PENDAHULUAN
Bahan pakan adalah segala sesuatu
yang dapat diberikan dan dimakan oleh ternak yang berupa bahan organik maupun
anorganik yang sebagian atau semuanya dapat dicerna oleh ternak dan tidak
beracun terhadap ternak tersebut. Bahan pakan yang digunakan untuk konsumsi
ternak harus mengandung nutrisi yang cukup untuk kebutuhan pertumbuhan,
produksi hidup pokok dan reproduksi ternak. Ransum
adalah susunan dari beberapa bahan pakan dengan. perbandingan tertentu sehingga
dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Jadi dengan mencampur beberapa jenis
bahan pakan diharapkan kandungan gizi ransum sesuai dengan kebutuhan gizi itik
sehingga itik dapat berproduksi dengan baik. Hal terpenting yang harus
diperhatikan dalam mencampur ransum adalah mengetahui bahan mana yang harus dicampur
terlebih dahulu agar hasilnya rata atau homogen
Tujuan dari pengenalan bahan pakan adalah mahasiswa dapat
mengetahui klasifikasi bahan pakan secara internasional dan menjelaskannya.
Manfaat dari pengenalan bahan pakan yaitu mahasiswa dapat lebih mengenal dan
membedakan secara lebih spesifik antara berbagai macam bahan pakan ternak.
Praktikum bahan pakan dan formulasi ransum bertujuan untuk jenis-jenis bahan
pakan yang dapat dimakan oleh ternak dan mengetahui cara mencampur ransum yang
benar. Manfaat dari praktikum bahan pakan formulasi ransum adalah
mengetahui teknik atau cara dalam menyiapkan, menganalisis dan mengetahui pakan
yang dibutuhkan ternak.
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan pakan adalah segala sesuatu
yang dapat dimakan ternak berupa bahan organik maupun anorganik yang dapat
dicerna sebagian maupun seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang
memakannya (Soelistyono, 1976). Bahan pakan dapat digolongkan menjadi dua yaitu
bahan pakan hijauan dan pakan penguat yang dapat diberikan pada ternak (Tillman
et al., 1998)
Bahan pakan secara internasional di
klasifikasikan menjadi hijauan kering, hijauan segar, silase, sumber energi,
sumber protein, sumber mineral, sumber vitamin, dan aditif (Hartadi et al., 1992). Bahan pakan menurut
sumbernya terbagi menjadi 2 bagian yaitu bahan pakan hewani yang berasal dari
hewan dan bahan pakan nabati yang berasal dari tumbuhan (Parakkasi, 1995).
Hijauan
kering dan jerami adalah semua hay, jerami kering, sekam dan kulit
gandum dan semua bahan makanan kering yang berisi 18% atau lebih serat kasar
(Hartadi et al., 1992). Jerami adalah
bahan pakan yang banyak mengandung serat kasar lebih dari 18% dan rendah
energinya (Sunarso, 2003).
2.2.1.1. Klobot Jagung,
merupakan limbah tanaman jagung yang
termasuk kedalam hijauan kering dan memiliki kandungan serat kasar yang tinggi.
Klobot jagung memiliki kandungan bahan kering 42,56% protein kasar 3,40% serat
kasar 29,64% sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan yang kaya akan serat
(Retnani et al., 2005). Analisis
proksimat klobot jagung adalah BK 42,56%, PK 3,4%, LK 2,55%, SK 23,318%, dan
TDN 66,41% (Purwanto, 2010). Klobot
jagung sangat berpotensi dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia, karena
kandungan serat yang tinggi (Bunyamin et
al., 2013).
2.2.1.2. Kulit Kacang Tanah,
merupakan limbah
dari kacang tanah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Kulit
kacang tanah ditengarai memiliki zat penting seperti yang terkandung dalam
bijinya, termasuk salah
satunya adalah zat antioksidan (Dahlan dan Darmansyah, 2011). Kulit kacang tanah mengandung air
17,35%, mineral 24,1%, kandungan serat kasar 8,80%, kandungan protein kasar
17,0% dan kandungan lemak kasar 3% (Hartadi et al., 1992).
Hijauan
segar merupakan semua bahan pakan yang diberikan secara segar dengan bahan
utama berupa graminae atau legume. Hijauan segar dapat diberikan
secara langsung ataupun dengan pemberian dari manusia, dengan cara di potong
terlebih dahulu. Hijauan segar memiliki nilai nutrien yang tinggi dibandingkan
dengan hijauan kering. Pemberian hijauan segar diberikan 2% lebih dari
kebutuhan ternak. Tidak semua bagian rumput dimakan sehingga perlu diberikan
12% dari bobot tubuh (Rukmanaa, 2005). Rumput – rumputan
memiliki nilai nutrien lain selain sebagai hijauan segar pada klasifikasi Bahan
Pakan Internasional. Rumput lapang merupakan sumber vitamin untuk memelihara
kesehatan tubuh ternak (Santa, 2005).
2.2.2.1. Rumput Raja, merupakan salah satu
sumber bahan pakan utama yang baik untuk ruminansia. Hartadi (1992) bahwa analisis proksimat pada rumput raja
protein kasar 13,5%, lemak 3,5%, NDF 59,7%, abu 18,6%, kalsium 0,37%, fosfor
0,35%. Rumput raja merupakan sumber hijauan segar sebagai bahan pakan
ternak (Rukmanaa, 2005) bahwa tidak semua bagian rumput dimakan sehingga perlu
diberikan 12% dari bobot tubuh.
2.2.2.2. Rumput Lapang, merupakan salah
satu sumber bahan pakan utama yang baik untuk ruminansia. Analisis proksimat
kandungan rumput lapang adalah Protein 12,24%, BETN 41,85%, Serat kasar 31,76%,
Lemak 1,68%, Abu 12,47%, Kalsium 0,73%, fosfor 0,45% (Hartadi, 1992). Rumput-rumputan
termasuk rumput lapang merupakan sumber vitamin untuk memelihara kesehatan
tubuh bagi ternak (Santa, 2005).
Bahan pakan sumber energi dapat
berasal dari biji-bijian dan limbah prosesing bijian (Anggorodi, 1994). Dedak
padi, bekatul, biji kacang tanah, biji kedelai dan jagung kuning merupakan
salah satu andalan sumber energi untuk ransum berbagai ternak (Rasyaf, 2008).
2.2.4.1. Dedak, merupakan hasil samping dari
pemisahan beras dengan sekam (kulit gabah) yang telah dikeringkan mmelalui
proses pemisahan yang dihaluskan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Kandungan dedak terdiri dari abu 6,0%,
serat kasar 115,7%, protein kasar 15,0%, BETN 60,4% dan EE (ekstrak
eter) 4,1%. Dedak memiliki kandungan protein
9,62%, lemak 5,70%, serat kasar 12,95%, Ca 0,21%, P 0,60% dan ME 1630 kkal/kg
(Mihrani, 2006). Penggilingan padi ataupun dedak yang merupakan bahan pakan sumber energi dengan kandungan
serat kasar yang cukup tinggi (Mukodiningsih, 2007).
2.2.4.2. Sorghum Coklat, Analisis proksimat pada sorghum coklat adalah Protein kasar 11,2% lemak kasar
3,4% abu 2,2% serat kasar 2,8% dan BETN 80,4% (Hartadi, 1992).
Sorghum coklat merupakan salah satu sumber
energi yang baik diberikan pada ternak unggas
bahwa bijian merupakan salah satu sumber cadangan tenaga atau sebagai sumber
tenaga bagi ternak unggas(Santa, 2005).
2.2.4.3. Ampas
Kelapa, memiliki
kadar air 11,31% protein kasar 11,35% lemak kasar 23,36% serat kasar 14,97% kadar
abu 3,04% (Hartadi, 1992). Ampas kelapa merupakan limbah industri atau limbah rumah tangga yang sangat
potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan itik petelur karena ampas kelapa
masih mudah didapatkan dari sisa pembuatan minyak kelapa tradisional dan limbah
pembuatan virgin coconut oil (Yamin,
2008). Ampas kelapa kering mengandung 93% karbohidrat yang terdiri atas 61%
galaktomanan, 26% manosadan 13% selulosa (Putri, 2010).
2.2.5. Sumber Protein
Bahan pakan sumber protein merupakan
semua bahan pakan ternak yang mengandung protein minimum kurang lebih 20%
(Rukmanaa, 2005). Sumber protein diperoleh dari pakan hijauan, dedak, dan
biji-bijian. Kemudian tanaman leguminosa lebih banyak kandungan protein
daripada rumput (Yulianto dan Saparinto, 2010).
