Selasa, 10 Mei 2016

Bahan Pakan Formulasi Ransum




PENDAHULUAN

            Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan dan dimakan oleh ternak yang berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau semuanya dapat dicerna oleh ternak dan tidak beracun terhadap ternak tersebut. Bahan pakan yang digunakan untuk konsumsi ternak harus mengandung nutrisi yang cukup untuk kebutuhan pertumbuhan, produksi hidup pokok dan reproduksi ternak. Ransum adalah susunan dari beberapa bahan pakan dengan. perbandingan tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Jadi dengan mencampur beberapa jenis bahan pakan diharapkan kandungan gizi ransum sesuai dengan kebutuhan gizi itik sehingga itik dapat berproduksi dengan baik. Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam mencampur ransum adalah mengetahui bahan mana yang harus dicampur terlebih dahulu agar hasilnya rata atau homogen
Tujuan dari pengenalan bahan pakan adalah mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi bahan pakan secara internasional dan menjelaskannya. Manfaat dari pengenalan bahan pakan yaitu mahasiswa dapat lebih mengenal dan membedakan secara lebih spesifik antara berbagai macam bahan pakan ternak. Praktikum bahan pakan dan formulasi ransum bertujuan untuk jenis-jenis bahan pakan yang dapat dimakan oleh ternak dan mengetahui cara mencampur ransum yang benar. Manfaat dari praktikum bahan pakan formulasi ransum adalah mengetahui teknik atau cara dalam menyiapkan, menganalisis dan mengetahui pakan yang dibutuhkan ternak.

 
TINJAUAN PUSTAKA

            Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan ternak berupa bahan organik maupun anorganik yang dapat dicerna sebagian maupun seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya (Soelistyono, 1976). Bahan pakan dapat digolongkan menjadi dua yaitu bahan pakan hijauan dan pakan penguat yang dapat diberikan pada ternak (Tillman et al., 1998)

            Bahan pakan secara internasional di klasifikasikan menjadi hijauan kering, hijauan segar, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan aditif (Hartadi et al., 1992). Bahan pakan menurut sumbernya terbagi menjadi 2 bagian yaitu bahan pakan hewani yang berasal dari hewan dan bahan pakan nabati yang berasal dari tumbuhan (Parakkasi, 1995).

            Hijauan kering dan jerami adalah semua hay, jerami kering, sekam dan kulit gandum dan semua bahan makanan kering yang berisi 18% atau lebih serat kasar (Hartadi et al., 1992). Jerami adalah bahan pakan yang banyak mengandung serat kasar lebih dari 18% dan rendah energinya (Sunarso, 2003).

2.2.1.1. Klobot Jagung, merupakan limbah tanaman jagung yang termasuk kedalam hijauan kering dan memiliki kandungan serat kasar yang tinggi. Klobot jagung memiliki kandungan bahan kering 42,56% protein kasar 3,40% serat kasar 29,64% sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan yang kaya akan serat (Retnani et al., 2005). Analisis proksimat klobot jagung adalah BK 42,56%, PK 3,4%, LK 2,55%, SK 23,318%, dan TDN 66,41% (Purwanto,  2010). Klobot jagung sangat berpotensi dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia, karena kandungan serat yang tinggi (Bunyamin et al., 2013).

2.2.1.2. Kulit Kacang Tanah, merupakan limbah dari kacang tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Kulit kacang tanah ditengarai memiliki zat penting seperti yang terkandung dalam bijinya, termasuk salah satunya adalah zat antioksidan (Dahlan dan Darmansyah, 2011). Kulit kacang tanah mengandung air 17,35%, mineral 24,1%, kandungan serat kasar 8,80%, kandungan protein kasar 17,0% dan kandungan lemak kasar 3% (Hartadi et al., 1992).

            Hijauan segar merupakan semua bahan pakan yang diberikan secara segar dengan bahan utama berupa graminae atau legume. Hijauan segar dapat diberikan secara langsung ataupun dengan pemberian dari manusia, dengan cara di potong terlebih dahulu. Hijauan segar memiliki nilai nutrien yang tinggi dibandingkan dengan hijauan kering. Pemberian hijauan segar diberikan 2% lebih dari kebutuhan ternak. Tidak semua bagian rumput dimakan sehingga perlu diberikan 12% dari bobot tubuh (Rukmanaa, 2005). Rumput – rumputan memiliki nilai nutrien lain selain sebagai hijauan segar pada klasifikasi Bahan Pakan Internasional. Rumput lapang merupakan sumber vitamin untuk memelihara kesehatan tubuh ternak (Santa, 2005).

2.2.2.1. Rumput Raja, merupakan salah satu sumber bahan pakan utama yang baik untuk ruminansia. Hartadi (1992) bahwa analisis proksimat pada rumput raja protein kasar 13,5%, lemak 3,5%, NDF 59,7%, abu 18,6%, kalsium 0,37%, fosfor 0,35%. Rumput raja merupakan sumber hijauan segar sebagai bahan pakan ternak (Rukmanaa, 2005) bahwa tidak semua bagian rumput dimakan sehingga perlu diberikan 12% dari bobot tubuh.

2.2.2.2. Rumput Lapang, merupakan salah satu sumber bahan pakan utama yang baik untuk ruminansia. Analisis proksimat kandungan rumput lapang adalah Protein 12,24%, BETN 41,85%, Serat kasar 31,76%, Lemak 1,68%, Abu 12,47%, Kalsium 0,73%, fosfor 0,45% (Hartadi, 1992). Rumput-rumputan termasuk rumput lapang merupakan sumber vitamin untuk memelihara kesehatan tubuh bagi ternak (Santa, 2005).

            Bahan pakan sumber energi dapat berasal dari biji-bijian dan limbah prosesing bijian (Anggorodi, 1994). Dedak padi, bekatul, biji kacang tanah, biji kedelai dan jagung kuning merupakan salah satu andalan sumber energi untuk ransum berbagai ternak (Rasyaf, 2008).

2.2.4.1. Dedak, merupakan hasil samping dari pemisahan beras dengan sekam (kulit gabah) yang telah dikeringkan mmelalui proses pemisahan yang dihaluskan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Kandungan dedak terdiri dari abu 6,0%, serat kasar 115,7%, protein kasar 15,0%, BETN 60,4% dan EE (ekstrak eter) 4,1%. Dedak memiliki kandungan protein 9,62%, lemak 5,70%, serat kasar 12,95%, Ca 0,21%, P 0,60% dan ME 1630 kkal/kg (Mihrani, 2006). Penggilingan padi ataupun dedak yang merupakan bahan pakan sumber energi dengan kandungan serat kasar yang cukup tinggi (Mukodiningsih, 2007).

2.2.4.2. Sorghum Coklat, Analisis proksimat pada sorghum coklat adalah Protein kasar 11,2% lemak kasar 3,4% abu 2,2% serat kasar 2,8% dan BETN 80,4% (Hartadi, 1992). Sorghum coklat merupakan salah satu sumber energi yang baik diberikan pada ternak unggas bahwa bijian merupakan salah satu sumber cadangan tenaga atau sebagai sumber tenaga bagi ternak unggas(Santa, 2005).

2.2.4.3. Ampas Kelapa, memiliki kadar air 11,31% protein kasar 11,35% lemak kasar 23,36% serat kasar 14,97% kadar abu 3,04% (Hartadi, 1992). Ampas kelapa merupakan limbah industri atau limbah rumah tangga yang sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan itik petelur karena ampas kelapa masih mudah didapatkan dari sisa pembuatan minyak kelapa tradisional dan limbah pembuatan virgin coconut oil (Yamin, 2008). Ampas kelapa kering mengandung 93% karbohidrat yang terdiri atas 61% galaktomanan, 26% manosadan 13% selulosa (Putri, 2010).


2.2.5.   Sumber Protein
            Bahan pakan sumber protein merupakan semua bahan pakan ternak yang mengandung protein minimum kurang lebih 20% (Rukmanaa, 2005). Sumber protein diperoleh dari pakan hijauan, dedak, dan biji-bijian. Kemudian tanaman leguminosa lebih banyak kandungan protein daripada rumput (Yulianto dan Saparinto, 2010).

