kuning telur semakin mengental dan putih telur semakin sedikit dibandingkan dengan hari sebelumnya (Ilustrasi 9). Hal ini menunjukkan bahwa putih telur terserap oleh kuning telur pada proses penetasan. Selain itu pada umur 9 hari telur telah melewati masa kritis yaitu pada hari ke 2-4 setelah masuk mesin. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjarwo (2012) yang menyatakan bahwa masa kritis pertama terjadi pada hari ke 2 dan ke 4. Pada saat kritis terjadi pembentukan organ vital seperti pembuluh darah, pembuluh syaraf, otak, jantung mulai berdenyut.

9.jpg
4
 
3
 
2
 
1
 

9a.PNG
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : Chick embrio development
Ilustrasi 9 : Perkembangan Embrio hari ke – 9
Keterangan :
1.                  calon DOC (embrio)
2.                  kuning telur
3.                  pembuluh darah
4.                  sayap
5.                  kaki

4.1.10. Perkembangan Embrio hari ke-10
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa pemecahan telur hari ke sepuluh didapatkan hasil bahwa sudah mulai terlihat nakal kepala yang semakin besar dan bagian yolk mulai berubah menjadi encer (Ilustrasi 10). Selama proses pengeraman dan penetasan, ventilasi memegang peranan penting sebagai sumber oksigen untuk bernafas sehingga embrio dalam telur akan berkembang dan mendapat suplai oksigen untuk perkembangannya. Ventilasi juga menjadi kunci penyeimbang antara kelembaban dan suhu. Jika ventilasi lancar maka kelembaban bisa berkurang, namun jika ventilasi terhambat maka suhu mesin akan meningkat (Hartono dan Isman, 2010).

7
2
 
3
 
1
 

Capture
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : wikimedia.org
Ilustrasi 10. Perkembangan Embrio hari ke – 10
Keterangan :
1.      kepala
2.      badan
3.      kaki

4.1.11. Perkembangan Embrio hari ke-11

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa pemecahan telur hari ke sebelas didapatkan hasil bahwa embrio sudah mulai menammpakkan adanya kehidupan dengan ditandai jantung yang sedikit berdetak dan kelengkapan organ lainnya seperti mata yang sudah mulai terbentuk dan anggota tubuh lainnya sepetri kaki, bulu, sayap dan kepala.  Pada fase ini embrio menjadi tambah besar sehingga yolk akan menyusut (Setiyono et al.. 2006).

8
2
 
3
 
1
 

Capture
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : wikimedia.org
Ilustrasi 11. Perkembangan Embrio hari ke – 11
Keterangan :
1.      kuning telur
2.      putih telur
3.      kalaza
4.1.12. Perkembangan Embrio hari ke-12
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh hasil sebagai berikut :

10623852_963104670421232_8547346014579241008_o
3
 
2
 
1
 

15 hari
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : wikimedia.org
Ilustrasi 12. Perkembangan Embrio hari ke – 12
Keterangan :
1.      kuning telur
2.      badan embrio
3.      mata
Pemecahan hari ke dua belas didapatkan hasil bahwa embrio berkembang dengan baik yang ditandai dengan mata, kaki, sayap dan bulu pada calon anak ayam sudah terlihat semakin jelas dan yolk pada telur semakin kecil. Pada hari ke-12 embrio sudah semakin besar dan mulai masuk ke yolk sehingga yolk menjadi semakin kecil (Zakaria, 2010). Mata sudah mulai membuka dan telinga sudah terbentuk.

4.1.13. Perkembangan Embrio hari ke 13
            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa pada hari ke 13 sudah terjadi pembentukan kepala, badan, sayap, kaki dan bulu (Ilustrasi 13). Peristiwa tersebut menandakan bahwa perkembangan embrio sudah baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtini et al. (2006) bahwa perkembangan embrio pada ayam akan meningkat setelah umur 10 hari dan sudah membentuk organ-organ tubuh ayam. Ditambahkan oleh pendapat Chilmy (2012) bahwa pada hari ke 13 alantois menyusut menjadi Chorioalantois, kuku dan kaki mulai nampak jelas.