2.2.5.1. Biji Kacang Hijau,
Biji kacang hijau berukuran relatif lebih kecil pada biji
kacang-kacang lain dan berwarna hijau kusam atau mengkilap dan beberapa memiliki
biji yang berwarna kuning, coklat atau hitam (Liza,2008.
Biji kacang hijau merupakan
sumber potein nabati yang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan campuran
untuk ransum ternak (Nawangsari
et al., 2012). Kacang hijau memiliki
kandungan nutrisi yang cukup lengkap untuk kebutuhan protein ternak diantara
lain, protein 22,9 gram, kalori 323 kalori, zat besi 7,5 mg dan lemak 1-1,2%
(Nurani etal., 2012) .
2.2.5.2. Tepung Ikan,
memiliki kandungan lemak kasar 6,89%
protein kasar 59,58% serat kasar 4,48% bahan kering 93% kadar air 7% Abu 17,93%
dan BETN 4,12% (Hartadi, 1992). Tepung ikan
merupakan bahan pakan sumber protein yang paling baik dibandingkan dengan
bahan yang lainnya (Nurhayati, 2008). Tepung ikan mengandung protein sekitar
60-70% dengan keseimbangan asam amino yang sangat baik dan kandungan Energi
Metabolis 2640-3190 Kkl/kg (Rasyaf, 2008).
2.2.5.3. Bungkil Kedelai,
merupakan sumber protein nabati paling
baik dalam pakan. Protein yang
terkandung dalam bungkil kedelai cukup tinggi untuk kebutuhan ternak, sehingga
dalam penyusunan ransum bungkil kedelai digunakan sebagai sumber protein yang
dikonsumsi oleh ternak (Rasyaf, 2000). Bungkil
kedelai memiliki kandungan zat nutrisi yaitu 4,9% abu, 16,6% lemak kasar, 60%
serat kasar, 26,1% BETN dan 32,4% protein kasar (Susetyo, 2003).
Sumber mineral kalsium yang sering ditambahkan kedalam pakan ternak untuk menambahkan
dungan nutrisi mineral kalsium antara lain tepung tulang, tepung kerang dan
garam (Budi dan Harjo, 2003).
Mineral
merupakan zat gizi yang penting untuk kebutuhan ternak. Bahan pakan sumber mineral secara umum yaitu bahan baku pakan yang
relatif sedikit mengandung protein dan energi, tetapi kaya mineral seperti
kalsium (Ca) dan fosfor (P) (Murtidjo, 1987). Sumber mineral kalsium
yang sering ditambahkan kedalam pakan ternak untuk menambahkan kandungan
nutrisi mineral kalsium antara lain tepung tulang, tepung kerang dan garam (Budi dan Harjo, 2003).
2.2.6.1. Tepung Cangkang Telur,
merupakan cangkang telur yang sudah dihaluskan yang
awalnya cangkang telur berfungsi sebagai pembungkus telur pada ayam.
Kandungan nutrisi pada cangkang telur adalah abu 2,6%, ekstrak eter 40,3%, BETN 6,2%, protein kasar
51% dengan bahan kering 100% (Hartadiet
al., 1986). Tepung cangkang telur ayam yang
membungkus telur umumnya memiliki berat 9-12%
dari berat telur total dan mengandung 94% kalsium karbonat, 1% kalium fosfat, 1%
magnesium karbonat dan 4% bahan organik yang sangat diperlukan oleh tubuh
unggas (Rasyaf, 1995).
2.2.6.2. Tepung Kulit
Kerang, merupakan
kulit kerang yang sudah dihaluskan. Tepung kulit kerang
mempunyai kadar kalsium sebesar 38%. Tepung
kerang terbuat dari kerang yang sudah halus (
Hartadietal., 1992 ). Pemakaian tepung
kerang harus memperhatikan kualitasnya (Rasyaf,
2000).
Sumber vitamin bagi ternak di
butuhkan dalam jumlah yang kecil, walaupun jumlahnya kecil, tetapi vitamin
berpengaruh pada metabolisme dan produksi ternak.
Bahan pakan sumber protein meliputi
vitachick, vita stress, berbagai
jenis buah–buahan (Anggorodi, 1994). Ternak yang kekurangan vitamin akan terkena
defisiensi vitamin, karena vitamin berperan sebagai antioksidan, dan juga
berperan untuk pertumbuhan kolagen dan tulang, meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap penyakit (Budiana, 2008).
2.2.7.1. Vitachick,
adalah vitamin dan anti biotic untuk
anak ayam. Komposisinya terdiri dari Baticratin M D 35 gr, Vitamin A
5.106 iu, Vitamin D3 5.105 iu, Vitamin E 2500 iu, K3 (Menadione Sodium B1
sulfid) 1 gr, Vitamin B1 2 gr, Vitamin B2 4 gr, Nicotinic Acid 5 gr, Vitamin B6
1 gr,Vitamin B12 1 mg, Vitamin C 20 gr (Amirudin, 1995). Vitachick umumnya
digunakan untuk mencegah virus pada ternak unggas (Budiana, 2008).
2.2.8. Bahan Aditif
Bahan aditif merupakan bahan yang diberikan atau ditambahkan ke dalam pakan dalam jumlah
sedikit dengan tujuan tertentu. Bahan aditif adalah zat-zat tertentu
yang biasanya ditambahkan pada ransum seperti antibiotik, zat-zat warna, hormon
dan obat-obatan lainnya (Rasyaf, 1994). Bahan aditif yaitu bahan pakan yang ditambahkan ke dalam ransum dalam
jumlah sedikit, misalnya nutrien (vitamin dan mineral), non nutrien
(anti-biotik, hormon, obat, dan zat warna) (Pujaningsih, 2007).
2.2.8.1. Cuka, mengandung lebih dari 200 komponen seperti acetic acid, formadehyde, ethyl-valerate, methanol, nutrient dan tar (Muslim, 1993). Di dalam cuka mempunyai kandungan 240 mg potasium, cuka dapat dicampurkan kedalam ransum
ternak untuk menjaga kesehatan ternak (Yuwono, 2004).
2.2.8.2. Jahe,
merupakan zat aditif yang berasal dari tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak. Jahe
mempunyai kegunaan yang cukup beragam yaitu pemberi aroma dan obat. Jahe dengan
berat 100 gram. Memiliki kandungan air 15% sekitar 7,5% lemak 5,5%, abu 2,5
gram (Winarti, 2011). Nutrisi dari 100 gram jahe pengguannanya harus sesuai dengan kebutuhan ternak,
sehingga kandungan bahan aditif tidak berlebih (Yuliani etal., 2007).
Ternak
itik petelur merupakan bangsa ternak unggas dengan bibit awal berupa DOD (day old duck). Umur pemeliharaan itik petelur
dari mulai DOD hingga umur siap bertelur mencapai 4 bulan (Supriyadi, 2010).
Pemilihan itik lebih baik dimulai sejak DOD karena dalam fase ini itik mengenal
lingkungan serta peternak mampu dalam melihat perkembangan serta kondisi
kesehatan itik. Itik petelur memiliki 3 fase yaitu fase starter umur 0 - 8
minggu, fase grower umur 9 - 20 minggu dan fase layer berkisar umur 20 minggu
(Maulana, 2013).
2.4. Kebutuhan Nutrisi Itik Petelur
Kebutuhan
nutrisi ternak itik petelur didapatkan dari nutrisi pakan yang diberikan oleh
peternak. Kebutuhan nutrisi itik petelur berbeda pada setiap fase. Kebutuhan
energi pada fase starter, grower dan layer secara berturut-turut adalah 3.100,
2.700 dan 2.700 dan kebutuhan PK itik petelur adalah 18% (Karaten, 2012). Kandungan
nutrisi bersifat variatif berkaitan dengan bahan pakan yang diperoleh dan
kualitas bahan pakan tersebut (Maulana,
2013).
Pemilihan
bahan pakan pada ternak dalam hal ini adalah itik petelur harus menyesuaikan
kebutuhan nutrisi yang berkualitas bagus dan sesuai kebutuhan berkaitan dengan
produksi telur. Pemilihan bahan pakan haruslah memiliki syarat tidak beracun,
tidak bersaing dengan manusia, mudah didapat dan harganya murah. Ketersediaan
bahan pakan secara kontinyu merupakan faktor utama yang berkaitan dengan harga (Rasyaf, 1982). Bahan pakan dibedakan menjadi
dua yaitu bahan pakan nabati dan bahan pakan hewani. Bahan pakan hewani
dicampur dengan bahan pakan nabati (Suharno & Amri, 2010).