2.2.5.1. Biji Kacang Hijau, Biji kacang hijau berukuran relatif lebih kecil pada biji kacang-kacang lain dan berwarna hijau kusam atau mengkilap dan beberapa memiliki biji yang berwarna kuning, coklat atau hitam (Liza,2008. Biji kacang hijau merupakan sumber potein nabati yang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan campuran untuk ransum ternak (Nawangsari et al., 2012). Kacang hijau memiliki kandungan nutrisi yang cukup lengkap untuk kebutuhan protein ternak diantara lain, protein 22,9 gram, kalori 323 kalori, zat besi 7,5 mg dan lemak 1-1,2% (Nurani etal., 2012) .

2.2.5.2. Tepung Ikan, memiliki kandungan lemak kasar 6,89% protein kasar 59,58% serat kasar 4,48% bahan kering 93% kadar air 7% Abu 17,93% dan BETN 4,12% (Hartadi, 1992). Tepung ikan merupakan bahan pakan sumber protein yang paling baik dibandingkan dengan bahan yang lainnya (Nurhayati, 2008). Tepung ikan mengandung protein sekitar 60-70% dengan keseimbangan asam amino yang sangat baik dan kandungan Energi Metabolis 2640-3190 Kkl/kg (Rasyaf, 2008).

2.2.5.3. Bungkil Kedelai, merupakan sumber protein nabati paling baik dalam pakan. Protein yang terkandung dalam bungkil kedelai cukup tinggi untuk kebutuhan ternak, sehingga dalam penyusunan ransum bungkil kedelai digunakan sebagai sumber protein yang dikonsumsi oleh ternak (Rasyaf, 2000). Bungkil kedelai memiliki kandungan zat nutrisi yaitu 4,9% abu, 16,6% lemak kasar, 60% serat kasar, 26,1% BETN dan 32,4% protein kasar (Susetyo, 2003). Sumber mineral kalsium yang sering ditambahkan kedalam pakan ternak untuk menambahkan dungan nutrisi mineral kalsium antara lain tepung tulang, tepung kerang dan garam (Budi dan Harjo, 2003).

            Mineral merupakan zat gizi yang penting untuk kebutuhan ternak. Bahan pakan sumber mineral secara umum yaitu bahan baku pakan yang relatif sedikit mengandung protein dan energi, tetapi kaya mineral seperti kalsium (Ca) dan fosfor (P) (Murtidjo, 1987). Sumber mineral kalsium yang sering ditambahkan kedalam pakan ternak untuk menambahkan kandungan nutrisi mineral kalsium antara lain tepung tulang, tepung kerang dan garam (Budi dan Harjo, 2003).

2.2.6.1. Tepung Cangkang Telur, merupakan cangkang telur yang sudah dihaluskan yang awalnya cangkang telur berfungsi sebagai pembungkus telur pada ayam. Kandungan nutrisi pada cangkang telur adalah abu 2,6%, ekstrak eter 40,3%, BETN 6,2%, protein kasar 51% dengan bahan kering 100%  (Hartadiet al., 1986). Tepung cangkang telur ayam yang membungkus telur umumnya memiliki berat 9-12%  dari berat telur total dan mengandung 94%  kalsium karbonat, 1% kalium fosfat, 1% magnesium karbonat dan 4% bahan organik yang sangat diperlukan oleh tubuh unggas (Rasyaf, 1995).

2.2.6.2. Tepung Kulit Kerang, merupakan kulit kerang yang sudah dihaluskan. Tepung kulit kerang mempunyai kadar kalsium sebesar 38%. Tepung kerang terbuat dari kerang yang sudah halus ( Hartadietal., 1992 ). Pemakaian tepung kerang harus memperhatikan kualitasnya (Rasyaf, 2000).

            Sumber vitamin bagi ternak di butuhkan dalam jumlah yang kecil, walaupun jumlahnya kecil, tetapi vitamin berpengaruh pada metabolisme dan produksi ternak. Bahan pakan sumber protein meliputi vitachick, vita stress, berbagai jenis buah–buahan (Anggorodi, 1994). Ternak yang kekurangan vitamin akan terkena defisiensi vitamin, karena vitamin berperan sebagai antioksidan, dan juga berperan untuk pertumbuhan kolagen dan tulang, meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit (Budiana, 2008).

2.2.7.1. Vitachick, adalah vitamin dan anti biotic untuk anak ayam. Komposisinya terdiri dari Baticratin M D 35 gr, Vitamin A 5.106  iu, Vitamin D3 5.105 iu, Vitamin E 2500 iu, K3 (Menadione Sodium B1 sulfid) 1 gr, Vitamin B1 2 gr, Vitamin B2 4 gr, Nicotinic Acid 5 gr, Vitamin B6 1 gr,Vitamin B12 1 mg, Vitamin C 20 gr (Amirudin, 1995). Vitachick umumnya digunakan untuk mencegah virus pada ternak unggas (Budiana, 2008).


2.2.8.   Bahan Aditif
            Bahan aditif merupakan bahan yang diberikan atau ditambahkan ke dalam pakan dalam jumlah sedikit dengan tujuan tertentu. Bahan aditif adalah zat-zat tertentu yang biasanya ditambahkan pada ransum seperti antibiotik, zat-zat warna, hormon dan obat-obatan lainnya (Rasyaf, 1994). Bahan aditif yaitu bahan pakan yang ditambahkan ke dalam ransum dalam jumlah sedikit, misalnya nutrien (vitamin dan mineral), non nutrien (anti-biotik, hormon, obat, dan zat warna) (Pujaningsih, 2007).

2.2.8.1. Cuka, mengandung lebih dari 200 komponen seperti acetic acid, formadehyde, ethyl-valerate, methanol, nutrient dan tar (Muslim, 1993). Di dalam cuka mempunyai kandungan 240 mg potasium, cuka dapat dicampurkan kedalam ransum ternak untuk menjaga kesehatan ternak (Yuwono, 2004).

2.2.8.2. Jahe, merupakan zat aditif yang berasal dari tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak. Jahe mempunyai kegunaan yang cukup beragam yaitu pemberi aroma dan obat. Jahe dengan berat 100 gram. Memiliki kandungan air 15% sekitar 7,5% lemak 5,5%, abu 2,5 gram (Winarti, 2011). Nutrisi dari 100 gram jahe pengguannanya harus sesuai dengan kebutuhan ternak, sehingga kandungan bahan aditif tidak berlebih (Yuliani etal., 2007).

            Ternak itik petelur merupakan bangsa ternak unggas dengan bibit awal berupa DOD (day old duck). Umur pemeliharaan itik petelur dari mulai DOD hingga umur siap bertelur mencapai 4 bulan (Supriyadi, 2010). Pemilihan itik lebih baik dimulai sejak DOD karena dalam fase ini itik mengenal lingkungan serta peternak mampu dalam melihat perkembangan serta kondisi kesehatan itik. Itik petelur memiliki 3 fase yaitu fase starter umur 0 - 8 minggu, fase grower umur 9 - 20 minggu dan fase layer berkisar umur 20 minggu (Maulana, 2013).

2.4.      Kebutuhan Nutrisi Itik Petelur
            Kebutuhan nutrisi ternak itik petelur didapatkan dari nutrisi pakan yang diberikan oleh peternak. Kebutuhan nutrisi itik petelur berbeda pada setiap fase. Kebutuhan energi pada fase starter, grower dan layer secara berturut-turut adalah 3.100, 2.700 dan 2.700 dan kebutuhan PK itik petelur adalah 18% (Karaten, 2012). Kandungan nutrisi bersifat variatif berkaitan dengan bahan pakan yang diperoleh dan kualitas bahan pakan tersebut  (Maulana, 2013).