10623852_963104670421232_8547346014579241008_o
2
 
3
 
1
 

20
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : wikimedia.org
Ilustrasi 13 : Perkembangan Embrio hari ke – 13
Keterangan :
1.      mata
2.      sayap
3.      kaki embrio
4.1.14. Perkembangan Embrio hari ke 14
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa hari ke 14 terdapat perkembangan embrio ayam yang terdiri dari kepala, badan, sayap, kaki dan bulu-bulu yang halus (Ilustrasi 14). Perkembangan embrio yang terjadi sudah baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtini et al. (2006) bahwa perkembangan embrio pada ayam akan meningkat setelah umur 10 hari dan sudah membentuk organ-organ tubuh ayam. Chilmy (2012) menyatakan bahwa pada hari ke 14 sudah terjadi pertumbuhan bulu-bulu halus yang hampir menutupi seluruh tubuh dan berkembang dengan cepat.

12043134_919595501427285_2547991377845122241_n
2
 
3
 
1
 
20
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : wikimedia.org
Ilustrasi 14. Perkembangan Embrio hari ke – 14
Keterangan :
1.      bulu embrio
2.      kepala embrio
3.      kaki embrio
4.1.15. Perkembangan Embrio Hari ke 15
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh bahwa hasil sebagai berikut :

12239378_10203715427926614_4367740452122987257_o
2
 
3
 
1
 

Capture
Sumber : Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : wikimedia.org
Ilustrasi 15 : Perkembangan Embrio hari ke – 15
Keterangan :
1.      kepala embrio                  3.     sayap embrio
2.      badan embrio
             Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan bahwa pada hari ke 15 terdapat perkembangan embrio ayam yang terdiri dari kepala, badan, sayap, kaki dan bulu. Putih telur sudah mulai menghilang dan kuning telur semakin menipis. Hal ini sesuai dengan pendapat Febriana (2006) bahwa pada umur 12 sampai umur 21 hari terjadi pembentukan organ pada embrio yang terdiri dari kepala, paruh, badan, sayap dan kaki. Chilmy (2012) menyatakan bahwa embrio pada hari ke 15 memiliki perubahan morfologi yaitu anak ayam dan bulu halus terus berkembang dan vitellus menyusut cepat, putih telur mulai menghilang dan kepala bergerak ke arah kerabang telur di bawah sayap kanan.

4.1.16. Perkembangan Embrio Hari ke-16
            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh hasil umur 16 hari, terlihat tidak adanya perbedaan dengan gambar yang didapat sisik, cakar dan paruh sudah mulai mengeras, Kuning telur membeku, Cuping, mata dan ekor menuju kearah sempurna, Bulu sudah mulai menyelimuti tubuh (Ilustrasi 16). Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1992) perkembangan embrio ayam dalam telur selama  proses  penetasan,  penting untuk diketahui. Pada hari keenam belas, sudah terbentuk cakar dan paruh, kuning telur membeku, cuping, mata dan ekor menuju kearah sempurna, bulu sudah mulai menyelimuti tubuh.

Description: E:\20151120183418.jpg
2
 
3
 
4
 
1
 
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : CP-Bulletin Service, 2007
Ilustrasi 16. Perkembangan Embrio hari ke-16
Keterangan : 
1. paruh                3. Cuping
2. Kuning             4. bulu
4.1.17. Perkembangan Embrio Hari ke-17
            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh bahwa hasil sebagai berikut :