2.5.1. Tepung Jagung
Kuning, merupakan
penghalusan jagung yang berwarna kuning sehingga menjadi tepung. Tepung jagung memiliki
komposisi proksimat yaitu, abu 2,0%, serat kasar 2,5%, protein kasar 10,3%, dan
BETN 79,8% (Hartadi et al., 1993). Pembuataan
ransum ternak, sebaiknya harus membatasi pemberian tepung jagung yaitu sebasar
15% (Noviadi et al., 2011).
2.5.2. Bungkil kedelai, memiliki
kandungan protein yang tinggi dan dapat mencapai 50% (Parakkasi, 1995). Bungkil
kedelai merupakan bahan pakan yang baik untuk menyusun ransum ternak karena
memiliki kandungan nutrisi berupa bahan kering 89,413%, bahan organik 81,6%,
protein kasar 52,075%, serat kasar 25,528%, BETN 13,644%, dan TDN 80,592%
(Suryana 2013).
2.5.3. Dedak Padi, merupakan hasil samping dari
pemisahan beras dengan sekam (kulit gabah) yang telah dikeringkan mmelalui
proses pemisahan yang dihaluskan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Kandungan dedak terdiri dari abu 6,0 %,
serat kasar 115,7%, protein kasar 15,0%, BETN 60,4% dan ekstrak eter 4,1%.
Dedak memiliki kandungan protein 9,62%, lemak 5,70%, serat kasar 12,95%, Ca
0,21%, P 0,60% dan ME 1630 kkal/kg (Mihrani, 2006). Peggunaan dedak sendiri dalam pakan ternak tidak boleh lebih
dari 10% (Ligyarohman, 2013).
2.5.4. Tepung Ikan,
memiliki kandungan lemak kasar 6,89%
protein kasar 59,58% serat kasar 4,48% bahan kering 93% kadar air 7% Abu 17,93%
dan BETN 4,12% (Hartadi, 1992). Tepung ikan merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan
protein sekitar 60-70 % dengan keseimbangan asam amino yang sangat baik dan
kandungan Energi Metabolis 2640-3190 Kkl/kg (Rasyaf, 2008). Tepung ikan yang
dicampurkan untuk ransum ternak sebanyak 2,8 hingga 3% (Marjuki, 2008).
2.5.5. Premix, merupakan campuran beberapa mineral
dalam suatu bahan pakan yang digunakan sebagai bahan pakan untuk memenuhi
kebutuhan mineral ternak. Pada pembuatan ransum ternak, penggunaan premix dalam
ransum hanya sebesar 0,4% (Rasyaf, 1982). Kandungan vitamin yang ada di dalam
premix cukup lengkap yaitu vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, vitamin
B1, vitamin B2 dan vitamin B6 (Maulana, 2013).
Formulasi ransum
dapat dilakukan dengan cara mencampur bahan pakan carier dengan bahan pakan yang komposisinya paling sedikit, lalu
mencampurkan bahan pakan yang komposisi paling banyak, dengan bahan pakan yang
komposisinya paling banyak kedua dan paling banyak ketiga, kemudian
mencampurkan semuan bahan pakan hingga homogeny (Hasan et al. (2004). Hal
penting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum yaitu harus mengetahui
kebutuhan nutrisi ternak, menghitung nilai nutrisi , mencampur dan menyimpan
bahan baku pakan (Sudarmono, 2003)
Pengujian
kualitas bahan pakan dapat dilakukan secara organoleptis atau secara fisik,
kimia dan biologis. Pengujian bahan dibagi menjadi dua bagian yaitu uji fisik
dan uji kimia. Pengujian fisik dilakukan dengan cara melakukan pengujian warna
serta bau. Pengujian kimia pada bahan pakan dilakukan untuk melihat kecernaan
protein pada ternak (Arianto & Liviawaty, 2005). Pengujian secara biologis
dapat digunakan untuk mengukur kecernaan protein yang berhasil di serap oleh
tubuh ternak (Maulana, 2013).
Pembuatan
ransum yang sesuai bagi ternak sangat dibutuhkan berkaitan dengan kebutuhan ME
yang oleh itik petelur. Pembuatan ransum diawali dengan membuat daftar
kebutuhan ternak atau melakukan formulasi ransum lalu mencampurkan bahan pakan
berupa tepung atau tumbukan (Rasyaf, 1992). Itik merupakan sebangsa hewan air
sehingga dia lebih menyukai yang berbau amis seperti adanya penambahan tepung
ikan (Rasyaf, 1993).
METODOLOGI
Praktikum
Bahan Pakan dan Formulasi Ransum dengan materi Pengenalan Bahan Pakan
dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2014 pada pukul 13.00-14.00 WIB dan
praktikum dengan materi Formulsi Ransum dilaksanakan pada tanggal 13 Desember
2014 pada pukul 13.00-15.00 WIB di Gedung A Lantai 1, Fakultas Peternakan dan
Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
Alat yang
digunakan dalam Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum dengan materi
Pengenalan Bahan Pakan dan Formulasi Ransum yaitu kertas folio yang digunakan
untuk mencatat bahan pakan, pensil, bolpoin, penghapus dan penggris digunakan
untuk mencatat bahan pakan, aqua gelas digunakan untuk meletakkan bahan pakan plastik
sebagai tempat bahan pakan. Bahan yang digunakan dalam praktikum Pengenalan
Bahan Pakan dan Formulasi Ransum adalah klobot jagung, ampas kelapa, kulit
kacang tanah, rumput raja, rumput lapang, sorghum coklat, dedak, kacang hijau, tepung
ikan, bungkil kedelai, cangkang telur, tepung kulit kerang, vitachick, cuka,
jahe, tepung ikan, bungkil sawit, dedak padi, tepung ikan dan premix.
3.2.1. Pengenalan Bahan Pakan
Metode
yang digunakan dalam Praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum adalah menyiapkan
peralatan dan bahan pakan yang dibutuhkan. Melakukan pengamatan bahan pakan
dengan mencatat nama bahan pakan, warna, tekstur, rasa, bentuk, bau dan
menyebutkan klasifikasi internasional masing-masing bahan pakan.
3.2.2. Formulasi Ransum
Metode yang
digunakan dalam Formulasi Ransum adalah menentukan jenis ransum yang akan
disusun, menentukan bahan pakan yang akan digunakan, menentukan kandungan zat
makanan masing-masing bahan pakan penyusunan ransum terpilih pada tabel
komposisi zat makanan bahan pakan, menetukan jumlah ransum yang akan disusun
dan perkiraan persentase penggunaan setiap bahan pakan dari jumlah total bahan
pakan. kelompokkan dulu bahan-bahan makanan yang jumlahnya sedikit dan
teksturnya halus dan campurkan sampai merata.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil
Klasifikasi Jenis Bahan Pakan
No
|
Bahan
Pakan
|
Warna
|
Tekstur
|
Rasa
|
Bentuk
|
Bau
|
Klasifikasi
|
1
|
Mineral Mix
|
Putih Kusam
|
Lembut
|
Hambar
|
Serbuk
|
Tidak Bau
|
Sumber Mineral
|
2
|
Tongkol Jagung
|
Putih Kekuningan
|
Kasar
|
Hambar
|
Tongkol
|
Apek
|
Hijaun Kering
|
3
|
Vita Stress
|
Kuning
|
Lembut
|
Asin
|
Serbuk
|
Khas Obat
|
Sumber Vitamin
|
4
|
Tepung Jangrik
|
Coklat
|
Lembut
|
Gurih
|
Serbuk
|
Amis
|
Sumber Protein
|
5
|
Rumput Setaria
|
Hijau
|
Berbulu
|
Khas
|
Daun
|
Hijauan
|
Hijaun Segar
|
6
|
Ketela Pohon
|
Coklat
|
Kasar
|
Hambar
|
Bonggol
|
Apek
|
Sumber Energi
|
7
|