            Pemilihan bahan pakan pada ternak dalam hal ini adalah itik petelur harus menyesuaikan kebutuhan nutrisi yang berkualitas bagus dan sesuai kebutuhan berkaitan dengan produksi telur. Pemilihan bahan pakan haruslah memiliki syarat tidak beracun, tidak bersaing dengan manusia, mudah didapat dan harganya murah. Ketersediaan bahan pakan secara kontinyu merupakan faktor utama yang berkaitan dengan harga (Rasyaf, 1982). Bahan pakan dibedakan menjadi dua yaitu bahan pakan nabati dan bahan pakan hewani. Bahan pakan hewani dicampur dengan bahan pakan nabati (Suharno & Amri, 2010).
2.5.1. Tepung Jagung Kuning, merupakan penghalusan jagung yang berwarna kuning sehingga menjadi tepung. Tepung jagung memiliki komposisi proksimat yaitu, abu 2,0%, serat kasar 2,5%, protein kasar 10,3%, dan BETN 79,8% (Hartadi et al., 1993). Pembuataan ransum ternak, sebaiknya harus membatasi pemberian tepung jagung yaitu sebasar 15% (Noviadi et al., 2011).

2.5.2. Bungkil kedelai, memiliki kandungan protein yang tinggi dan dapat mencapai 50% (Parakkasi, 1995). Bungkil kedelai merupakan bahan pakan yang baik untuk menyusun ransum ternak karena memiliki kandungan nutrisi berupa bahan kering 89,413%, bahan organik 81,6%, protein kasar 52,075%, serat kasar 25,528%, BETN 13,644%, dan TDN 80,592% (Suryana 2013).

2.5.3. Dedak Padi, merupakan hasil samping dari pemisahan beras dengan sekam (kulit gabah) yang telah dikeringkan mmelalui proses pemisahan yang dihaluskan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Kandungan dedak terdiri dari abu 6,0 %, serat kasar 115,7%, protein kasar 15,0%, BETN 60,4% dan ekstrak eter 4,1%. Dedak memiliki kandungan protein 9,62%, lemak 5,70%, serat kasar 12,95%, Ca 0,21%, P 0,60% dan ME 1630 kkal/kg (Mihrani, 2006). Peggunaan dedak sendiri dalam pakan ternak tidak boleh lebih dari 10% (Ligyarohman, 2013).

2.5.4. Tepung Ikan, memiliki kandungan lemak kasar 6,89% protein kasar 59,58% serat kasar 4,48% bahan kering 93% kadar air 7% Abu 17,93% dan BETN 4,12% (Hartadi, 1992). Tepung ikan merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan protein sekitar 60-70 % dengan keseimbangan asam amino yang sangat baik dan kandungan Energi Metabolis 2640-3190 Kkl/kg (Rasyaf, 2008). Tepung ikan yang dicampurkan untuk ransum ternak sebanyak 2,8 hingga 3% (Marjuki, 2008).

2.5.5. Premix, merupakan campuran beberapa mineral dalam suatu bahan pakan yang digunakan sebagai bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan mineral ternak. Pada pembuatan ransum ternak, penggunaan premix dalam ransum hanya sebesar 0,4% (Rasyaf, 1982). Kandungan vitamin yang ada di dalam premix cukup lengkap yaitu vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, vitamin B1, vitamin B2 dan vitamin B6 (Maulana, 2013).

Formulasi ransum dapat dilakukan dengan cara mencampur bahan pakan carier dengan bahan pakan yang komposisinya paling sedikit, lalu mencampurkan bahan pakan yang komposisi paling banyak, dengan bahan pakan yang komposisinya paling banyak kedua dan paling banyak ketiga, kemudian mencampurkan semuan bahan pakan hingga homogeny (Hasan et al. (2004). Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum yaitu harus mengetahui kebutuhan nutrisi ternak, menghitung nilai nutrisi , mencampur dan menyimpan bahan baku pakan (Sudarmono, 2003)

            Pengujian kualitas bahan pakan dapat dilakukan secara organoleptis atau secara fisik, kimia dan biologis. Pengujian bahan dibagi menjadi dua bagian yaitu uji fisik dan uji kimia. Pengujian fisik dilakukan dengan cara melakukan pengujian warna serta bau. Pengujian kimia pada bahan pakan dilakukan untuk melihat kecernaan protein pada ternak (Arianto & Liviawaty, 2005). Pengujian secara biologis dapat digunakan untuk mengukur kecernaan protein yang berhasil di serap oleh tubuh ternak (Maulana, 2013).

            Pembuatan ransum yang sesuai bagi ternak sangat dibutuhkan berkaitan dengan kebutuhan ME yang oleh itik petelur. Pembuatan ransum diawali dengan membuat daftar kebutuhan ternak atau melakukan formulasi ransum lalu mencampurkan bahan pakan berupa tepung atau tumbukan (Rasyaf, 1992). Itik merupakan sebangsa hewan air sehingga dia lebih menyukai yang berbau amis seperti adanya penambahan tepung ikan (Rasyaf, 1993).
 

METODOLOGI

            Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum dengan materi Pengenalan Bahan Pakan dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2014 pada pukul 13.00-14.00 WIB dan praktikum dengan materi Formulsi Ransum dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2014 pada pukul 13.00-15.00 WIB di Gedung A Lantai 1, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

Alat yang digunakan dalam Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum dengan materi Pengenalan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum yaitu kertas folio yang digunakan untuk mencatat bahan pakan, pensil, bolpoin, penghapus dan penggris digunakan untuk mencatat bahan pakan, aqua gelas digunakan untuk meletakkan bahan pakan plastik sebagai tempat bahan pakan. Bahan yang digunakan dalam praktikum Pengenalan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum adalah klobot jagung, ampas kelapa, kulit kacang tanah, rumput raja, rumput lapang, sorghum coklat, dedak, kacang hijau, tepung ikan, bungkil kedelai, cangkang telur, tepung kulit kerang, vitachick, cuka, jahe, tepung ikan, bungkil sawit, dedak padi, tepung ikan dan premix.

3.2.1.   Pengenalan Bahan Pakan
            Metode yang digunakan dalam Praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum adalah menyiapkan peralatan dan bahan pakan yang dibutuhkan. Melakukan pengamatan bahan pakan dengan mencatat nama bahan pakan, warna, tekstur, rasa, bentuk, bau dan menyebutkan klasifikasi internasional masing-masing bahan pakan.

3.2.2.   Formulasi Ransum
Metode yang digunakan dalam Formulasi Ransum adalah menentukan jenis ransum yang akan disusun, menentukan bahan pakan yang akan digunakan, menentukan kandungan zat makanan masing-masing bahan pakan penyusunan ransum terpilih pada tabel komposisi zat makanan bahan pakan, menetukan jumlah ransum yang akan disusun dan perkiraan persentase penggunaan setiap bahan pakan dari jumlah total bahan pakan. kelompokkan dulu bahan-bahan makanan yang jumlahnya sedikit dan teksturnya halus dan campurkan sampai merata.