Description: E:\20151120183414.jpg
2
 
3
 
4
 
5
 
1
 


Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : CP-Bulletin Service, 2007
Ilustrasi 17. Perkembangan Embrio hari ke-17
Keterangan :   1. Selaput kuning mulai memasuki rongga badan
                        2. Ayam dalam kedudukan baik
                        3. Paruh menghadap kerongga udara
                        4. Cairan amnion mulai menghilang
                        5. Bulu sudah menyelimuti seluruh tubuh
              Hari ke-17 perkembangan embrio sudah terlihat menyerupai anak ayam tapi masih berbentuk kecil, apabila dibandingkan gambar yang didapat di pustaka. Bulu sudah tumbuh menyelimuti seluruh tubuh, paruh dan jari cakar sudah mengeras dan posisi embrio sudah menghadap rongga udara untuk bernafas serta kuning telur sudah berkurang karena diserap oleh embrio. Hal ini sesuai pendapat Sudarwati (1975) dalam perkembangannya, embrio dibantu oleh  kantung kuning telur, amnion, dan alantois. Dinding kantung kuning  telur dapat menghasilkan enzim yang berfungsi  mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal, sedangkan alantois berfungsi sebagai pembawa oksigen keembrio, menyerap zat asam dari embrio, mengambil sisa-sisa pencernaan yang terdapat dalam ginjal dan  menyimpannya dalam lantois, serta membantu mencerna albumin.

4.1.18. Perkembangan Embrio Hari ke-18
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa hari ke-18 perkembangan embrio sudah terlihat semakin menyerupi anak ayam  tapi masih berbentuk kecil (Ilustrasi 18). Jika dibandingkan  gambar yang didapat di pustaka tidak perbedaan karena embrio kurang terlihat jelas karena masih diselimuti membran telur. Bulu sudah tumbuh menyelimuti seluruh tubuh, paruh dan jari cakar sudah mengeras dan jari kaki, sayap dan bulunya sudah berkembang dengan baik. Hal ini sesuai pendapat Yuwanta (2004) embrio pada umur 18 hari terlihat bahwa ekstremitasi semakin berkembang, bulu semakin lebat dan kepala perlahan mengarah kekantong udara.
Description: E:\20151120183409.jpg
21
 
3
 
1
 
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : (Pokphand, 2007)
Ilustrasi 18. Perkembangan Embrio hari ke-18
Keterangan :   1. Membran sudah berbentuk seperti anak ayam
2. Bulu sudah menutupi seluruh bagian tubuh
                        3. Jari kaki, sayap dan bulunya berkembang dengan baik
4.1.19.             Perkembangan Embrio Hari ke-19
            Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh hasil bahwa hari ke 19 paruh ayam sudah siap mematuk dan menusuk selaput kerabang dalam. Kepala, paruh dan kaki sudah terbentuk dengan sempurna. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartono dan Isman (2013) menyatakan bahwa pada hari ke 19 embrio di dalam telur sudah mengalami perkembangan yang semakin cepat untuk menjadi anak ayam, organ tubuh ayam sudah terbentuk dengan sempurna dan siap menetas. Menurut Hartono dan Isman (2013) menyatakan bahwa embrio pada hari ke-19 sudah tumbuh dan berkembang organ tubuhnya terdiri dari kepala, paruh, mata, badan bulu dan kaki.

3.
 
2.
 
1.
 
19

4.
 


Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : (Pokphand, 2007)
Ilustrasi 19. Perkembangan Embrio hari ke-19
Keterangan: 1. Kepala            4. Sayap
2. Paruh
3. Kaki

4.1.20. Perkembangan Embrio Hari ke-20
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa sebagai berikut :

3.
 
1.
 
20
4.
 
2.
 