Buah Mengkudu
|
Putih Kekuningan
|
Berbintik
|
Pahit
|
Buah
|
Apek
|
Bahan Aditif
|
8
|
Top Mix
|
Putih Kekuningan
|
Lembut
|
Hambar
|
Serbuk
|
Khas
|
Sumber Mineral & Vitamin
|
9
|
Tepung Tulang
|
Putih Kusam
|
Lembut
|
Hambar
|
Serbuk
|
Khas
|
Sumber Mineral
|
10
|
Jerami Jagung
|
Cokelat
|
Kasar
|
Hambar
|
Daun
|
Hijauan Kering
|
Hijaun Kering
|
11
|
Biji Jagung
|
Orange
|
Halus
|
Hambar
|
Butiran
|
Khas
|
Sumber Energi
|
12
|
Kulit Kacang Tanah
|
Cokelat
|
Kasar
|
Hambar
|
Pecahan
|
Khas
|
Hijaun Kering
|
13
|
Sorghum
|
Putih
|
Halus
|
Hambar
|
Butiran
|
Apek
|
Sumber Energi
|
14
|
Kelobot Jagung
|
Kuning Kehijauan
|
Halus Berserat
|
Hambar
|
Lembaran
|
Daun Layu
|
Hijaun Kering
|
15
|
Bungkil Kelapa
|
Cokelat
|
Halus
|
Hambar
|
Serbuk
|
Khas Kelapa
|
Sumber Protein
|
16
|
Bungkil Biji Kapuk
|
Hitam
|
Halus
|
Hambar
|
Butiran
|
Tidak Bau
|
Sumber Protein
|
17
|
Dedak
|
Cokelat
|
Halus
|
Khas Dedak
|
Tepung
|
Khas Dedak
|
Sumber Energi
|
18
|
Ampas Kelapa
|
Putih
|
Kasar
|
Gurih
|
Serbuk
|
Khas Kelapa
|
Sumber Energi
|
19
|
Biji Bunga Matahari
|
Hitam
|
Lembut
|
Gurih
|
Biji Pipih
|
Wangi
|
Sumber Energi
|
20
|
Tepung Ikan
|
Cokelat
|
Kasar
|
Agak Asin
|
Serbuk
|
Amis
|
Sumber Protein
|
21
|
Bekatul
|
Krem
|
Halus
|
Hambar
|
Serbuk
|
Khas Bekatul
|
Sumber Energi
|
22
|
Bungkil Kedelai
|
Krem
|
Halus
|
Kasar
|
Hambar
|
Serbuk
|
Sumber Protein
|
23
|
Cuka
|
Bening
|
Lembut
|
Asam
|
Cair
|
Khas Cuka
|
Zat Adiktif
|
24
|
Sorghum Coklat
|
Coklat
|
Halus
|
Hambar
|
Bulat
|
Tidak Berbau
|
Sumber Energi
|
25
|
Gamal
|
Hijau
|
Halus
|
Pahit
|
Helai
|
Khas Gamal
|
Sumber Protein
|
26
|
Tetes
|
Hitam
|
Halus
|
Manis
|
Cair
|
Khas Tetes
|
Sumber Energi
|
27
|
Jeruk Nipis
|
Hijau
|
Halus
|
Kecut
|
Bulat
|
Khas Jeruk Nipis
|
Zat Adiktif
|
28
|
Biji Kedelai
|
Kuning
|
Kasar
|
Khas Kacang
|
Butiran
|
Khas Kacang
|
Sumber Protein
|
29
|
Biji Kacang Hijau
|
Hijau
|
Kasar
|
Hambar
|
Butiran
|
Khas Kacang
|
Sumber Protein
|
30
|
Eceng Gondok
|
Hijau
|
Kasar
|
Pahit
|
Helai
|
Khas
|
Hijaun Segar
|
31
|
Tepung Kulit Kerang
|
Abu-Abu
|
Kasar
|
Khas Kerang
|
Serbuk
|
Khas Kerang
|
Sumber Mineral
|
32
|
Rumput Lapang
|
Hijau
|
Kasar
|
Pahit
|
Helai
|
Khas Rumput
|
Hijaun Segar
|
33
|
Tepung Gaplek
|
Putih
|
Halus
|
Hambar
|
Serbuk
|
Khas Gaplek
|
Sumber Energi
|
34
|
Ampas Tahu
|
Putih
|
Lembek
|
Ampas Tahu
|
Gumpalan
|
Khas Tahu
|
Sumber Protein
|
|
|
|
|
|
|
|
|
35
|
Onggok
|
Putih
|
Halus
|
Khas Onggok
|
Serbuk
|
Khas Onggok
|
Sumber Energi
|
36
|
Tepung Cangkang Telur
|
Coklat
|
Kasar
|
Hambar
|
Pecahan
|
Amis
|
Sumber Mieral
|
37
|
Alang-alang
|
Hijau
|
Berbulu
|
Khas
|
Helai
|
Khas Alanag-alang
|
Hijaun Segar
|
38
|
Rumput Raja
|
Hijau
|
Berbulu
|
Khas
|
Helai
|
Khas Rumput
|
Hijaun Segar
|
39
|
Rumput Gajah
|
Hijau
|
Berbulu
|
Khas
|
Helai
|
Khas Rumput
|
Hijaun Segar
|
40
|
Vitachick
|
Orange
|
Lembut
|
Gurih
|
Serbuk
|
Khas Obat
|
Sumber Vitamin
|
41
|
Rumput BB
|
Hijau
|
Berbulu
|
Khas
|
Helai
|
Khas Rumput
|
Hijaun Segar
|
42
|
Sorghum Putih
|
Putih
|
Halus
|
Hambar
|
Bijian
|
Khas
|
Sumber Energi
|
43
|
Jahe
|
Coklat
|
Kasar
|
Pedas
|
Rimpang
|
Khas Jahe
|
Zat Aditif
|
44
|
Millet Putih
|
Putih
|
Halus
|
Seperti Beras
|
Bijian
|
Khas Millet
|
Sumber Energi
|
45
|
Millet Merah
|
Merah
|
Halus
|
Sepertiberas
|
Bijian
|
Khas Millet
|
Sumber Energi
|
Sumber : Data Praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum,
2014.
4.2. Pembahasan Klasifikasi Bahan
Pakan
Berdasarkan
hasil praktikum dapat diketahui bahwa hijauan kering dan jerami adalah bahan
pakan yang memiliki kandungan serat kasar yang tinggi dan rendah energi. Beberapa
macam yang termasuk hijauan kering adalah klobot janggung, bonggol jagung dan
kulit kacang. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi et al. (1992) contoh kelas hijauan kering dan jerami adalah semua hay,
jerami kering, dry fodder, dry stover, sekam dan kuulit gandum dan
semua bahan makanan kering yang berisi 18% atau lebih serat kasar. Sunarso
(2003) menambahkan bahwa hijauan kering dan jerami merupakan bahan pakan yang
mengandung serat kasar lebih dari 18% dan memiliki energi yang rendah.
4.2.1.1. Klobot Jagung,
berdasarkan hasil praktikum dapat
diketahui bahwa klobot jagung memiliki warna hijau layu, memiliki bau yang
khas, memiliki rasa hambar, tekstur kasar, berbentuk lembaran kering dan
termasuk kedalam kelas 1 dalam klasifikasi bahan pakan Internasional, yaitu
kelas hijauan kering dan jerami karena memiliki kandungan serat kasar yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Retnani et al. (2005) menyatakan bahwa klobot jagung memiliki kandungan
serat kasar sebesar 32% sehingga klobot jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan
yang kaya akan serat. Purwanto (2010) menambahkan bahwa analisis proksimat
klobot jagung adalah BK 42,56%, PK 3,4%, LK 2,55%, SK 23,318%, dan TDN 66,41%.
Bunyamin et al. (2013) yang
menyatakan bahwa klobot jagung merupakan limbah tanaman jagung yang sangat
berpotensi dimanfaatkan untuk pakan ternak ruminansia karena kandungan serat
yang tinggi.
4.2.1.2. Kulit Kacang
Tanah, berdasarkan
hasil praktikum dapat diketahui bahwa kulit kacang tanah memiliki warna coklat,
tidak berbau, memiliki rasa hambar, tekstur kasar dan termasuk dalam kelas ke 1
dalam klasifikasi bahan pakan Internasional, yaitu kelas hijauan kering dan
jerami. Kulit kacang tanah merupakan limbah dari kacang tanah yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak karena kaya akan antioksidan. Menurut
Hartadi et al. (1992) Kulit kacang
tanah memiliki kandungan air 17,35%, kandungan mineral 24,1%, kandungan serat kasar
8,80%, kandungan protein kasar 17,0% dan kandungan lemak kasar 3%. Dahlan dan Darmansyah (2011)
menambahkan bahwa kulit kacang tanah ditengarai memiliki zat penting seperti
yang terkandung dalam bijinya, termasuk salah satunya adalah zat antioksidan.
Berdasarkan
hasil praktikum pengenalan jenis bahan pakan contoh dari hijauan segar adalah eceng gondok, rumut gajah, alang-alang, rumput rumput raja dan
rumput lapang. Hal ini sesuai
dengan Agus (2007) menambahkan bahwa
hijauan segar adalah semua hijauan yang dipotong yang diberikan dalam keadaan
segar. Agus (2008) menambahkan yang
menyatakan bahwa hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal
dari kelas graminae, legume dan
silase.