HASIL DAN PEMBAHASAN

            Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Klasifikasi Jenis Bahan Pakan
No
Bahan
Pakan
Warna
Tekstur
Rasa
Bentuk
Bau
Klasifikasi
1
Mineral Mix
Putih Kusam
Lembut
Hambar
Serbuk
Tidak Bau
Sumber Mineral
2
Tongkol Jagung
Putih Kekuningan
Kasar
Hambar
Tongkol
Apek
Hijaun Kering
3
Vita Stress
Kuning
Lembut
Asin
Serbuk
Khas Obat
Sumber Vitamin
4
Tepung Jangrik
Coklat
Lembut
Gurih
Serbuk
Amis
Sumber Protein
5
Rumput Setaria
Hijau
Berbulu
Khas
Daun
Hijauan
Hijaun Segar
6
Ketela Pohon
Coklat
Kasar
Hambar
Bonggol
Apek
Sumber Energi
7
Buah Mengkudu
Putih Kekuningan
Berbintik
Pahit
Buah
Apek
Bahan Aditif
8
Top Mix
Putih Kekuningan
Lembut
Hambar
Serbuk
Khas
Sumber Mineral & Vitamin
9
Tepung Tulang
Putih Kusam
Lembut
Hambar
Serbuk
Khas
Sumber Mineral
10
Jerami Jagung
Cokelat
Kasar
Hambar
Daun
Hijauan Kering
Hijaun Kering
11
Biji Jagung
Orange
Halus
Hambar
Butiran
Khas
Sumber Energi
12
Kulit Kacang Tanah
Cokelat
Kasar
Hambar
Pecahan
Khas
Hijaun Kering
13
Sorghum
Putih
Halus
Hambar
Butiran
Apek
Sumber Energi
14
Kelobot Jagung
Kuning Kehijauan
Halus Berserat
Hambar
Lembaran
Daun Layu
Hijaun Kering
15
Bungkil Kelapa
Cokelat
Halus
Hambar
Serbuk
Khas Kelapa
Sumber Protein
16
Bungkil Biji Kapuk
Hitam
Halus
Hambar
Butiran
Tidak Bau
Sumber Protein
17
Dedak
Cokelat
Halus
Khas Dedak
Tepung
Khas Dedak
Sumber Energi
18
Ampas Kelapa
Putih
Kasar
Gurih
Serbuk
Khas Kelapa
Sumber Energi
19
Biji Bunga Matahari
Hitam
Lembut
Gurih
Biji Pipih
Wangi
Sumber Energi
20
Tepung Ikan
Cokelat
Kasar
Agak Asin
Serbuk
Amis
Sumber Protein
21
Bekatul
Krem
Halus
Hambar
Serbuk
Khas Bekatul
Sumber Energi
22
Bungkil Kedelai
Krem
Halus
Kasar
Hambar
Serbuk
Sumber Protein
23
Cuka
Bening
Lembut
Asam
Cair
Khas Cuka
Zat Adiktif
24
Sorghum Coklat
Coklat
Halus
Hambar
Bulat
Tidak Berbau
Sumber Energi
25
Gamal
Hijau
Halus
Pahit
Helai
Khas Gamal
Sumber Protein
26
Tetes
Hitam
Halus
Manis
Cair
Khas Tetes
Sumber Energi
27
Jeruk Nipis
Hijau
Halus
Kecut
Bulat
Khas Jeruk Nipis
Zat Adiktif
28
Biji Kedelai
Kuning
Kasar
Khas Kacang
Butiran
Khas Kacang
Sumber Protein
29
Biji Kacang Hijau
Hijau
Kasar
Hambar
Butiran
Khas Kacang
Sumber Protein
30
Eceng Gondok
Hijau
Kasar
Pahit
Helai
Khas
Hijaun Segar
31
Tepung Kulit Kerang
Abu-Abu
Kasar
Khas Kerang
Serbuk
Khas Kerang
Sumber Mineral
32
Rumput Lapang
Hijau
Kasar
Pahit
Helai
Khas  Rumput
Hijaun Segar
33
Tepung Gaplek
Putih
Halus
Hambar
Serbuk
Khas Gaplek
Sumber Energi
34
Ampas Tahu
Putih
Lembek
Ampas Tahu
Gumpalan
Khas Tahu
Sumber Protein








35
Onggok
Putih
Halus
Khas Onggok
Serbuk
Khas Onggok
Sumber Energi
36
Tepung Cangkang Telur
Coklat
Kasar
Hambar
Pecahan
Amis
Sumber Mieral
37
Alang-alang
Hijau
Berbulu
Khas
Helai
Khas Alanag-alang
Hijaun Segar
38
Rumput Raja
Hijau
Berbulu
Khas
Helai
Khas Rumput
Hijaun Segar
39
Rumput Gajah
Hijau
Berbulu
Khas
Helai
Khas Rumput
Hijaun Segar
40
Vitachick
Orange
Lembut
Gurih
Serbuk
Khas Obat
Sumber Vitamin
41
Rumput BB
Hijau
Berbulu
Khas
Helai
Khas Rumput
Hijaun Segar
42
Sorghum Putih
Putih
Halus
Hambar
Bijian
Khas
Sumber Energi
43
Jahe
Coklat
Kasar
Pedas
Rimpang
Khas Jahe
Zat Aditif
44
Millet Putih
Putih
Halus
Seperti Beras
Bijian
Khas Millet
Sumber Energi
45
Millet Merah
Merah
Halus
Sepertiberas
Bijian
Khas Millet
Sumber Energi
Sumber : Data Praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum, 2014.
4.2.      Pembahasan Klasifikasi Bahan Pakan
            Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa hijauan kering dan jerami adalah bahan pakan yang memiliki kandungan serat kasar yang tinggi dan rendah energi. Beberapa macam yang termasuk hijauan kering adalah klobot janggung, bonggol jagung dan kulit kacang. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et al. (1992) contoh kelas hijauan kering dan jerami adalah semua hay, jerami kering, dry fodder, dry stover, sekam dan kuulit gandum dan semua bahan makanan kering yang berisi 18% atau lebih serat kasar. Sunarso (2003) menambahkan bahwa hijauan kering dan jerami merupakan bahan pakan yang mengandung serat kasar lebih dari 18% dan memiliki energi yang rendah.

4.2.1.1. Klobot Jagung, berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa klobot jagung memiliki warna hijau layu, memiliki bau yang khas, memiliki rasa hambar, tekstur kasar, berbentuk lembaran kering dan termasuk kedalam kelas 1 dalam klasifikasi bahan pakan Internasional, yaitu kelas hijauan kering dan jerami karena memiliki kandungan serat kasar yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Retnani et al. (2005) menyatakan bahwa klobot jagung memiliki kandungan serat kasar sebesar 32% sehingga klobot jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan yang kaya akan serat. Purwanto (2010) menambahkan bahwa analisis proksimat klobot jagung adalah BK 42,56%, PK 3,4%, LK 2,55%, SK 23,318%, dan TDN 66,41%. Bunyamin et al. (2013) yang menyatakan bahwa klobot jagung merupakan limbah tanaman jagung yang sangat berpotensi dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia karena kandungan serat yang tinggi.

4.2.1.2. Kulit Kacang Tanah, berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa kulit kacang tanah memiliki warna coklat, tidak berbau, memiliki rasa hambar, tekstur kasar dan termasuk dalam kelas ke 1 dalam klasifikasi bahan pakan Internasional, yaitu kelas hijauan kering dan jerami. Kulit kacang tanah merupakan limbah dari kacang tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak karena kaya akan antioksidan. Menurut Hartadi et al. (1992) Kulit kacang tanah memiliki kandungan air 17,35%, kandungan mineral 24,1%, kandungan serat kasar 8,80%, kandungan protein kasar 17,0% dan kandungan lemak kasar 3%. Dahlan dan Darmansyah (2011) menambahkan bahwa kulit kacang tanah ditengarai memiliki zat penting seperti yang terkandung dalam bijinya, termasuk salah satunya adalah zat antioksidan.

            Berdasarkan hasil praktikum pengenalan jenis bahan pakan contoh dari hijauan segar adalah eceng gondok, rumut gajah, alang-alang, rumput rumput raja dan rumput lapang. Hal ini sesuai dengan Agus (2007) menambahkan bahwa hijauan segar adalah semua hijauan yang dipotong yang diberikan dalam keadaan segar. Agus (2008) menambahkan yang menyatakan bahwa hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari kelas graminae, legume dan silase.

4.2.2.1. Rumput Raja, berdasarkan praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum yang telah dilakukan diperoleh bahwa rumput raja merupakan salah satu sumber bahan pakan utama yang baik untuk ruminansia. Rumput raja memiliki rasa khas daun, dengan tekstur permukaan berbulu, berbau khas daun segar, berwarna hijau tua dan termasuk kedalam golongan hijauan segar dalam klasifikasi bahan pakan Internasional. Menurut Hartadi (1992) analisis proksimat pada rumput raja yaitu protein kasar 13,5%, lemak 3,5%, NDF 59,7%, abu 18,6%, kalsium 0,37%, fosfor 0,35%. Pemberian rumput raja pada ternak ruminansia diberikan sebanyak lebih dari 10% dari bobot tubuh. Hal ini sesuai dengan Rukmanaa (2005) bahwa tidak semua bagian rumput dimakan sehingga perlu diberikan 12% dari bobot tubuh. Komposisi nutrien pada rumput raja memiliki produksi rumput ini jauh lebih tinggi dibandingkan rumput lainnya.