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : (Pokphand, 2007)
Ilustrasi 20. Perkembangan Embrio hari ke-20
Keterangan:
1. Bulu
2. Kaki
3. Sayap
4. Kepala


Pada hari ke 20 kantung kuning telur sudah masuk sepenuhnya kedalam rongga perut. Embrio ayam ini hampir menempati seluruh rongga di dalam telur, kecuali kantung udara. Fase ini terjadi serangkaian proses penetasan yang diawali dengan kerabang mulai terbuka. Ayam menggunakan paruhnya dengan cara mematuk untuk membuka kerabang. Semakin lama, kerabang akan semakin besar membuka, sehingga ayam dapat bernafas. Kelembaban harus diperhatikan supaya pengeringan selaput kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat dicegah. Selanjutnya ayam memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan kakinya, dengan bantuan sayapnya, pecahnya kerabang semakin besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Prakoso et al. (2012) yang menyatakan bahwa kematian embrio diwaktu kritis yaitu lima hari pertama dan lima hari sebelum menetas sangat dipengaruhi oleh pemadaman sumber pemanas, walaupun pemadaman terjadi tidak pada masa kritis. Nafiu et al. (2014) menyatakan bahwa agar embrio dapat berkembang dengan baik maka ruangan penetasan diatur pada suhu 95 - 104o F.

4.1.21. Perkembangan Embrio Hari ke-21
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa hari ke dua puluh satu ini, ayam sudah membuka kerabangnya walaupun belum seluruhnya. Keadaan ini biasanya tubuh ayam memerlukan waktu beberapa jam untuk keluar dari kerabang. Setelah keluar dari kerabang, tubuh masih basah. Supaya kering, diperlukan waktu beberapa jam lagi. Menurut  Nafiu et al. (2014) menyatakan bahwa telur ayam kampung umumnya akan menetas setelah dierami selama 21 hari. Prakoso et al. (2012) menyatakan bahwa lama pemadaman sumber pemanas dapat memperlambat waktu tetas pada telur yang diinkubasi.
4.
 
3.
 
2.
 
1.
 
21
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Penetasan, 2015

Sumber : (Pokphand, 2007)
Ilustrasi 21. Perkembangan Embrio hari ke-21
Keterangan: 1. Paruh
2. Mata
3. Kaki
4. Bulu


4.2. Candling
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa kualitas telur tetas dengan cara candling tidak terdapat keretakan pada cangkang, tidak ada bercak pada cangkang, kantung udara dalam telur terlihat baik dan perkembangan embrio dapat terlihat dengan baik. Pemerikasaan telur tetas dengan candling berguna untuk melihat kualitas telur tetas tanpa pemecahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al, (2005) bahwa mutu telur utuh dapat dinilai dengan cara candling yaitu meletakkan telur dalam jalur sorotan sinar yang kuat sehingga memungkinkan penemuan keretakan pada kulit telur, ukuran serta gerakan kuning telur, ukuran kantung udara, bintik-bintik darah, bintik-bintik daging, kerusakan oleh mikroorganisme dan pertumbuhan benih. Faktor yang mempengaruhi kualitas telur tetas adalah ukuran dan keadaan kerabang, kerabang yang terlalu tebal akan menyulitkan dalam proses penetasan sebaliknya apabila terlalu lunak dapat mengakibatkan embrio kekurangan kalsium sehingga perkembangan embrio terganggu. Hal ini sesuai dengan pendapat Jayasamudra (2005) bahwa kerabang telur sangat penting sebagai sumber mineral untuk pertumbuhan embrio, juga untuk melindungi isi sel telur dari gangguan fisik serta mencegah masuknya mikroba yang dapat merusak isi telur sehingga daya tetasnya rendah

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
2.1.            Kesimpulan
 Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa fertilitas sudah baik yaitu 96% namun daya tetas telur rendah yaitu 7,29%. Faktor yang mempengeruhi fertilitas dan daya tetas telur adalah suhu dalam mesin tetas, kelembapan, kualitas telur, dan manajemen pemutaran telur tetas.

5.2.            Saran
  Pelaksanaan praktikum manajemen penetasan sebaiknya memperhatikan kondisi masin tetas agar praktikum berjalan dengan lancer, perlengkapan alat untuk penetasan trlur dilengkapi dan pembalikan telur diperhatikan guna embrio dalam telur tidak menempel dikerabang telur.