4.2.2.1. Rumput Raja,
berdasarkan praktikum Bahan Pakan
Formulasi Ransum yang telah dilakukan diperoleh bahwa rumput raja merupakan
salah satu sumber bahan pakan utama yang baik untuk ruminansia. Rumput raja
memiliki rasa khas daun, dengan tekstur permukaan berbulu, berbau khas daun
segar, berwarna hijau tua dan termasuk kedalam golongan hijauan segar dalam
klasifikasi bahan pakan Internasional. Menurut Hartadi (1992) analisis proksimat pada rumput raja yaitu protein
kasar 13,5%, lemak 3,5%, NDF 59,7%, abu 18,6%, kalsium 0,37%, fosfor 0,35%. Pemberian
rumput raja pada ternak ruminansia diberikan sebanyak lebih dari 10% dari bobot
tubuh. Hal ini sesuai dengan Rukmanaa (2005) bahwa tidak semua bagian rumput
dimakan sehingga perlu diberikan 12% dari bobot tubuh. Komposisi nutrien pada
rumput raja memiliki produksi rumput
ini jauh lebih tinggi dibandingkan rumput lainnya.
4.2.2.2. Rumput Lapang,
berdasarkan praktikum Bahan Pakan
Formulasi Ransum yang telah dilakukan diperoleh bahwa rumput lapang merupakan
salah satu sumber bahan pakan utama yang baik untuk ruminansia. Rumput lapang
memiliki rasa khas daun, dengan tekstur permukaan berbulu halus, berbau khas
daun segar, berwarna hijau tua dan termasuk kedalam golongan hijauan segar
dalam klasifikasi bahan pakan Internasional. Menurut Hartadi (1992) bahwa
analisis proksimat kandungan rumput lapang adalah Protein 12,24%, BETN 41,85%,
Serat kasar 31,76%, Lemak 1,68%, Abu 12,47%, Kalsium 0,73%, Phospor 0,45%.
Rumput lapang selain sebagai sumber hijauan segar, dapat difungsikan sebagai bahan
pakan penghasil vitamin bagi ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Santa
(2005) bahwa rumput-rumputan termasuk rumput lapang merupakan pakan ternak yang
berguna untuk memelihara kesehatan tubuh bagi ternak.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil bahwa bahan pakan yang banyak
mengandung energi adalah jagung, sorghum, kedele, kacang, ketela pohon, ketela rambat, kentang, minyak, lemak hewan (tallow),
hasil samping industri pertanian seperti bekatul, pollard, tetes yang dapat
diberikan pada ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1994) bahwabahan makanan
sumber energi berasal dari biji- bijian dan limbah prosesing bijian. Dedak
padi, bekatul, biji kacang tanah, biji kedelai
dan jagung kuning merupakan salah satu andalan sumber energi untuk
banyak ransum ternak Rasyaf (2008).
4.2.3.1. Dedak,
berdasarkan
hasil praktikum bahan pakan, diperoleh bahwa dedak termasuk dalam klasifikasi
bahan pakan sumber energi yang berwarna coklat, tekstur halus, rasa khas dedak,
bentuk tepung, dan memiliki bau yang khas dedak yang merupakan hasil dari
penggilingan gabah beras yang dikeringkan.
Menurut Akbarillah et al. (2005)
kualitas dedak padi yang baik yaitu, serak kasar 14,62%, protein kasar 11,01%,
kadar abu 10,88%, lemak kasar 8,57%, BETN 54,95% dan bahan kering 88,63%. Mukodiningsih
(2007) menambahkan bahwa dedak merupakan hasil penggilingan padi
yang merupakan bahan pakan sumber enrgi
dengan kandungan serat yang cukup tinggi.
4.2.3.2. Sorghum Coklat,
berdasarkan praktikum Bahan Pakan
Formulasi Ransum yang telah dilakukan diperoleh bahwa sorghum cokelat merupakan
salah satu sumber bahan pakan utama yang baik untuk unggas. Sorghum coklat memiliki rasa khas
sorghum, dengan tekstur permukaan bijian, berbau khas sorghum, berwarna cokelat
kemerahan dan termasuk kedalam golongan sumber energi dalam klasifikasi bahan
pakan Internasional. Menurut Hartadi (1992) bahwa analisis proksimat pada
sorghum merah adalah 1,95% abu; 2,4%
serat kasar; 69,2% BETN; dan 9,6 protein kasar. dengan Santa
(2005) bahwa bijian merupakan salah satu sumber cadangan tenaga atau sebagai
sumber tenaga bagi ternak unggas.
4.2.3.3. Ampas Kelapa,
berdasarkan
hasil praktikum dapat diketahui bahwa ampas kelapa memiliki warna putih,
memiliki bau yang khas, rasa gurih, tekstur kasar, berbentuk serbuk dan
termasuk dalam kelas 4, yaitu kelas sumber energi. Menurut (Hartadi,
1992) ampas kelapa memiliki
kadar air 11,31%, protein kasar 11,35%, lemak kasar
23,36%, serat kasar 14,97% dan kadar abu 3,04%. Ampas kelapa mudah ditemukan berkaitan dengan limbah
rumah tangga. Hal ini sesuai dengan pendapat Yamin
(2008) ampas kelapa merupakan limbah industri atau limbah rumah tangga yang
sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ayam pedaging karena ampas
kelapa masih mudah didapatkan dari sisa pembuatan minyak kelapa tradisional dan
limbah pembuatan virgin coconut oil. Putri (2010) menambahkan bahwa ampas
kelapa mengandung 93% karbohidrat yang terdiri atas 61% galaktomanan, 26%
manosa dan 13% selulosa.
Berdasarkan hasil praktikum pengenalan bahan pakan dapat
digolongkan bahan pakan yang termasuk kedalam sumber protein meliputibiji
kacang hijau, tepung ikan dan bungkil kedelai. Bahan pakan ini di
golongkan sebagai sumber protein karena mempunyai kandungan protein yang tinggi. Hal ini sesuai dengan
Tillman et al. (1991) bahwa semua pakan yang mengandung protein 20% atau lebih biasanya berasal
dari tanaman, hewan dan ikan. Rukmana
(2005) menambahkan bahwa bahan pakan sebagai sumber
protein mengandung protein minimal
20%. Bahan-bahan pakan sumber protein berasal dari
protein nabati dan hewani.
4.2.4.1. Biji Kacang
Hijau, berdasarkan hasil praktium bahan pakan, diperoleh hasil
bahwa biji kacang hijau termasuk dalam klasifikasi bahan pakan sumber protein,
yang memiliki warna hijau, tekstur kasar, rasa hambar, bentuk butiran dan
memiliki bau yang khas kacang hijau. Hal ini sesuai dengan pendapat Liza (2008) yang menyatakan bahwa biji kacang hijau berukuran
relatif lebih kecil pada biji kacang-kacang lain dan berwarna hijau kusam atau
menkilap dan beberapa biji yang berwarna kuning, coklat atau hitam. Biji kacang
hijau dapat digunakan sebagai pakan dan ransum ternak yang banyak mengandung
protein yang dibutuhkan ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Nawangsari et al. (2012) yang menyatakan bahwa biji
kacang hijau merupakan sumber potein nabati yang dapat digunakan sebagai pakan
ternak dan campuran untuk ransum ternak.
4.2.4.2. Bungkil Kedelai,
berdasarkan
hasil praktikum bahan pakan, diperoleh bahwa bungkil
kedelai termasuk dalam klasifikasi bahan pakan sumber protein, berbentuk
serbuk, berwarna cokelat, berbau apek, rasa hambar dan teksturnya kasar.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2000) yang menyatakan bahwa protein
yang terkandung dalam bungkil
kedelai cukup tinggi sehingga dalam penyusunan ransum bungkil kedelai digunakan
sebagai sumber protein. Ditambahkan oleh
pendapat Susetyo (2003) bahwa
bungkil kedelai memiliki kandungan zat nutrisi yaitu 4,9% abu, 16,6% lemak
kasar, 60% serat kasar, 26,1% BETN dan 32,4% protein kasar. Kualitas bungkil
kedelai tergantung pada proses pengambilan minyaknya, varietas kacang kedelai
dan kualitas kacang kedelainya.
4.2.4.3. Tepung Ikan,
berdasarkan hasil praktikum pengenalan
bahan pakan tepung ikan memiliki warna coklat, tekstur kasar, bentuk tepung,
beraroma khas ikan. Tepung ikan
merupakan bahan pakan sumber protein hewani yang mudah didapat dan merupakan
bahan pakan yang penting karena mempunyai kandungan protein yang lebih baik
daripada sumber protein yang berasal dari nabati. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hartadi (1992) yang menyatakan bahwa tepung ikan memiliki kandungan
lemak kasar 6,89% protein kasar 59,58% serat kasar 4,48% bahan kering 93% kadar
air 7% Abu 17,93% dan BETN 4,12%. Nurhayati (2008) menambahkan bahwa tepung
ikan merupakan bahan pakan sumber protein yang paling baik dibandingkan dengan
bahan yang lainnya.Hal ini di tambahkan oleh pendapat Rasyaf (2008) yang
menyatakan bahwa tepung
ikan mengandung protein sekitar 60-70 % dengan keseimbangan asam amino yang
sangat baik dan kandungan Energi Metabolis 2640-3190 Kkl/kg.
Berdasarkan
hasil praktikum pengenalan bahan pakan dapat digolongkan bahan pakan yang
termasuk kedalam sumber mineral meliputi tepung cangkang telur dan tepung kulit kerang. Sumber mineral adalah semua bahan pakan yang
mengandung banyak mineral seperti Ca
dalam tulang, zat besi (Fe) serta mineral lainnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Parakkasi (1995) bahwa unsur anorganik mempunyai banyak fungsi dalam
proses pengatur pertumbuhan. Bahan pakan yang termasuk dalam kelas ini adalah
semua makanan yang mengandung cukup banyak mineral seperti garam dapur dan
cangkang telur. Ditambahkan dengan pendapat Susetyo (2003) bahwa bahan-bahan
sumber mineral kalsium yang sering ditambahkan kedalam pakan ternak untuk
menambah kandungan nutrisi mineral kalsium antara lain tepung tulang, tepung
kerang dan garam.
4.2.5.1. Tepung Cangkang
Telur, berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa tepung
cangkang telur berbentuk serbuk, berwarna coklat, bau amis, rasa hambar dan teksturnya kasar termasuk
dalam klasifikasi bahan pakan sumber mineral,
karena kandungan kalsium dalam cangkang telur yang sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rasyaf (2000) yang menyatakan bahwa bahan pakan tepung cangkang telur
bersifat pendukung, merupakan sumber protein, vitamin dan mineral yang baik,
bila dikombinasikan dengan tepung ikan bahan ini biasa mengurangi pemakaian
tepung ikan. Ditambahkan oleh pendapat Lubis (1993) yang menyatakan bahwa
berdasarkan bentuknya tepung cangkang telur dimasukan kedalam golongan pakan chrumble (berbentuk pecah/buturan/remah) yang merupakan perkembangan lebih lanjut
dari dari bentuk pellet.
4.2.5.2. Tepung Kulit
Kerang, berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa tepung kulit
kerang termasuk dalam klasifikasi bahan pakan
sumber mineral, berbentuk serbuk,
berwarna abu-abu, bau khas kerang, rasa hambar dan teksturnya kasar.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hartadi
et al. (1992) yang menyatakan bahwa tepung
kerang terbuat dari kerang yang digiling halus. Tepung kulitkerang bias
digunakan sebagai sumber kalsium yang penting untuk ternak unggas pedaging dan
ternak unggas yang sedang bertelur. Hal ini didukung oleh pendapat Rasyaf (2000) yang
menyatakan bahwa tepung kulit kerang mempunyai kadar kalsium sebesar 38%.
Pemakaian tepung kerang harus memperhatikan kualitasnya.
4.2.6. Sumber Vitamin
Berdasarkan hasil praktikum pengenalan bahan
pakan dapat digolongkan bahan pakan yang termasuk kedalam sumber vitamin adalah
vitachick. Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi (1994) bahwa bahan pakan
sumber protein meliputi vitachick, vita stress, buah-buahan, dan lain-lain. Ditambahkan oleh Tillman et al.(1998)
bahwa vitamin hanya diperlukan dalam jumlah
kecil untuk pertumbuhan normal dan pemeliharaan kehidupan .
4.2.6.1. Vitachick,
berdasarkan
hasil praktikum pengenalan bahan pakan dapat digolongkan bahwa vitac chick
termasuk ke dalam sumber vitamin yang berwarna orange, tekstur lembut, rasa
gurih, bentuk serbuk, dan bau khas obat. Vitamin terdiri dari vitamin A, D, E,
K, B1, B2, B6, B12 dan vitamin C yang biasanya digunakan untuk kebutuhan
pada ternak unggas. Hal ini sesuai dengan
pendapat Amirudin, ( 1995) yang menyatakan bahwa bahwa anti
biotik untuk anak ayam. Komposisinyaterdiri dari Baticratin M D 35 gr, Vitamin
A 5.106 iu, Vitamin D3 5.105 iu, Vitamin E 2500 iu, K3 (Menadione Sodium
B1 sulfid) 1 gr, Vitamin B1 2 gr, Vitamin B2 4 gr, Nicotinic Acid 5 gr, Vitamin
B6 1 gr,Vitamin B12 1 mg, Vitamin C 20 gr (Amirudin, 1995).
Berdasarkan
hasil praktikum pengenalan bahan pakan yang telah dilakukan bahwa bahan pakan
adiktif adlah cuka dan jahe. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1994) yang
menyatakan bahwa bahan aditif adalah zat-zat tertentu
yang biasanya ditambahkan pada ransum seperti antibiotik, zat-zat warna, hormon
dan obat-obatan lainnya. Bahan adiktif juga
dapat ditambahkan
ke dalam ransum ternak sebagai penambah nilai gizi pada ternak. Hal ini sesaui
dengan pendapat Pujaningsih (2007) yang menyatakan bahwa bahan additif yaitu bahan pakan yang ditambahkan
ke dalam ransum dalam jumlah sedikit, misalnya: nutrien (vitamin dan mineral),
non nutrien (anti-biotik, hormon, obat, dan zat warna).
4.2.7.1. Cuka,
berdasarkan
hasil praktikum pengenalan bahan pakan yang telah dilakukan bahwa cuka memiliki
warna putih bening, tekstur cair, rasa asam, bentuk cair dan memiliki bau yang
khas cuka.
Cuka memiliki kandungan glukosa dan fruktosa. Hal ini sesuai dengan pendapat Purbaya
(2002) bahwa asam cuka encer merupakan golongan asam lemah yang paling aman
bagi tubuh dan memiliki kandungan glukosa dan fruktosa. Cuka
berfungsi sebagai zat tambahan untuk menormalisasikan tingkat keasaman pH di
lambung, memperbaiki pencernaan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Hal ini
sesuai dengan pendapat Yuwono (2004) bahwadi dalam
cuka mempunyai kandungan 240 mg potasium, cuka
dapat dicampurkan ke dalam ransum ternak untuk menjaga kesehatan ternak.
4.2.7.2. Jahe,
berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilaksanakan diperoleh bahwa jahe memiliki warna coklat, rasa pedas, bau yang
khas jahe, tekstur kasar, bentuk rimpang dengan klasifikasi internasional dalam
kelas aditif karena hanya diberikan dapat jumlah sedikit. Hal ini sesuai dengan
pendapat Winarti (2010) menyatakan bahwa jahe
mempunyai kegunaan yang cukup beragam yaitu pemberi aroma dan obat. Jahe
dengan berat 100 g memiliki kandungan air 15 % sekitar 7,5 % lemak 5,5 %, abu
2,5 g. Yuliani et., (2007) menambahkan bahwa nutrisi dari 100
g jahe dengan kadar air 15% mempunyai komposisi lemak 5,5 – 7,3 g, abu 2,5-5,7
g, abu 4,53 g, besi 9,41 mg, kalsium 104,02 mg dan fosfor 204,75 mg.
4.3. Pemilihan Bahan Pakan
Berdasarkan hasil praktikum, bahan
pakan yang dipilih untuk menyusun ransum Itik Pedaging adalah tepung jagung
kuning, tepung kelapa sawit, dedak padi, tepung ikan dan premix. Berikut
kandungan nutrisi dari bahan pakan yang digunakan :
Tabel 2. Kandungan
Nutrisi Bahan Pakan
No.
|
Bahan Pakan
|
PK
%
|
EM
kkal/kg
|
1
2
3
4
5
|
Tepung Jagung
Kuning
Bungkil
Kedelai
Dedak Padi
Tepung Ikan
Premix
|
10,56
51,9
11,4
47,85
0
|
3320
2242
1793
2830
0
|
Sumber : Data
Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2014.
Bahan pakan
tersebut dipilih untuk menjadi campuran dalam ransum itik pedaging karena
selain harganya yang cukup terjangkau dan mudah diperoleh, selain itu bahan
pakan tersebut juga memiliki kandungan gizi yang cukup untuk menunjang
pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ketaren (2002) yang menyatakan
bahwa bahan pakan yang digunakan untuk ternak itik sebaiknya murah, tidak
beracun, tidak asin, kering, tidak berjamur, tidak busuk/bau/apek, tidak
menggumpal, mudah diperoleh dan palatable.