4.2.2.2. Rumput Lapang, berdasarkan praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum yang telah dilakukan diperoleh bahwa rumput lapang merupakan salah satu sumber bahan pakan utama yang baik untuk ruminansia. Rumput lapang memiliki rasa khas daun, dengan tekstur permukaan berbulu halus, berbau khas daun segar, berwarna hijau tua dan termasuk kedalam golongan hijauan segar dalam klasifikasi bahan pakan Internasional. Menurut Hartadi (1992) bahwa analisis proksimat kandungan rumput lapang adalah Protein 12,24%, BETN 41,85%, Serat kasar 31,76%, Lemak 1,68%, Abu 12,47%, Kalsium 0,73%, Phospor 0,45%. Rumput lapang selain sebagai sumber hijauan segar, dapat difungsikan sebagai bahan pakan penghasil vitamin bagi ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Santa (2005) bahwa rumput-rumputan termasuk rumput lapang merupakan pakan ternak yang berguna untuk memelihara kesehatan tubuh bagi ternak.

            Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil bahwa bahan pakan yang banyak mengandung energi  adalah jagung, sorghum, kedele, kacang, ketela pohon, ketela rambat, kentang, minyak, lemak hewan (tallow), hasil samping industri pertanian seperti bekatul, pollard, tetes yang dapat diberikan pada ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1994) bahwabahan makanan sumber energi berasal dari biji- bijian dan limbah prosesing bijian. Dedak padi, bekatul, biji kacang tanah, biji kedelai  dan jagung kuning merupakan salah satu andalan sumber energi untuk banyak ransum ternak Rasyaf (2008).

4.2.3.1. Dedak, berdasarkan hasil praktikum bahan pakan, diperoleh bahwa dedak termasuk dalam klasifikasi bahan pakan sumber energi yang berwarna coklat, tekstur halus, rasa khas dedak, bentuk tepung, dan memiliki bau yang khas dedak yang merupakan hasil dari penggilingan gabah beras yang dikeringkan. Menurut Akbarillah et al. (2005) kualitas dedak padi yang baik yaitu, serak kasar 14,62%, protein kasar 11,01%, kadar abu 10,88%, lemak kasar 8,57%, BETN 54,95% dan bahan kering 88,63%. Mukodiningsih (2007) menambahkan bahwa dedak merupakan hasil penggilingan padi yang merupakan bahan pakan sumber enrgi dengan kandungan serat yang cukup tinggi.

4.2.3.2. Sorghum Coklat, berdasarkan praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum yang telah dilakukan diperoleh bahwa sorghum cokelat merupakan salah satu sumber bahan pakan utama yang baik untuk unggas. Sorghum coklat memiliki rasa khas sorghum, dengan tekstur permukaan bijian, berbau khas sorghum, berwarna cokelat kemerahan dan termasuk kedalam golongan sumber energi dalam klasifikasi bahan pakan Internasional. Menurut Hartadi (1992) bahwa analisis proksimat pada sorghum merah adalah 1,95% abu; 2,4% serat kasar; 69,2% BETN; dan 9,6 protein kasar. dengan Santa (2005) bahwa bijian merupakan salah satu sumber cadangan tenaga atau sebagai sumber tenaga bagi ternak unggas.

4.2.3.3. Ampas Kelapa, berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa ampas kelapa memiliki warna putih, memiliki bau yang khas, rasa gurih, tekstur kasar, berbentuk serbuk dan termasuk dalam kelas 4, yaitu kelas sumber energi. Menurut (Hartadi, 1992) ampas kelapa memiliki kadar air 11,31%, protein kasar 11,35%, lemak kasar 23,36%, serat kasar 14,97% dan kadar abu 3,04%. Ampas kelapa mudah ditemukan berkaitan dengan limbah rumah tangga. Hal ini sesuai dengan pendapat Yamin (2008) ampas kelapa merupakan limbah industri atau limbah rumah tangga yang sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ayam pedaging karena ampas kelapa masih mudah didapatkan dari sisa pembuatan minyak kelapa tradisional dan limbah pembuatan virgin coconut oil. Putri (2010) menambahkan bahwa ampas kelapa mengandung 93% karbohidrat yang terdiri atas 61% galaktomanan, 26% manosa dan 13% selulosa.

            Berdasarkan hasil praktikum pengenalan bahan pakan dapat digolongkan bahan pakan yang termasuk kedalam sumber protein meliputibiji kacang hijau, tepung ikan dan bungkil kedelai. Bahan pakan ini di golongkan sebagai sumber protein karena mempunyai kandungan protein yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Tillman et al. (1991) bahwa semua pakan yang mengandung protein 20% atau lebih biasanya berasal dari tanaman, hewan dan ikan. Rukmana (2005) menambahkan bahwa bahan pakan sebagai sumber protein mengandung protein minimal 20%. Bahan-bahan pakan sumber protein berasal dari protein nabati dan hewani.

4.2.4.1. Biji Kacang Hijau, berdasarkan hasil praktium bahan pakan, diperoleh hasil bahwa biji kacang hijau termasuk dalam klasifikasi bahan pakan sumber protein, yang memiliki warna hijau, tekstur kasar, rasa hambar, bentuk butiran dan memiliki bau yang khas kacang hijau. Hal ini sesuai dengan pendapat Liza (2008) yang menyatakan bahwa biji kacang hijau berukuran relatif lebih kecil pada biji kacang-kacang lain dan berwarna hijau kusam atau menkilap dan beberapa biji yang berwarna kuning, coklat atau hitam. Biji kacang hijau dapat digunakan sebagai pakan dan ransum ternak yang banyak mengandung protein yang dibutuhkan ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Nawangsari et al. (2012) yang menyatakan bahwa biji kacang hijau merupakan sumber potein nabati yang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan campuran untuk ransum ternak. 

4.2.4.2. Bungkil Kedelai, berdasarkan hasil praktikum bahan pakan, diperoleh bahwa bungkil kedelai termasuk dalam klasifikasi bahan pakan sumber protein, berbentuk serbuk, berwarna cokelat, berbau apek, rasa hambar dan teksturnya kasar.  Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2000) yang menyatakan bahwa protein yang terkandung dalam bungkil kedelai cukup tinggi sehingga dalam penyusunan ransum bungkil kedelai digunakan sebagai sumber protein. Ditambahkan oleh pendapat Susetyo (2003) bahwa bungkil kedelai memiliki kandungan zat nutrisi yaitu 4,9% abu, 16,6% lemak kasar, 60% serat kasar, 26,1% BETN dan 32,4% protein kasar. Kualitas bungkil kedelai tergantung pada proses pengambilan minyaknya, varietas kacang kedelai dan kualitas kacang kedelainya.

4.2.4.3. Tepung Ikan, berdasarkan hasil praktikum pengenalan bahan pakan tepung ikan memiliki warna coklat, tekstur kasar, bentuk tepung, beraroma khas ikan. Tepung ikan merupakan bahan pakan sumber protein hewani yang mudah didapat dan merupakan bahan pakan yang penting karena mempunyai kandungan protein yang lebih baik daripada sumber protein yang berasal dari nabati. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi (1992) yang menyatakan bahwa tepung ikan memiliki kandungan lemak kasar 6,89% protein kasar 59,58% serat kasar 4,48% bahan kering 93% kadar air 7% Abu 17,93% dan BETN 4,12%. Nurhayati (2008) menambahkan bahwa tepung ikan merupakan bahan pakan sumber protein yang paling baik dibandingkan dengan bahan yang lainnya.Hal ini di tambahkan oleh pendapat Rasyaf (2008) yang menyatakan bahwa tepung ikan mengandung protein sekitar 60-70 % dengan keseimbangan asam amino yang sangat baik dan kandungan Energi Metabolis 2640-3190 Kkl/kg.

            Berdasarkan hasil praktikum pengenalan bahan pakan dapat digolongkan bahan pakan yang termasuk kedalam sumber mineral meliputi tepung cangkang telur dan tepung kulit kerang. Sumber mineral adalah semua bahan pakan yang mengandung banyak mineral  seperti Ca dalam tulang, zat besi (Fe) serta mineral lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi (1995) bahwa unsur anorganik mempunyai banyak fungsi dalam proses pengatur pertumbuhan. Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah semua makanan yang mengandung cukup banyak mineral seperti garam dapur dan cangkang telur. Ditambahkan dengan pendapat Susetyo (2003) bahwa bahan-bahan sumber mineral kalsium yang sering ditambahkan kedalam pakan ternak untuk menambah kandungan nutrisi mineral kalsium antara lain tepung tulang, tepung kerang dan garam.

4.2.5.1. Tepung Cangkang Telur, berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa tepung cangkang telur berbentuk serbuk, berwarna coklat, bau amis, rasa hambar dan teksturnya kasar termasuk dalam klasifikasi bahan pakan sumber mineral, karena kandungan kalsium dalam cangkang telur yang sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2000) yang menyatakan bahwa bahan pakan tepung cangkang telur bersifat pendukung, merupakan sumber protein, vitamin dan mineral yang baik, bila dikombinasikan dengan tepung ikan bahan ini biasa mengurangi pemakaian tepung ikan. Ditambahkan oleh pendapat Lubis (1993) yang menyatakan bahwa berdasarkan bentuknya tepung cangkang telur dimasukan kedalam golongan pakan chrumble (berbentuk pecah/buturan/remah) yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari dari bentuk pellet.

4.2.5.2. Tepung Kulit Kerang, berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa tepung kulit kerang termasuk dalam klasifikasi bahan pakan sumber mineral, berbentuk serbuk, berwarna abu-abu, bau khas kerang, rasa hambar dan teksturnya kasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et al. (1992) yang menyatakan bahwa tepung kerang terbuat dari kerang yang digiling halus. Tepung kulitkerang bias digunakan sebagai sumber kalsium yang penting untuk ternak unggas pedaging dan ternak unggas yang sedang bertelur. Hal ini didukung oleh pendapat Rasyaf (2000) yang menyatakan bahwa tepung kulit kerang mempunyai kadar kalsium sebesar 38%. Pemakaian tepung kerang harus memperhatikan kualitasnya.

4.2.6.   Sumber Vitamin
            Berdasarkan hasil praktikum pengenalan bahan pakan dapat digolongkan bahan pakan yang termasuk kedalam sumber vitamin adalah vitachick. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1994) bahwa bahan pakan sumber protein meliputi vitachick, vita stress, buah-buahan, dan lain-lain. Ditambahkan oleh Tillman et al.(1998) bahwa vitamin hanya diperlukan dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan normal dan pemeliharaan kehidupan .

4.2.6.1. Vitachick, berdasarkan hasil praktikum pengenalan bahan pakan dapat digolongkan bahwa vitac chick termasuk ke dalam sumber vitamin yang berwarna orange, tekstur lembut, rasa gurih, bentuk serbuk, dan bau khas obat. Vitamin terdiri dari vitamin A, D, E, K, B1, B2, B6, B12 dan vitamin C yang biasanya digunakan untuk kebutuhan pada ternak unggas. Hal ini sesuai dengan pendapat Amirudin, ( 1995) yang menyatakan bahwa  bahwa anti biotik untuk anak ayam. Komposisinyaterdiri dari Baticratin M D 35 gr, Vitamin A 5.106  iu, Vitamin D3 5.105 iu, Vitamin E 2500 iu, K3 (Menadione Sodium B1 sulfid) 1 gr, Vitamin B1 2 gr, Vitamin B2 4 gr, Nicotinic Acid 5 gr, Vitamin B6 1 gr,Vitamin B12 1 mg, Vitamin C 20 gr (Amirudin, 1995).






4.2.7.   Bahan Aditif
            Berdasarkan hasil praktikum pengenalan bahan pakan yang telah dilakukan bahwa bahan pakan adiktif adlah cuka dan jahe. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang menyatakan bahwa bahan aditif adalah zat-zat tertentu yang biasanya ditambahkan pada ransum seperti antibiotik, zat-zat warna, hormon dan obat-obatan lainnya. Bahan adiktif juga dapat ditambahkan ke dalam ransum ternak sebagai penambah nilai gizi pada ternak. Hal ini sesaui dengan pendapat Pujaningsih (2007) yang menyatakan bahwa bahan additif yaitu bahan pakan yang ditambahkan ke dalam ransum dalam jumlah sedikit, misalnya: nutrien (vitamin dan mineral), non nutrien (anti-biotik, hormon, obat, dan zat warna).

4.2.7.1. Cuka, berdasarkan hasil praktikum pengenalan bahan pakan yang telah dilakukan bahwa cuka memiliki warna putih bening, tekstur cair, rasa asam, bentuk cair dan memiliki bau yang khas cuka. Cuka memiliki kandungan glukosa dan fruktosa. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbaya (2002) bahwa asam cuka encer merupakan golongan asam lemah yang paling aman bagi tubuh dan memiliki kandungan glukosa dan fruktosa. Cuka berfungsi sebagai zat tambahan untuk menormalisasikan tingkat keasaman pH di lambung, memperbaiki pencernaan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwono (2004) bahwadi dalam cuka mempunyai kandungan 240 mg potasium, cuka dapat dicampurkan ke dalam ransum ternak untuk menjaga kesehatan ternak.

4.2.7.2. Jahe, berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh bahwa jahe memiliki warna coklat, rasa pedas, bau yang khas jahe, tekstur kasar, bentuk rimpang dengan klasifikasi internasional dalam kelas aditif karena hanya diberikan dapat jumlah sedikit. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarti (2010) menyatakan bahwa jahe  mempunyai kegunaan yang cukup beragam yaitu pemberi aroma dan obat. Jahe dengan berat 100 g memiliki kandungan air 15 % sekitar 7,5 % lemak 5,5 %, abu 2,5 g. Yuliani et., (2007) menambahkan bahwa nutrisi dari 100 g jahe dengan kadar air 15% mempunyai komposisi lemak 5,5 – 7,3 g, abu 2,5-5,7 g, abu 4,53 g, besi 9,41 mg, kalsium 104,02 mg dan fosfor 204,75 mg.

4.3.      Pemilihan Bahan Pakan
            Berdasarkan hasil praktikum, bahan pakan yang dipilih untuk menyusun ransum Itik Pedaging adalah tepung jagung kuning, tepung kelapa sawit, dedak padi, tepung ikan dan premix. Berikut kandungan nutrisi dari bahan pakan yang digunakan :
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Bahan Pakan
No.
Bahan Pakan
PK
%
EM
kkal/kg
1
2
3
4
5
Tepung Jagung Kuning
Bungkil Kedelai
Dedak Padi
Tepung Ikan
Premix
10,56
51,9
11,4
47,85
0
3320
2242
1793
2830
0
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2014.
Bahan pakan tersebut dipilih untuk menjadi campuran dalam ransum itik pedaging karena selain harganya yang cukup terjangkau dan mudah diperoleh, selain itu bahan pakan tersebut juga memiliki kandungan gizi yang cukup untuk menunjang pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ketaren (2002) yang menyatakan bahwa bahan pakan yang digunakan untuk ternak itik sebaiknya murah, tidak beracun, tidak asin, kering, tidak berjamur, tidak busuk/bau/apek, tidak menggumpal, mudah diperoleh dan palatable. Ditambahkan oleh pendapat Setioko (1994) yang menyatakan bahwa kandungan gizi bahan pakan yang umum dipakai untuk itik dan mengandung sumber energi utama adalah menir, jagung, tepung ubi kayu dan sagu, sedangkan sumber protein utama adalah tepung ikan dan bungkil kedelai. Dedak padi dapat diberikan pada itik sampai 75% tanpa mempengaruhi bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan (FCR).

Berdasarkan hasil praktikum formulasi ransum yang digunakan adalah ransum ternak itik pedaging dengan kandungan PK 18% EM 2600. Komposisi bahan pakan penyusun ransum dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Ransum
No.
Bahan Pakan
PK
(%)
EM
kkal/kg
Komposisi (%)
1
2
3
4
5
Tepung Jagung Kuning
Bungkil Kedelai
Dedak Padi
Tepung Ikan
Premix
5,808
5,709
2,75
3,828
0
1853,5
80,5376
448,25
226,4
0
55
11
25
8
1
Total
18,095
2608,688
100
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2014.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa formulasi ransum yang digunakan telah sesuai dengan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh itik pedaging. Hal ini sesuai dengan pendapat Chen (1996) yang menyatakan bahwa kebutuhan protein dan energi pada itik masa starter relatif sedikit lebih rendah dibandingkan dengan rekomendasi untuk itik petelur, yaitu sebanyak 18,70% PK dan 2900 kkal/kg EM. Ditambahkan oleh rekomendasi dari NRC (1994) yang menyatakan bahwa kebutuhan protein itik pekin (Itik pedaging)  untuk starter dan grower masing – masing 22 dan 16%.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Uji Organoleptik Bahan Pakan
No
Bahan Pakan
Warna
Rasa
Bau
Bentuk
Tekstur
1.
Dedak Padi
Krem
Khas
Khas
Serbuk
Kasar
2.
Bungkil Kedelai
Coklat
Khas
Khas
Serbuk
Kasar
3.
Tepung Jagung
Kuning
Hambar
Khas
Serbuk
Halus
4.
Tepung Ikan
Coklat
Gurih
Amis
Serbuk
Kasar
5.
Premix
Putih
Hambar
Khas
Serbuk
Halus
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2014.
Berdasarkan praktikum uji organoleptik yang telah dilakukan terhadap bahan pakan dapat diketahui bahwa dedak padi memiliki warna coklat muda, rasa khas, bau khas, bentuk serbuk dan memiliki tekstur kasar. Dedak merupakan limbah yang dihasilkan dari penggilingan padi, dan merupakan hasil samping dari pemisahan beras dengan sekam (kulit gabah) yang telah dikeringkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Saefulhadjar et al., (2004) yang menyatakan bahwa dedak merupakan hasil ikutan proses pemecahan kulit gabah. Menurut  Putrawan dan Soerawidjaja (2007) dedak padi merupakan limbah dari sisa penggilingan padi yang memiliki kandungan lemak sebesar 6-22%, 7-17% protein, 6-27% serat, 8-22% abu dan 33-53% ekstrak bebas nitrogen.
Bungkil kedelai memiliki warna coklat, rasa khas, bau khas, bentuk serbuk dan memiliki tekstur kasar. Bungkil kedelai merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan protein tinggi sehingga sangat baik untuk dikonsumsi oleh ternak. Menurut Parakkasi (1995) bungkil kedelai memiliki kandungan protein yang tinggi dan dapat mencapai 50%. Suryana (2013) menambahkan bahwa bungkil kedelai merupakan bahan pakan yang baik untuk menyusun ransum ternak karena memiliki kandungan nutrisi berupa bahan kering 89,413%, bahan organik 81,6%, protein kasar 52,075%, serat kasar 25,528%, BETN 13,644%, dan TDN 80,592%.
Tepung jagung memiliki warna kuning, rasa hambar, tidak berbau, bentuk serbuk dan tekstur halus. Jagung merupakan bahan pakan yang kaya akan energi dan termasuk dalam klasifikasi bahan pakan internasional yaitu sumber energi. Menurut Nawawi dan Nurrohmah (1997) bahwa jagung merupakan bahan pakan yang kaya akan energi dan sekitar 40-45% jagung digunakan dalam susunan ransum ayam kampung. Anggorodi (1985) menambahkan bahwa variasi protein yang terkandung pada jagung mulai dari 8-10%, serta koefisien cerna protein, lemak dan serat kasar dari jagung yaitu 77%, 90% dan 57%.
Tepung ikan memiliki warna coklat, rasa gurih, bau amis, bentuk serbuk dan tekstur kasar. Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan yang kaya akan protein dan termasuk dalam klasifikasi bahan pakan sumber protein . Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hartadi (1992) yang menyatakan bahwa tepung ikan memiliki kandungan lemak kasar 6,89% protein kasar 59,58% serat kasar 4,48% bahan kering 93% kadar air 7% Abu 17,93% dan BETN 4,12%. Murtidjo (1991) menambahkan bahwa protein yang terkandung dalam tepung ikan yaitu 61,8%, kandungan  lemak 7,8%, kandungan serat kasar 0,6% dan energi sebanyak 2.910 kkal/kg.
Premix memiliki warna putih, rasa hambar, tidak berbau, bentuk serbuk dan tekstur halus. Premix merupakan suplemen yang berguna untuk melengkapi kebutuhan zat-zat makanan berupa mineral asam amino dan vitamin yang berguna untuk merangsang pertumbuhan ternak khususnya unggas. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et al. (1991) yang menyatakan bahwa premix merupakan suplemen yang mengandung vitamin asam amini dan mineral yang dapat memacu pertumbuhan ternak. Maria (2012) menambahkan bahwa premix mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K dan B kompleks), 2 asam amino essensial (metionin dan lisin), 6 mineral (Mn, Fe, Zn, Co dan Cu) serta antioksidan.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Campuran Tepung Ikan dan Premix
Campuran Dedak Padi, Tepung Jagung Kuning dan Tepung Kedelai
Ransum yang Sudah Jadi
Sumber : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2014.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa bahan pakan yang digunakan dalam penyusunan ransum adalah tepung jagung, dedak padi, tepung ikan, bungkil kedelai dan premix. Pembuatan ransum dapat dilakukan dengan cara mencampur bahan pakan carier dengan bahan pakan yang komposisinya paling sedikit, lalu mencampurkan bahan pakan yang komposisi paling banyak, dengan bahan pakan yang komposisinya paling banyak kedua dan paling banyak ketiga, kemudian mencampurkan semuan bahan pakan hingga homogen. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hasan et al. (2004) menyatakan bahwa dalam penyusunan ransum harus dilakukan dengan mencampurkan bahan yang jumlahnya sedikit terlebih dahulu kemudian dicampurkan bahan pakan yang jumlahnya paling banyak sambil diaduk hingga tercampur semua(homogen). Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum yaitu harus mengetahui kebutuhan nutrisi ternak, menghitung nilai nutrisi , mencampur dan menyimpan bahan baku pakan. Menurut Sudarmono (2003) ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum yaitu mencampur, menghitung nutrisi dan menyimpan bahan baku pakan.

BAB V
5.1.      Simpulan       
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa klasifikasi internasional dibagi menjadi delapan golongan, yaitu hijauan kering atau jerami, hijauan segar, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan zat aditif. Ransum adalah susunan dari beberapa bahan pakan dengan perbandingan tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Bahan pakan yang digunakan dalam penyusunan formulasi ransum itik petelur yaitu, tepung jagung, bungkil kedelai, dedak padi, tepung ikan, dan premix. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum yaitu harus mengetahui kebutuhan nutrisi ternak, menghitung nilai nutrisi , mencampur dan menyimpan bahan baku pakan

         Saran dalam praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum yaitu agar lebih tepat waktu dan bahan pakan yang digunakan tidak terlalu sulit untuk di cari oleh praktikan.




DAFTAR PUSTAKA


Akbarillah., T. Hidayat, Khoiriyah, T. 2007. Kualitas dedak dari berbagai padi di Bengkulu. Fakultas Pertanian UNIB. 2 (1): 68-73.