DAFTAR PUSTAKA
Bachari, I., I. Sembiring, dan D. S. Tarigan. 2006. Pengaruh frekuensi pemutaran. Fakultas Pertanian USU. Medan. J. Agri. Pet. 2 (3). 101 – 105.

Cahyono, B. 2011. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

CP-Bulletin Service. 2007. Perkembangan embrio dari hari kehari.  Penebar swadaya, Jakarta.

Damayanti, Y., I. B.O. Winaya dan M. D. Rudyanto. 2012. Evaluasi penyakit virus pada cadaver broiler berdasarkan pengamatan patologi anatomi di rumah pemotongan unggas.Indonesia Medicus Veterinus. 1 (3) : 417 – 427.

Dewanti, R. Yuhan dan Sudiyono. 2014. Pengaruh bobot dan frekuensi pemutaran telur terhadap fertilitas, daya tetas, dan bobot tetas itik lokal. Buletin Peternakan. 38 (1) : 16 – 20.

Febriana, L. 2006. Hubungan kadar kalsium cangkang telur dengan kadar kalsium tulang pada tahapan perkembangan embrio ayam kampung(Gallus gallus domesticus). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember. (Skripsi)
Hamdani, M. I. T.  Ibrahim dan A. Syuhada. 2012. Analisa pengaruh kelembaban relatif dalam inkubator telur.  Magister Teknik Mesin Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh. Banda Aceh. J. Teknik. Mesin. 1 (1). 1-8.

Hartono, T dan Isman. 2013. Kiat Sukses Menetaskan Telur Ayam. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Irastuti. 2011. Pengaruh bangsa penjantan dan interval deposisi semen terhadap keberhasilan inseminasi buatan pada ayam. J. Sains dan Teknologi Tadulako. 1 (1) 13 – 25.

Isa, M., T. Ibrahim., A. Syuhada dan Hamdan. 2012. Analisa pengaruh kelembaban  relatif dalam inkubator telur. Jurnal Tehnik Mesin Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Aceh. 1 (1) : 1-8.

Jayasamudera, D. Juanda dan C, Bambang. 2005. Pembibitan Itik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kelly, S. 1995. Membuat Mesin Tetas Elektronik. Kanisius, Yogyakarta.

Krista, B. dan B. Harianto. 2013. Jago Bisnis dan Betenak Ayam Kampung. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Luqman,  E.M., B. S. Poernomo dan  L. Mahaputra. 2007. Peranan Choline Esterase (ChE) pada pembentukan vesikel otak embrio ayam yang terpapar insektisida karbofuran. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya. J. Ked. Hew. 23 (3) : 145-150.

Murtidjo, B. A. 1988. Pengelola itik. Kanisius. Yogyakarta
Murtidjo, B. A.1992. Mengelola Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta.

Murtini, S., R. Murwani, F. Satrija dan M. B. M. Malole. 2006. Penetapan rute dan dosis inokulasi pada telur ayam berembrio sebagai media uji khasiat ekstrak benalu teh (Scurrula oortiana). JITV. 11 (02) : 137 – 143.

Nafiu, L.O, M. Rusdin dan A. Slamet. 2014. Daya tetas dan lama menetas telur ayam Tokali pada mesin tetas dengan sumber panas berbeda. J. Ilmu dan Teknologi dan Peternakan Tropis. 1 (1): 67-84

Nurhadi, I dan A, Puspita. 2011. Rancang bangun mesin penetas telur otomatis berbasis mikrokontroler atmega 8 menggunakan sensor SHT 11. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya

Nuryati dan Tutik. 2000. Sukses Menetaskan Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pokphand, C. 2007. Perkembangan embrio dari hari ke hari. CP-Bulletin Service A Traditional of Quality. Nomor 87 / Tahun VIII.