Ditambahkan oleh pendapat Setioko (1994) yang menyatakan bahwa kandungan gizi
bahan pakan yang umum dipakai untuk itik dan mengandung sumber energi utama
adalah menir, jagung, tepung ubi kayu dan sagu, sedangkan sumber protein utama
adalah tepung ikan dan bungkil kedelai. Dedak padi dapat diberikan pada itik
sampai 75% tanpa mempengaruhi bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan
(FCR).
Berdasarkan
hasil praktikum formulasi ransum yang digunakan adalah ransum ternak itik
pedaging dengan kandungan PK 18% EM 2600. Komposisi bahan pakan penyusun ransum
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3. Komposisi
dan Kandungan Nutrisi Ransum
No.
|
Bahan Pakan
|
PK
(%)
|
EM
kkal/kg
|
Komposisi (%)
|
1
2
3
4
5
|
Tepung Jagung
Kuning
Bungkil Kedelai
Dedak Padi
Tepung Ikan
Premix
|
5,808
5,709
2,75
3,828
0
|
1853,5
80,5376
448,25
226,4
0
|
55
11
25
8
1
|
Total
|
18,095
|
2608,688
|
100
|
Sumber : Data
Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2014.
Dari tabel
tersebut dapat diketahui bahwa formulasi ransum yang digunakan telah sesuai
dengan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh itik pedaging. Hal ini sesuai dengan
pendapat Chen (1996) yang menyatakan bahwa kebutuhan protein dan energi pada
itik masa starter relatif sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan rekomendasi untuk itik petelur, yaitu sebanyak
18,70% PK dan 2900 kkal/kg EM. Ditambahkan oleh rekomendasi dari NRC (1994)
yang menyatakan bahwa kebutuhan protein itik pekin (Itik pedaging) untuk starter
dan grower masing – masing 22 dan
16%.
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Uji
Organoleptik Bahan Pakan
No
|
Bahan Pakan
|
Warna
|
Rasa
|
Bau
|
Bentuk
|
Tekstur
|
1.
|
Dedak Padi
|
Krem
|
Khas
|
Khas
|
Serbuk
|
Kasar
|
2.
|
Bungkil Kedelai
|
Coklat
|
Khas
|
Khas
|
Serbuk
|
Kasar
|
3.
|
Tepung Jagung
|
Kuning
|
Hambar
|
Khas
|
Serbuk
|
Halus
|
4.
|
Tepung Ikan
|
Coklat
|
Gurih
|
Amis
|
Serbuk
|
Kasar
|
5.
|
Premix
|
Putih
|
Hambar
|
Khas
|
Serbuk
|
Halus
|
Sumber : Data Primer Praktikum
Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2014.
Berdasarkan
praktikum uji organoleptik yang telah dilakukan terhadap bahan pakan dapat
diketahui bahwa dedak padi memiliki warna coklat muda, rasa khas, bau khas,
bentuk serbuk dan memiliki tekstur kasar. Dedak merupakan limbah yang
dihasilkan dari penggilingan padi, dan merupakan
hasil samping dari pemisahan beras dengan sekam (kulit gabah) yang
telah dikeringkan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Saefulhadjar et al., (2004) yang
menyatakan bahwa dedak merupakan hasil ikutan proses pemecahan kulit gabah.
Menurut Putrawan dan Soerawidjaja (2007)
dedak padi merupakan limbah dari sisa penggilingan padi yang memiliki kandungan
lemak sebesar 6-22%, 7-17% protein, 6-27% serat, 8-22% abu dan 33-53% ekstrak
bebas nitrogen.
Bungkil kedelai
memiliki warna coklat, rasa khas, bau khas, bentuk serbuk dan memiliki tekstur
kasar. Bungkil kedelai merupakan bahan pakan yang memiliki kandungan protein
tinggi sehingga sangat baik untuk dikonsumsi oleh ternak. Menurut Parakkasi
(1995) bungkil kedelai memiliki kandungan protein yang tinggi dan dapat
mencapai 50%. Suryana (2013) menambahkan bahwa bungkil kedelai merupakan bahan
pakan yang baik untuk menyusun ransum ternak karena memiliki kandungan nutrisi
berupa bahan kering 89,413%, bahan organik 81,6%, protein kasar 52,075%, serat
kasar 25,528%, BETN 13,644%, dan TDN 80,592%.
Tepung jagung
memiliki warna kuning, rasa hambar, tidak berbau, bentuk serbuk dan tekstur
halus. Jagung merupakan bahan pakan yang kaya akan energi dan termasuk dalam
klasifikasi bahan pakan internasional yaitu sumber energi. Menurut Nawawi dan
Nurrohmah (1997) bahwa jagung merupakan bahan pakan yang kaya akan energi dan
sekitar 40-45% jagung digunakan dalam susunan ransum ayam kampung. Anggorodi
(1985) menambahkan bahwa variasi protein yang terkandung pada jagung mulai dari
8-10%, serta koefisien cerna protein, lemak dan serat kasar dari jagung yaitu
77%, 90% dan 57%.
Tepung ikan
memiliki warna coklat, rasa gurih, bau amis, bentuk serbuk dan tekstur kasar.
Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan yang kaya akan protein dan
termasuk dalam klasifikasi bahan pakan sumber protein . Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Hartadi (1992) yang menyatakan bahwa tepung ikan memiliki
kandungan lemak kasar 6,89% protein kasar 59,58% serat kasar 4,48% bahan kering
93% kadar air 7% Abu 17,93% dan BETN 4,12%. Murtidjo (1991) menambahkan bahwa
protein yang terkandung dalam tepung ikan yaitu 61,8%, kandungan lemak 7,8%, kandungan serat kasar 0,6% dan
energi sebanyak 2.910 kkal/kg.
Premix memiliki
warna putih, rasa hambar, tidak berbau, bentuk serbuk dan tekstur halus. Premix
merupakan suplemen yang berguna untuk melengkapi kebutuhan zat-zat makanan
berupa mineral asam amino dan vitamin yang berguna untuk merangsang pertumbuhan
ternak khususnya unggas. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et al. (1991) yang menyatakan bahwa
premix merupakan suplemen yang mengandung vitamin asam amini dan mineral yang
dapat memacu pertumbuhan ternak. Maria (2012) menambahkan bahwa premix
mengandung 12 macam vitamin (A, D, E, K dan B kompleks), 2 asam amino essensial
(metionin dan lisin), 6 mineral (Mn, Fe, Zn, Co dan Cu) serta antioksidan.
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
|
|
Campuran Tepung Ikan dan Premix
|
Campuran Dedak Padi, Tepung Jagung Kuning dan Tepung
Kedelai
|
|
|
Ransum yang Sudah Jadi
|
Sumber : Data Primer Praktikum
Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2014.
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa bahan pakan yang digunakan
dalam penyusunan ransum adalah tepung jagung, dedak padi, tepung ikan, bungkil
kedelai dan premix. Pembuatan ransum dapat dilakukan dengan cara mencampur
bahan pakan carier dengan bahan pakan
yang komposisinya paling sedikit, lalu mencampurkan bahan pakan yang komposisi
paling banyak, dengan bahan pakan yang komposisinya paling banyak kedua dan
paling banyak ketiga, kemudian mencampurkan semuan bahan pakan hingga homogen. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hasan et al. (2004) menyatakan bahwa dalam
penyusunan ransum harus dilakukan dengan mencampurkan bahan yang jumlahnya
sedikit terlebih dahulu kemudian dicampurkan bahan pakan yang jumlahnya paling
banyak sambil diaduk hingga tercampur semua(homogen). Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum yaitu
harus mengetahui kebutuhan nutrisi ternak, menghitung nilai nutrisi , mencampur
dan menyimpan bahan baku pakan. Menurut Sudarmono (2003) ada tiga hal penting
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ransum yaitu mencampur, menghitung
nutrisi dan menyimpan bahan baku pakan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa klasifikasi internasional dibagi menjadi delapan golongan,
yaitu hijauan kering atau
jerami, hijauan segar, silase, sumber energi, sumber protein, sumber mineral,
sumber vitamin, dan
zat aditif. Ransum
adalah susunan dari beberapa bahan pakan dengan perbandingan tertentu sehingga
dapat memenuhi kebutuhan gizi ternak. Bahan pakan yang digunakan dalam
penyusunan formulasi ransum itik petelur yaitu, tepung jagung, bungkil kedelai,
dedak padi, tepung ikan, dan premix. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan ransum yaitu harus mengetahui kebutuhan nutrisi ternak, menghitung
nilai nutrisi , mencampur dan menyimpan bahan baku pakan
Saran dalam praktikum Bahan Pakan
Formulasi Ransum yaitu agar lebih tepat waktu dan bahan pakan yang digunakan
tidak terlalu sulit untuk di cari oleh praktikan.
Akbarillah., T.
Hidayat, Khoiriyah, T. 2007. Kualitas dedak dari berbagai padi di Bengkulu.
Fakultas Pertanian UNIB. 2 (1):
68-73.
Anggorodi, H.,
1985. Ilmu Makanan ternak Unggas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Boniran, S. 1999. Quality Control untuk Bahan Baku dan Produk Akhir Pakan
Ternak. Kumpulan Makalah Feed Quality Management Workshop American Soybean
Association dan Balai Penelitian Ternak.
5 (2): 2-7.
Bunyamin, Z.,
Roy Efendi., N. N. Andayani. 2013. Pemanfaatan limbah jagung untuk industry
pakan ternak. Balai Penelitian Serealia Maros.
Chen, T.F. 1996.
Nutrition and feedstuffs of ducks. In: The Training Course for Duck Production
and Management. Taiwan Livestock Research Institute, Monograph No. 46. Committee
of International Technical Cooperation, Taipei.
Dahlan dan Darmansyah. 2011. Pemanfaatan
kulit kacang tanah sebagai pupuk organik. Sekolah Tinggi Ilmu Penyuluhan
Pertanian. Gowa. 7 (1): 5-10.
Dwiloka, B.,
Atmomarsono. U.,Bintoro Priyo. V. Widianarko. 2012. Pengaruh pakan mengandung
dan tidak mengandung tepung ikan terhadap kandungan Pb dan Cd pada ayam
broiler. Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP. Semarang.
Hartadi, H.
1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan Ternak di Indonesia. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.
Hartadi, H., S
Reksohadiprojo,dan A. D. Tilman. 1997.
Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hasan, Y.,
Armaini, Mindawati dan Irdamurni. 2004. Metode Peningkatan Keterampilan Anak
Tuna Netra Mengaduk Ransum Ternak Ayam Petelur di SLB Tuna Netra Payakumbuh.
Skripsi. Universitas Negeri Padang, Sumatra Barat.
Kasinda, E. 2011.
Pengaruh penambahan garam dapur tanpa yodium dan garam beryodium pada rumput
alam terhadap pertambahan bobot badan kambing peranakan etawah betina.13 (1) :
21-14.
Ketaren, P.P.
2002. Kebutuhan Gizi Itik Petelur dan Itik Pedaging. Balai Penelitian Ternak,
Bogor. Wartazoa 12 (2) : 37 – 46.
Ligyarohman, F.,
Halim Natsir. M,. dan Djunaidi H. Irfan. 2013. Pengaruh pemberian level dedak
yang berbeda dengan penambahan xilanase dalam pakan terhadap berat organ dalam
dan kualitas karkas ayam pedaging. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya.
Malang.
Lubis, D.A. 1993. Ilmu Makanan
Ternak. PT Pembangunan Jakarta. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Maria, G. E.,
Kristiyani, dan Mulyanto. 2012. Budidaya Ikan Lobster Air Tawar. KKP, Jakarta.
Marjuki. 2008.
Penggunaan tepung ikan dalam pakan konsentrat dan pengaruhnya terhadap pertambhan
bobot badan kambing betina. Fakultas Peternakan UNBRAW. J. Ternak Tropika. 9 (2): 90-100.
Martha,W. 2012.
Kandungan iodium telur pertama ayam fase pullet yang diberipakan rumput laut (Gracilariaedulis). 2 (1) : 12-16.
Meyer, R., R.C.
Baker and M.L. Scott. 1973. Effects of hen egg shell and other calcium sources
upon egg shell strength and ultrastructure. J. Poultry Sci. (62) : 2227 - 29.
Murtidjo, B. A.
1991. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Nawawi, N.T
dan Nurrohmah,s. 1997. Ransum Ayam Kampung. Tubus Agrisarana, Surabaya.
Noviadi, Riko.,
Sofiana, Anjar, dan Panjaitan, Imelda. 2011. Pengaruh penggunaan tepung jagung
dalam pembuatan silase limbah daun singkong terhadap protein kasar dan serat
kasar pada kelinci lokal. Jurusan Peternakan Pliteknik Negeri Lampung. 12 (1): 6-12
Nurhalimah, L.,
F. Siti, N, Dyah. 2012. Kandungan gizi dan daya terima makanan tambahan ibu
hamil trimester pertama. Fakultas Teknik UNNES. 1 (1): 22-27.
Parakkasi, A.
1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Purbaya,.J. R.2002.
Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Cuka Alami. Pionir Jaya, Bandung.
Purbowati,E. 2009.
Penampilan produksi domba lokal jantan dengan pakan komplit dari berbagai
limbah pertanian dan agro industri.
Putri, M. F.
2010. Kandungan gizi dan sifat fisik tepung ampas kelapa sebagai bahan pangan sumber serat.
Fakultas Teknik UNNES. 2 (2): 36-40.
Rasyaf. M. 2000. Bahan Makanan Unggas
Di Indonesia. Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.
Retnani, Y., N, Furqaanida., R. G. Pratasdan M. N.
Rofiq. 2005. Pemanfaatan klobot jagung sebagai wafer ransum komplit untuk
domba. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rukmana, R. (2005). Budi Daya Rumput Unggul, Hijauan Makanan
Ternak. Kanisius, Yogyakarta.
Saefulhadjar, D.
Iman. H dan Kurnia. A. K. 2004. Pengaruh dedak padi dalam ransum ayam local
yang diberi air minum mengandung cemaran Kadmium terhadap performans. Fakultas
Peternakan UNPAD.
Santa. 2005.
Seri Life Skill. Beternak Itik Petelur.
Musi Perkasa Utama, Jakarta.
Setioko, A.R.,
A.P Sinurat, P. Setiadi, dan A. Lasmini. 1994. Pemberian pakan tambahan untuk
pemeliharaan itik gembala di Subang Jawa Barat. Ilmu dan Peternakan 8 (1):27-33.
Sinurat,
A.P., P. Setiadi, T. Purwadaria, A.R. Setioko, dan J. Dharma. 1996. Nilai gizi
bungkil kelapa yang difermentasi dan pemanfatannya dalam ransum itik jantan. J.
Ilmu Ternak Vet.1 (3):161-168.
Soegiri. 1992. Ilmu Makanan Ternak. Yayasan Pembangunan,
Jakarta.
Sudarmono, A. S.
2003. Pedoman Pemilihan Ayam Ras Petelur. Kanisius, Yogyakarta.
Suharno. 2001. Beternak Itik Secara Intensif. Kanisisus. Jakarta.
Sunarso dan
Christiyanto. 2003. Manajemen Pakan. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro, Semarang.
Suryana, Y.,U.Atmomarsono,
V.D. Yianianto,. E. Supriyatna. 2013. Peningkatan nilai kecernaan ptotein kasar
dan lemak kasar produk fermentasi campuran bungkil inti sawit dan dedak padi
pada broiler. Fakultas Peternakan Politeknik Negeri Lampung. JITP. 1 (3):
11-16.
Susanto, R. (2002). Penerapan
pertanian organik: pemasyarakatan dan pengenbangannya. Kanisius, Yogyakarta.
Susetyo. 2003.
Aneka Makanan Ternak. Cipta Angkasa, Bandung.
Sutardi, T. 1997. Peluang dan Tantangan
Pegembangan Ilmu – ilmu Nutrisi Ternak. Makalah Orasi Ilmiah sebagai guru besar
tetap Ilmu Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.
Tafsin,
M. 2007. Polisakarida Mengandung Mangan dari Bungkil Inti Sawit Sebagai Anti
Mikroba Salmonella Thypimurium Pada Ayam. Media Peternak 30 (12) : 139-146.
Tillman, D.A.,
Hartadi H., Reksohadiprodjo, S., Lebdosoekojo S. 1991. Ilmu Makanan Ternak
Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
Widodo,W. 2011. Nutrisi
dan pakan unggas kontekstual. 2 (1):
47-56.
Winarti, C. 2010. Kandungan
bahan aktif jahe dan pemanfaatannya. 1
(1): 125-142.
Yamin, M. 2008.
Pemanfaatan ampas kelapa dan ampas kelapa fermentas idalam ransum terhada
pefesiensi ransum dan income over feed cost ayam pedaging. Jurnal Agroland 15 (2) : 135-139.
Yuliani, S, Desma
warnidan N. Harimurti. 2007. Pengaruh laju alir umpan dan suhu inlet spray
drying pada karak teristik mikrokapsul oleoresin jahe. J. Pascapanen 4 (7): 18-26.
Play The Slots - Dr.MD
BalasHapusIt's a wonderful way to try your luck at the 남양주 출장마사지 table of blackjack. The tables are shuffled like a 네이버 룰렛 lottery ticket with different 평택 출장마사지 numbers. If 거제 출장안마 your 서산 출장샵 chosen number