Anggorodi, H., 1985. Ilmu Makanan ternak Unggas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Boniran, S. 1999. Quality Control untuk Bahan Baku dan Produk Akhir Pakan Ternak. Kumpulan Makalah Feed Quality Management Workshop American Soybean Association dan Balai Penelitian Ternak. 5 (2): 2-7.

Bunyamin, Z., Roy Efendi., N. N. Andayani. 2013. Pemanfaatan limbah jagung untuk industry pakan ternak. Balai Penelitian Serealia Maros.

Chen, T.F. 1996. Nutrition and feedstuffs of ducks. In: The Training Course for Duck Production and Management. Taiwan Livestock Research Institute, Monograph No. 46. Committee of International Technical Cooperation, Taipei.

Dahlan dan Darmansyah. 2011. Pemanfaatan kulit kacang tanah sebagai pupuk organik. Sekolah Tinggi Ilmu Penyuluhan Pertanian. Gowa. 7 (1): 5-10.

Dwiloka, B., Atmomarsono. U.,Bintoro Priyo. V. Widianarko. 2012. Pengaruh pakan mengandung dan tidak mengandung tepung ikan terhadap kandungan Pb dan Cd pada ayam broiler. Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP. Semarang.

Hartadi, H. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan Ternak di Indonesia. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Hartadi, H., S Reksohadiprojo,dan A. D. Tilman. 1997.  Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hasan, Y., Armaini, Mindawati dan Irdamurni. 2004. Metode Peningkatan Keterampilan Anak Tuna Netra Mengaduk Ransum Ternak Ayam Petelur di SLB Tuna Netra Payakumbuh. Skripsi. Universitas Negeri Padang, Sumatra Barat.

Kasinda, E. 2011. Pengaruh penambahan garam dapur tanpa yodium dan garam beryodium pada rumput alam terhadap pertambahan bobot badan kambing peranakan etawah betina.13 (1) : 21-14.
Ketaren, P.P. 2002. Kebutuhan Gizi Itik Petelur dan Itik Pedaging. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Wartazoa 12 (2) : 37 – 46.

Ligyarohman, F., Halim Natsir. M,. dan Djunaidi H. Irfan. 2013. Pengaruh pemberian level dedak yang berbeda dengan penambahan xilanase dalam pakan terhadap berat organ dalam dan kualitas karkas ayam pedaging. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Malang.

Lubis, D.A. 1993. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan Jakarta. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Maria, G. E., Kristiyani, dan Mulyanto. 2012. Budidaya Ikan Lobster Air Tawar. KKP, Jakarta.

Marjuki. 2008. Penggunaan tepung ikan dalam pakan konsentrat dan pengaruhnya terhadap pertambhan bobot badan kambing betina. Fakultas Peternakan UNBRAW. J. Ternak Tropika. 9 (2): 90-100.

Martha,W. 2012. Kandungan iodium telur pertama ayam fase pullet yang diberipakan rumput laut (Gracilariaedulis). 2 (1) : 12-16.

Meyer, R., R.C. Baker and M.L. Scott. 1973. Effects of hen egg shell and other calcium sources upon egg shell strength and ultrastructure. J. Poultry Sci. (62) : 2227 - 29.

Murtidjo, B. A. 1991. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius, Yogyakarta.

Nawawi,  N.T  dan Nurrohmah,s. 1997. Ransum Ayam Kampung. Tubus Agrisarana, Surabaya.

Noviadi, Riko., Sofiana, Anjar, dan Panjaitan, Imelda. 2011. Pengaruh penggunaan tepung jagung dalam pembuatan silase limbah daun singkong terhadap protein kasar dan serat kasar pada kelinci lokal. Jurusan Peternakan Pliteknik Negeri Lampung. 12 (1): 6-12

Nurhalimah, L., F. Siti, N, Dyah. 2012. Kandungan gizi dan daya terima makanan tambahan ibu hamil trimester pertama. Fakultas Teknik UNNES. 1 (1): 22-27.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Purbaya,.J. R.2002. Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Cuka Alami. Pionir Jaya, Bandung.

Purbowati,E. 2009. Penampilan produksi domba lokal jantan dengan pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agro industri.

Putri, M. F. 2010. Kandungan gizi dan sifat fisik tepung ampas  kelapa sebagai bahan pangan sumber serat. Fakultas Teknik UNNES. 2 (2): 36-40.

Rasyaf. M. 2000. Bahan Makanan Unggas Di Indonesia. Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.

Retnani, Y., N, Furqaanida., R. G. Pratasdan M. N. Rofiq. 2005. Pemanfaatan klobot jagung sebagai wafer ransum komplit untuk domba. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rukmana, R. (2005). Budi Daya Rumput Unggul, Hijauan Makanan Ternak. Kanisius, Yogyakarta.

Saefulhadjar, D. Iman. H dan Kurnia. A. K. 2004. Pengaruh dedak padi dalam ransum ayam local yang diberi air minum mengandung cemaran Kadmium terhadap performans. Fakultas Peternakan UNPAD. 

Santa. 2005. Seri Life Skill. Beternak Itik Petelur.  Musi Perkasa Utama, Jakarta.

Setioko, A.R., A.P Sinurat, P. Setiadi, dan A. Lasmini. 1994. Pemberian pakan tambahan untuk pemeliharaan itik gembala di Subang Jawa Barat. Ilmu dan Peternakan 8 (1):27-33.

Sinurat, A.P., P. Setiadi, T. Purwadaria, A.R. Setioko, dan J. Dharma. 1996. Nilai gizi bungkil kelapa yang difermentasi dan pemanfatannya dalam ransum itik jantan. J. Ilmu Ternak Vet.1 (3):161-168.

Soegiri. 1992. Ilmu Makanan Ternak. Yayasan Pembangunan, Jakarta.

Sudarmono, A. S. 2003. Pedoman Pemilihan Ayam Ras Petelur. Kanisius, Yogyakarta.

Suharno. 2001. Beternak Itik Secara Intensif. Kanisisus. Jakarta.

Sunarso dan Christiyanto. 2003. Manajemen Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Suryana, Y.,U.Atmomarsono, V.D. Yianianto,. E. Supriyatna. 2013. Peningkatan nilai kecernaan ptotein kasar dan lemak kasar produk fermentasi campuran bungkil inti sawit dan dedak padi pada broiler. Fakultas Peternakan Politeknik Negeri Lampung. JITP.  1 (3): 11-16.

Susanto, R. (2002). Penerapan pertanian organik: pemasyarakatan dan pengenbangannya. Kanisius, Yogyakarta.

Susetyo. 2003. Aneka Makanan Ternak. Cipta Angkasa, Bandung.
Sutardi, T. 1997. Peluang dan Tantangan Pegembangan Ilmu – ilmu Nutrisi Ternak. Makalah Orasi Ilmiah sebagai guru besar tetap Ilmu Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.

Tafsin, M. 2007. Polisakarida Mengandung Mangan dari Bungkil Inti Sawit Sebagai Anti Mikroba Salmonella Thypimurium Pada Ayam. Media Peternak 30 (12) : 139-146.

Tillman, D.A., Hartadi H., Reksohadiprodjo, S., Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.

Widodo,W. 2011. Nutrisi dan pakan unggas kontekstual. 2 (1): 47-56.

Winarti, C. 2010. Kandungan bahan aktif jahe dan pemanfaatannya. 1 (1): 125-142.

Yamin, M. 2008. Pemanfaatan ampas kelapa dan ampas kelapa fermentas idalam ransum terhada pefesiensi ransum dan income over feed cost ayam pedaging. Jurnal Agroland 15 (2) : 135-139.

Yuliani, S, Desma warnidan N. Harimurti. 2007. Pengaruh laju alir umpan dan suhu inlet spray drying pada karak teristik mikrokapsul oleoresin jahe. J. Pascapanen 4 (7): 18-26.

1 komentar:

  1. Play The Slots - Dr.MD
    It's a wonderful way to try your luck at the 남양주 출장마사지 table of blackjack. The tables are shuffled like a 네이버 룰렛 lottery ticket with different 평택 출장마사지 numbers. If 거제 출장안마 your 서산 출장샵 chosen number

    BalasHapus