Prakoso, H, W. Warnoto dan P. Karyadi. 2012. Pengaruh lama pemadaman sumber pemanas terhadap performa penetasan telur ayam. J. Sains Peternakan Indonesia. 7 (2) : 21-43

Rahayuningtyas, A. M.  Furqon dan T, Santoso. 2014.  Rancang bangun alat penetas telur sederhana menggunakan Sensor suhu dan penggerak rak otomatis. Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Subang Jawa Barat. ISSN 2089-3582 1(3):13-23

Rahmadi, F. I. 2009. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur di Peternakan Dony Farm Kabupaten Magelang, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Rajab. 2013. Hubungan bobot telur dengan fertilitas, daya tetas dan bobot anak ayam kampong . J. Agr. Anim. 3 (2) : 56 – 60.

Rasyaf, M. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta
Rasyaf, M., 1990. Pengelolaan Penetasan. Kanisius. Yogyakarta.
Setiyono, S. Riyadi. dan S. Kismiati. 2006. Fertilitas Dan Daya Tetas Telur Dari Ayam Petelur Hasil Inseminasi Buatan Menggunakan  Semen Ayam Kampung Yang Diencerkan Dengan Bahan Berbeda. Journal of the Indonesian Tropical Animal Agriculture. 31 (1): 36-40.
Sholikin, H. W. S. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler di Peternakan UD Hadi PS Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sudarwati 1975. Pengaruh doxan. A (Csytaclopho Sphmide) pada pertumbuhan embrio ayam.Kanisius, Yogyakarta.

Suprijatna, E. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swada. Jakarta
Suprijatna, E., U, Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanto, E dan Suliswanto. 2013. Pengaruh berat telur terhadap daya tetas telur ayam kampung. J. Ternak. 4 (2) : 27 – 30. telur terhadap daya tetas dan bobot badan DOC Ayam Kampung. Perternakan

Wicaksono, D., T. Kurtini. dan K. Nova. 2013. Perbandingan ferlitilitas serta susut, dan bobot tetas ayam kampung pada penetasan kombinasi. Jurnal Peternakan Universitas Lampung, Lampung.

Widyaningrum, A. E., Sudjarwo, E. dan Achmanu.. 2012. Pengaruh jenis bahan dan frekuensi penyemprotan terhadap daya tetas, bobot tetas, dan dead embryo telur itik khaki campbell. Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.

Widyantara, P. R. A., I. K. A. Wiyanadan N. P. Sarini. 2013. Tingkat penerapan biosekuriti pada peternakan ayam pedaging kemitraan di Kabupaten Tabanan dan Gianyar. J. Tropical Animal Science. 1 (1) : 45 – 57.
Yuawanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.

Zakaria, M. A. S. 2010. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Ayam Buras Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Telur Dan Berat Tetas. Jurnal Agrisistem. (2) : 97-102.

LAMPIRAN



Lampiran 1. Perhitungan Fertilitas

Fertilitas          =  x 100%
=   x 100%
= 96%

Lampiran 2. Perhitungan Daya Tetas

Daya Tetas      =  x 100%

    =  x 100%
                        = 7,29%


Lampiran 3. Dokumentasi


Telur hari ke-1
Telur hari ke-2
Telur hari ke-3
1
2
3
Telur hari ke- 4
Telur hari ke- 5
Telur hari ke- 6
4
5
6
Telur hari ke- 7
Telur hari ke- 8
Telur hari ke- 9
7
8
9
Telur hari ke- 10
Telur hari ke- 11
Telur hari ke- 12

10623852_963104670421232_8547346014579241008_o

12043134_919595501427285_2547991377845122241_n

12239378_10203715427926614_4367740452122987257_o
Telur hari ke- 13
Telur hari ke- 14
Telur hari ke- 15
13
14
15
Telur hari ke- 16
Telur hari ke- 17
Telur hari ke- 18
16
17
18
Telur hari ke- 19
Telur hari ke- 20
Telur hari ke- 21
19
20
21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar